Sabtu, 10 Juni 2023
Opini

Rengginang Berkaleng Khong Guan

profile
Doi

22 April 2023 15:23

1.8k dilihat
Rengginang Berkaleng Khong Guan
Filosofi silaturahmi dalam budaya halal bihalal saat hari raya Idulfitri, dalam opini Rengginang Berkaleng Khong Guan. (suara.com)

Oleh: Sugeng Winarno
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMM

Idulfitri 1444, SJP – Rengginang. Camilan yang satu ini telah menjadi salah satu sajian ikonik lebaran. Penganan kriuk ini memang tak selalu bersanding dengan kue-kue “ningrat” lebaran seperti nastar, kastengel, putri salju, semprit, cookies, lidah kucing, kacang bawang, mente, dan aneka hidangan khas lebaran lainnya.

Uniknya, sering rengginang ditempatkan di wadah bekas kaleng biskuit Khong Guan. Rengginang jadi camilan yang banyak dirindukan saat lebaran. Rasanya yang renyah dan gurih bisa bikin orang rindu pulang kampung. 

Rengginang yang diwadahi kaleng biskuit Khong Guan itu, menjadi sahabat ngobrol yang gayeng sambil ditemani kopi atau teh manis.

Rasanya yang gurih kemremes memanjakan lidah saat mengunyahnya.
Penganan yang terbuat dari beras ketan ini memang identik dengan kue Lebaran di kampung. 

Ketika bersilaturahmi ke rumah sanak saudara di kampung, bisa dipastikan tersaji rengginang di meja tamu. Rengginang seperti menjadi kue wajib yang menemani lebaran.

Lebaran dan rengginang menjadi pasangan yang klop. Kue yang terbilang ndeso ini memang selalu dibuat banyak ibu-ibu di kampung jelang lebaran.

Kesederhanaan Rengginang, tergolong kue yang bahan dan cara membuatnya mudah. Awalnya, beras ketan dicuci hingga bersih dan direndam selama satu malam.

Setelah itu beras ketan dikukus hingga matang, diberi bawang putih dan garam secukupnya. Selanjutnya dibentuk, dijemur kurang lebih tiga hari hingga kering, dan akhirnya digoreng.

Kue ini tak butuh bahan yang rumit. Tak perlu keterampilan yang sulit pula agar bisa membuat rengginang.

Kebanyakan orang kampung bisa membuat kue rengginang. Keterampilan membuat rengginang sudah turun temurun dari generasi ke generasi.

Ada beberapa modifikasi kue rengginang saat ini, namun bahan dasarnya tetap sama yakni beras ketan.

Pada meja-meja ruang tamu masyarakat kota, tak selalu tersaji rengginang. Mungkin rengginang dianggap tak selevel dengan aneka kue modern.

Rengginang seperti tak pantas bersanding dengan kue butter cookies, wafer, aneka biskuit kaleng, kastengel, dan beragam kue kekinian yang lain. 

Kini, rengginang yang setiap kepingnya mengandung sekitar 12 kalori, lemak 0.17 gram, kabohidrat 2,23 gram, dan protein 0,2 gram itu masih banyak yang suka.

Tak hanya di desa dan kampung, kue ini juga di jual di pusat-pusat perbelanjaan, juga di online shop. 

Pembelinya hampir bisa dipastikan punya memori makan rengginang di kampung halamannya. Kini rengginang telah diproduksi massal.

Rengginang telah menjadi komoditas yang telah dikomodifikasi menjadi barang dagangan dalam industri besar.

Rengginang yang awalnya lahir dari  kampung itu kini telah naik kelas dikonsumsi oleh orang-orang perkotaan. Kini rengginang sudah selevel Khong Guan biskuit.

Rengginang hingga kini masih tetap eksis sebagai kue Lebaran jadul yang masih mampu bertahan. Tak ada yang berubah dari kesederhanaan rengginang, walaupun banyak orang menyajikannya dalam kaleng biskuit Khong Guan. 

Rengginang masih tetap kue Lembaran yang renyah, gurih, kriuk, dan kremes. Kesederhanaan kue rengginang menyiratkan pesan bahwa merayakan Lebaran tak harus bermewah-mewah. 

Beruntunglah kita yang saat bersilaturahmi Lebaran masih menemukan suguhan rengginang.

Itu artinya kita menemukan obat rindu akan masa lalu. Rindu pada kesederhanaan, kekeluargaan dan kebersamaan yang tercipta bersama rengginang.

Sebagai penawar rindu, Rengginang punya makna yang lebih dari sekadar jajanan. Kue ini serasa jadi obat penawar rindu pada kampung halaman, pada masa kecil, dan pada rasa kebersamaan.  

Rengginang yang renyah, kriuk, dan kemremes itu bisa membawa pada nostalgi kebersamaan dengan teman dekat, kerabat, dan saudara saat lebaran tiba.

Kue rengginang, apalagi kalau dipadu dengan minuman kopi atau teh hangat, rasanya memang istimewa. Keistimewaan rengginang bukan terletak pada bahan dan cara penyajiannya. 

Namun, rengginang menjadi sangat spesial karena mampu mengobati rindu pada masa lalu. Rengginang mampu menggugah kenangan masa lampau pada kehidupan kebersamaan di kampung.

Rengginang telah hadir sejak lama sebagai kue pelengkap saat sesama warga berkumpul, bertamu, sekedar ngobrol, rembug warga, hingga hajatan sunatan dan mantenan. 

Rengginang identik dengan masyarakat kampung yang guyub rukun. Rengginang identik sebagai kue pemantik suasana keakraban dan renyahnya suasana kebersamaan sesama warga.

Ketika kini banyak orang kampung yang telah hijrah ke kota, rengginang mampu jadi obat penawar rindu para pemudik pada kampung halaman mereka. Kriuk atau kremes rengginang itu mengobati rasa rindu pada kampung dan desa. 

Pada suasana kebersamaan dan kesederhanaan masyarakat kampung. Walau rengginang saat ini dengan mudah bisa dibeli di supermarket dan pusat oleh-oleh yang menjamur di pinggir jalan kota, namun rengginang masih identik dengan kue tradisional.

Mereka yang mengenal dan suka dengan rengginang hampir bisa dipastikan punya kenangan tak terlupa di kampung halaman mereka masing-masing.

Rengginang di kampung tetap tak tergantikan. Tak hanya soal rengginangnya, namun suasana dan situasi yang melengkapi saat makan rengginang tersebut.

Obrolan gayeng, kebersamaan dan persaudaraan yang dibangun bersama rengginang tak mampu tergantikan oleh rengginang yang sudah menjadi industri massal.

Rengginang itu bukan sekadar kue, namun rengginang adalah soal kekeluargaan. Rengginang itu juga mengajarkan kesederhanaan. Apapun wadah dan kalengnya, rengginang masih tetap jadi dirinya sendiri. 

Rengginang tak akan berubah rasa, bentuk, dan arti walau dimasukkan di kaleng aneka biskuit kekinian. Selamat pulang mudik, ber-Lebaran, dan menikmati renyahnya rengginang. (**)

Editor: Doi Nuri 

Tags
Anda Sedang Membaca:

Rengginang Berkaleng Khong Guan

Share

APA REAKSI ANDA?

0 Sangat Suka

0 Suka

0 Tertawa

0 Flat

0 Sedih

0 Marah

ADVERTISEMENT