Pameran Goras Gores Corat Coret: Kembalikan Gemerlap Seni Gambar di Surabaya Dalam Momen Bulan Menggambar Nasional
Pameran ini juga diadakan dalam rangka memperingati Bulan Menggambar Nasional juga untuk menghidupkan kembali seni gambar di Kota Surabaya.
Surabaya, SJP - Mungkin banyak dari kita yang beranggapan bahwa seni lukis (Painting) dan seni gambar (Drawing) itu sama, namun meski memiliki kemiripan ternyata 2 seni itu berbeda, dan sekarang seni gambar dianggap cukup tertinggal di Kota Surabaya.
Kota Pahlawan memang dikenal menjadi salah satu Kota yang aktif dalam pengadaan pameran kesenian di berbagai bidang, namun mayoritas pameran di bidang seni rupa yang muncul hanyalah pameran seni lukis.
Ketimpangan ini menjadi salah satu alasan seniman Surabaya di bidang gambar yakni Andreanus Gunawan untuk mengadakan pameran karya Seni gambar di Galeri Merah Putih (GMP) kompleks Balai Pemuda Surabaya dengan tajuk "Goras Gores Corat Coret.".
Pameran ini juga diadakan dalam rangka memperingati Bulan Menggambar Nasional yang jatuh pada Bulan Mei, peringatan ini digagas oleh para seniman dalam komunitas seni Forum Drawing Indonesia sejak Mei 2018 lalu.
"Bulan menggambar nasional ini cukup bermanfaat dimana ini bisa menjadi momentum untuk kembali membesarkan seni gambar yang menurut saya redup di Surabaya," ujar Andre, Sabtu (4/5).
Ia melihat bahwa komunitas gambar di Surabaya itu hampir tidak ada, padahal dirinya mengaku sering melihat karya seni gambar di beberapa kesempatan dan yakin bahwa seniman gambar di Surabaya itu cukup banyak.
"Maka dari itu, melalui pameran seperti ini dan komunitas Goras-Gores yang saya bawa diharapkan bisa mengumpulkan mereka dan menjadi wadah untuk saling menunjukkan eksistensi dan saling belajar," terangnya.
Ketimpangan pameran seni lukis dan seni gambar di kota Surabaya bagi Andre, disebabkan oleh mayoritas seniman perupa kerap melompati seni gambar untuk terjun ke seni lukis.
Sebagai informasi, seni gambar adalah seni rupa kering yang minim atau tidak sama sekali menggunakan air dan minyak, seperti penggunaan pensil, spidol, krayon ataupun charcoal (arang).
"Ini tidak sepenuhnya salah, namun ada baiknya para seniman itu mau berproses melalui seni gambar yang merupakan basic atau dasar dari seni rupa," ungkap Andre kepada Suarajatimpost.com.
Pameran Goras Gores Corat Coret ini sendiri adalah pameran seni gambar ke 3 oleh andre, pameran ini diikuti oleh 32 peserta dari berbagai daerah di Jawa tanpa mengangkat tema spesifik.
"Saya juga mengundang beberapa teman seniman gambar dari berbagai daerah yang punya teknik atau aliran yang beragam agar pameran bisa terasa lebih menggairahkan," tuturnya.
Andre juga membeberkan bahwa jika memang ada yang tertarik untuk membeli karya di pameran ini bisa melakukan penawaran dengan masing-masing seniman dari karya tersebut, karena ia rasa ada seniman yang tidak ingin menjual karya mereka.
"Saya tidak menutup kemungkinan untuk adanya jual beli, karena proses ini juga penting dan bagus untuk melebarkan nama agar seniman busa semakin dikenal," ucapnya.
Dengan digelarnya pameran Goras Gores Corat Coret, Andre berharap seni gambar bisa kembali diperhitungkan dan bahkan menjadi upaya regenerasi seniman senirupa secara umum di Kota Surabaya.
Adapun Retno Palupi atau dikenal dengan nama Jeng Upik yang merupakan salah satu peserta dalam kegiatan ini membawakan karya seni gambar yang menarik, yakni dengan memanfaatkan media arang dan China marker yang tidak bisa dihapus.
"Saya disini bawakan gambar cityscape Kota tua, dan dengan media itu saya bisa memainkan warna kecoklatan dan kuning untuk ciptakan efek sepia," ujar Upik.
Upik memang dikenal oleh kalangan seniman dengan ciri karya cityscape, inspirasi dari karya yang ia pamerkan kali ini adalah Jalan Panggung waktu dulu dan jalan Kembang Jepun.
"Ya saya harap dengan adanya pameran ini bisa menjadi sarana untuk menggaet seniman baru, melatih para pemula dan sebagai sarana flashback bagi seniman profesional yang mungkin sudah bermain di cat air," pungkasnya.
Sebagai informasi, Pameran Goras Gores Corat Coret akan terus menghiasi area Galeri Merah Putih (GMP) kompleks Balai Peumda Surabaya hingga 9 Mei mendatang. (*)
Editor: Rizqi ArdianĀ
What's Your Reaction?