Ini Alasan Satu Abad NU Dilaksanakan Tahun 2023

08 Februari 2023 09:26

Mojokerto, SJP – Nahdlatul Ulama lahir pada 31 Januari 1926 Masehi, yang artinya dengan dikurangi masa umur tahun sekarang, 2023 menjadi 97 tahun.
Ketika ditelisik lebih jauh, pada kelahiran NU di tahun Masehi itu bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah.
Sedangkan kalender umat Islam menggunakan satuan Hijriyah yang artinya, ditahun Hijriah sekarang yang berusia 1444 dengan mengurangi 1344 didapati selisih 100 tahun.
Hal tersebut yang menjadi dasar mengapa perayaan 1 Abad NU jatuh di tahun 2023 ini.
Setaki tiga uang dengan ucapan Gus Yahya, Nahdlatul Ulama yang didirikan KH Hasyim Asy’ari ini menganut sistem kalender Hijriah.
Mengutip laman Facebook Nu Online, berikut paparan dari Gus Yahya mengapa disebut 1 Abad NU.
"Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada hari Ahad, tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi," katanya.
Ditambahkan Gus Yahya, Muktamar Nahdlatul Ulama ke 32, tahun 2010 di Makasar Sulawesi Selatan menetapkan bahwa peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama dilaksanakan berdasarkan kalender Hijriah.
"Maka dalam waktu tidak lama lagi, kita akan memperingati genap satu abad usia Nahdlatul Ulama yaitu pada tanggal 16 Rajab 1444 Hijriah, yang bertepatan dengan tanggal 7 Februari 2023," ungkap Gus Yahya.
Perhitungan Kalender Hijriah
Melansir dari laman Kompas.com, kalender Hijriah juga disebut sebagai kalender tahun bulan. Kalender Hijriah dihitung berdasarkan durasi waktu bulan mengitari bumi (revolusi).
Oleh sebab itu, kalender hijriah juga disebut sebagai kalender komariah atau kalender Islam.
Bulan membutuhkan waktu kurang lebih 29,5 hari untuk melakukan revolosi mengelilingi bumi. Oleh sebab itu, tahun Hijriah terdiri dari 354 hari.
Dalam perhitungan penanggalannya dilakukan pembulatan. Sehingga, dalam kalender Hijriah, junlah di setiap bulan selang-seling di antara angka 29 dan 30, kecuaki bulan Zulhijah.
Dalam kalender hijriah juga mengenal adanya tahun kabisat. Yang mana terdiri dari 355 hari di tahun kabisat. Oleh sebab itu, hari-hari besar di Idlam selalu bergeser lebih awal di tahun hijirah biasa dan 12 hari pada tahun kabisat Hijriah.
Selama 30 tahun, terdapat 11 tahun kabisat, yakni ada tahun ke-2, ke-5, ke-6, ke-10, ke-13, ke-16, ke-18, ke-21, ke-24, ke-26, dan tahun ke-29. Untuk lebih memahami mengenai tahun Hijriah, berikut rincian jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender penanggalan Islam.
Perhitungan Kalender Masehi
Melansir dari laman Kompas.com, kalender Masehi dihitung sesuai dengan perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi).
Oleh sebab itu, tahun Masehi juga disebut sebagai tahun syamsiah atau tahun matahari. Hitungan satu hari didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan bumi untuk melakukan rotasi.
Jumlah waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari adalah satu tahun. Satu tahun revolusi sama dengan 365.25 hari. Namun, pada masa pemerintahan Julius Caesar, satu tahun ditetapkan berjumlah 365 hari.
Maka 0,25 hari yang tersisa selama empat tahun ditambahkan ke dalam bulan Februari yang hanya terdiri dari 28 hari.
Oleh sebab itu, kalender Masehi memiliki 29 hari di bulan Februari pada setiap 4 tahun sekali atau disebut sebagai tahun kabisat.
Tahun kabisat terjadi jika tahun tersbeut habis dibagi empat, misalnya 2012, 2016, dan 2020. Berikut rincian jumlah hari dalam 12 bulan tahun Masehi.
Sejarah Kalender Masehi
Kalender Masehi dikenal juga sebagai kalender Gregorian pertama kali dikenalkan pada tahun 1582. Sistem penanggalan ini berdasarkan perhitungan waktu perputaran bumi terhadap matahari. Kalender Masehi ditemukan pertama kali digunakan di benua Eropa.
Perhitungan kalender Masehi yang didasarkan pada perputaran bumi mengelilingi matahari ditemukan oleh seorang astronom Romawi. Dari perhitungan tersebut didapatkan angka 365,25 hari. Hal tersebut berpengaruh pada musim yang datang lebih lambat.
Kemudian, Kaisar Julius Caesar menambahkan satu hari di bulan Februari setiap empat tahun sekali. Penanggalan ini kemudian dikenal sebagai kalender Julian. Namun, pada tahun 1570-an, kalender Julian melenceng dari tanggal matahari sebanyak 10 hari.
Karena sistem penanggalan ini tidak sinkron dengan musim dalam setahun. Maka dikhawatirkan akan membuat hari Paskah ters menjauh dari tanggal seharusnya.
Oleh sebab itu, Paus Gregorius XIII membuat sistem penanggalan yang baru. Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika, Aloysius Lilius dan ahli astronomi, Christopher Clavius mengembangkan kalender ini selama 5 tahun.
Dalam kalender Gregorian penambahan hari setiap empat tahun sekali dihapuskan. Sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400.
Jadi tahun kabisat jatuh pada tahun 2000, tapi tidak pada tahun 1900, 1800, atau 1700. Paus Gregorius XIII juga memindahkan tahun baru yang semula 25 Maret menjadi 1 Januari.
Sistem penanggalan ini diterima dengan baik di negara-negara penganut Kristen Katolik. misalnya di Italia, Spanyol, dan Portugal. Namun, Inggris dan Amerika baru menggunakan kalender Masehi pada 1752.
Hal ini dikarenakan kecurigaan adanya niat tersembunyi oleh kalangan Katolik. Arab Saudi pun mulai menggunakan kalender Masehi pada 2016, setelah sebelumnya selalu menggunakan kalender Hijriah. (**)
Editor: Doi Nuri
Tags
Ini Alasan Satu Abad NU Dilaksanakan Tahun 2023
APA REAKSI ANDA?
0 Sangat Suka
0 Suka
0 Tertawa
0 Flat
0 Sedih
0 Marah