Melihat Sekaligus Belajar, Momen Keseruan Feeding Time Komodo di Kebun Binatang Surabaya
Feeding Time menjadi media belajar untuk para pengunjung, karena mereka juga berkesempatan untuk melakukan tanya-jawab secara langsung dengan para keeper KBS.
Surabaya, SJP - Salah satu kegiatan yang tidak boleh terlewat saat mengunjungi Kebun Binatang Surabaya (KBS) adalah Feeding Time (pemberian makan), utamanya Feeding Time hewan eksotis asli Indonesia, yakni Komodo.
Hewan dengan nama lengkap Komodo Dragon (Varanus Komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang juga merupakan satwa endemik Indonesia, tepatnya berasal dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu keeper (perawat satwa) Komodo KBS yakni Kohar menjelaskan, program Feeding Time ini selain ditujukan untuk mempertontonkan bagaimana proses makan dari Komodo kepada para pengunjung, juga sekaligus media untuk melatih naluri Komodo itu sendiri.
"Di feeding time kali ini kita memberi daging kambing yang digantungkan ke tali, hal ini bertujuan untuk melatih insting berburu mereka agar tetap memiliki naluri yang kuat meski mereka tidak hidup di alam liar," ujar Kohar, Sabtu (20/4/2024).
Selain kambing, Kohar juga menjelaskan bahwa Komodo di KBS juga diberi pakan daging sapi, kepala ayam, dan tikus putih hidup, yang mana dalam sekali makannya, Komodo bisa menghabiskan hingga 3 kg daging.
"Berbeda dengan manusia, Komodo yang merupakan hewan berdarah dingin memiliki proses pencernaan yang lambat, jadi mereka hanya perlu makan 1 bulan 2 kali atau seminggu sekali sesuai dengan umur mereka," imbuhnya.
Selain bisa melihat bagaimana Komodo melahap makanannya, kegiatan Feeding Time juga menjadi media belajar untuk para pengunjung, karena mereka juga berkesempatan untuk melakukan tanya-jawab secara langsung dengan para keeper KBS.
Dalam kesempatan itu, Kohar membeberkan beragam informasi menarik mengenai satwa endemik Indonesia itu, salah satunya adalah proses perkawinan mereka yang unik.
"Jadi jika sudah memasuki masa kawin di bulan Mei hingga September nanti, sebelum perkawinan para pejantan akan saling bertengkar untuk merebutkan si betinanya," jelasnya.
Setelah melakukan perkawinan, para betina dari hewan yang bisa tumbuh sepanjang 1 hingga 3 meter itu akan menggali lubang untuk meletakkan telur mereka didalam tanah.
Kohar juga mengungkapkan bahwa KBS memiliki andil besar dalam pelestarian Komodo yang berstatus dilindungi, hingga saat ini sudah ada 100 ekor lebih Komodo yang berhasil dilestarikan di KBS.
"Total KBS sudah memiliki ratusan komodo yang kami golongkan perkandang sesuai umur mereka, yakni anakan, remaja dan juga dewasa," ucap Kohar.
Sementara itu, Ahmad Halimin selaku keeper yang terjun langsung kedalam kandang Komodo untuk proses pemberian makan mengungkapkan, tantangan para keeper dalam menjaga hewan liar seperti Komodo ialah kewaspadaan.
"Meski tadi saya masuk ke kandang, saya tetap harus waspada dan lihat kanan kiri, karena sejinak apapun mereka sekarang, Komodo tetaplah hewan buas," terang Ahmad.
Dirinya menyebut bahwa ada beberapa alat safety yang wajib digunakan oleh keeper KBS untuk satwa apapun, meliputi sepatu boots, celana panjang, sarung tangan, hingga sapu untuk berjaga.
Meski beresiko, Kohar dan Ahmad merasa bahwa menjadi keeper Komodo memiliki kebanggaan tersendiri, karena mereka berkesempatan untuk merawat secara langsung satwa yang memiliki status dilindungi.
"Jadi kami harap para pengunjung juga memiliki kesadaran untuk tidak melempar benda apapun ke kandang satwa, karena itu berbahaya dan bisa menggangu pencernaan mereka yang potensinya fatal," pungkas mereka.
Sebagai informasi tambahan, kegiatan Feeding Time, utamanya untuk satwa Komodo ini sudah berjalan lama, pihak KBS juga mengklaim bahwa penghobi satwa dan bahkan para turis asing sudah hafal dengan jadwal kegiatan menarik dan eksotis di KBS ini. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?