Kamis, 08 Juni 2023
Lifestyle

109 Kota Malang: Jejak Sastra Si Binatang Jalang hingga Revolusi Kemerdekaan

profile
Donny

22 Maret 2023 20:41

1.9k dilihat
109 Kota Malang: Jejak Sastra Si Binatang Jalang hingga Revolusi Kemerdekaan
Menuju 109 Tahun Kota Malang: Jejak sastra Chairil Anwar hingga embrio revolusi kemerdekaan Indonesia

Kota Malang, SJP - Kota Malang akan merayakan kelahirannya yang ke 109 tahun pada 1 April 2023.

Sebagai salah satu kota yang historis sejak masa kerajaan hingga kolonial, Kota Malang ternyata juga menyimpan keistimewaan yang lain.

Bagaimana tidak, Kota Malang juga menjadi salah satu embrio dari perkembangan sastra hingga gerakan revolusioner Indonesia pada masa penjajahan hingga revolusi fisik.

Salah satu sastrawan masa revolusi Indonesia yang turut menorehkan tinta hingga ceritanya di Kota Malang adalah Si Binatang Jalang, Chairil Anwar.

Bahkan, romantika sejarah dari sastra dan perjuangan tersebut masih terabadikan hingga saat ini pada Patung Chairil Anwar yang berlokasi di Kayutangan Heritage.

"Kota Malang menjadi tempat yang spesial bagi Si Binatang Jalang karena Kota Malang menjadi satu dari dua kota yang memiliki patung Chairil Anwar," ungkap sejarawan, FX Domini BB Hera.

Pematung yang membuat patung Chairil Anwar adalah Widagdo, seorang pematung dan pelukis yang juga sebagai Ketua Angkatan Muda Malang saat itu.

Patung tersebut diresmikan pada 28 April 1955, satu dekade pasca revolusi kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Jauh sebelum itu, Kota Malang dalam sejarah hidup Chairil pernah dikunjungi pada 28 Februari 1947.

Dalam kunjungannya tersebut dia menulis 2 sajak. Sajak pertama yaitu Sajak Buat Basuki Resobowo, seorang pelukis dan teman Chairil. Sajak kedua adalah Sajak Sorga.

Kedatangan Chairil ke Kota Malang bertepatan dengan sidang BP KNIP yang saat itu berlangsung di Gedung Rakyat Indonesia (Gedung Sarinah hari ini).

"Membaca Chairil di Kota Malang tidak bisa dipisahkan dari peristiwa monumental sidang BP KNIP. Suasana zaman saat itu mendukung Chairil untuk melahirkan 2 karya. Sayangnya tidak banyak orang tau bahwa 2 sajak ini dibuat di Kota Malang. Harusnya publik Kota Malang bangga terhadap fakta ini," lanjut alumnus Sejarah UM tersebut.

Sajak Chairil juga turut membakar semangat sepanjang revolusi kemerdekaan Indonesia hingga revolusi fisik pasca kemerdekaan.

"Karena itulah, pada tahun 1955 dalam momentum 10 tahun revolusi Indonesia merdeka dia diabadikan (lewat patung ini)," imbuhnya.

Di tubuh patung tersebut juga dituliskan salah satu sajak paling revolusioner milik Chairil dengan judul "AKU".

Bahkan dalam peresmian patung pada saat itu, digelar acara sepanjang satu minggu.

"Malang benar-benar merayakan Chairil waktu peresmian patung dengan rangkaian acara selama seminggu penuh dari 21-28 april 1955. Saat itu, fragmen puisi Chairil diabadikan dan dipasang di sudut-sudut jalan Kota Malang. Tanggal 26-27 April juga digelar deklamasi puisi serta sayembara membuat sajak dan puncaknya, 28 April 1955 peresmian patung oleh Walikota Malang saat itu, Pak Sardjono," terang sejarawan yang kerap dipanggil Sisco tersebut.

Chairil Anwar sampai saat ini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional, akan tetapi dalam dunia sastra dia adalah pahlawan.

Perlu diketahui, salah satu kutipan dalam poster revolusi yang fenomenal "Boeng Ajo Boeng" ternyata juga merupakan ciptaan Chairil Anwar.

"Yang belum banyak diketahui orang, kata Bung yang digagas Chairil Anwar tersebut datang dari para pekerja seks komersial yang saat itu sering menawarkan jasa dengan memanggil "Bung..sini Bung..!". Lewat ungkapan magis Chairil Anwar, “Bung” akhirnya bisa keluar dari bilik remang-remang dan ikut ambil peran dalam revolusi panjang kemerdekaan Bangsa Indonesia," dilansir dari volkpop.co

Kota Malang memang sekali lagi tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sastra, dan perjalanan Chairil membuktikan itu.

"Bahkan di tanah kelahiran Chairil (di Medan) tidak ada patung Chairil, tetapi di Kota Malang Chairil sangat diistimewakan," tandas Sisco. (Donny Maulana)

Editor: Vebriansyah

Tags
Anda Sedang Membaca:

109 Kota Malang: Jejak Sastra Si Binatang Jalang hingga Revolusi Kemerdekaan

Share

APA REAKSI ANDA?

0 Sangat Suka

0 Suka

0 Tertawa

0 Flat

0 Sedih

0 Marah

ADVERTISEMENT