Jumat, 22 September 2023
Peristiwa Daerah

Polemik Blue Fire TWA Ijen Banyuwangi, Benturan Kepentingan Industri Belerang dan Pariwisata

profile
Ikhwan

04 September 2023 21:00

1.8k dilihat
Polemik Blue Fire TWA Ijen Banyuwangi, Benturan Kepentingan Industri Belerang dan Pariwisata
Disbudpar Banyuwangi mengadakan hearing bersama para Guide, Travel Agen, BKSDA beserta Pengelola Candi Ngerimbi, Senin (4/9/2023) (Foto : Ikhwan/SJP)

Kabupaten Banyuwangi, SJP - Aktivitas pariwisata di Taman Wisata Alam (TWA) Ijen Banyuwangi tengah bergejolak. Pemicunya lantaran banyak pengunjung yang kecewa sebab gagal menyaksikan blue fire. 

Padahal api biru tersebut adalah salah satu spot ikonik dari gunung yang memiliki ketinggian 2.769 mdpl tersebut.

Berbagai spekulasi muncul. Tidak adanya api biru di Kawah Ijen memang sengaja dibuat oleh PT. Candi Ngerimbi. 

Industri penyubliman belerang yang sudah puluhan tahun berwenang dan mengelola dapur belerang di Kawah Ijen. 

Oleh sebab itu, Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menengahi persoalan ini. 

Dinas mengadakan hearing bersama para Guide, Travel Agen, BKSDA beserta Pengelola Candi Ngerimbi, Senin (4/9/2023).

Dalam forum ini semua pihak memberikan argumen. Membuat pembahasan berjalan cukup alot. 

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Banyuwangi, Andika Rahmat mengatakan, ketiadaan api biru membuat banyak wisatawan kecewa. Menganggap api biru hanya bualan yang dibuat-buat.

"Branding kita adalah blue fire, dengan tidak optimalnya blue fire maka mempengaruhi kesan wisatawan yang datang ke Ijen," ujar Andika.

Andika berharap persoalan ini segera bisa dicarikan solusi. Sehingga tidak sampai mempengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Kawah Ijen.

Dalam pertemuan tersebut koordintaor PT. Candi Ngerimbi, Bambang Heri Purwanto memberikan penjelasan. 

Api biru biasanya muncul di sekitar pipa yang mengalirkan cairan belerang. Api itu merupakan reaksi yang tercipta dari proses penyubliman. 

Suhu pada pipa sangat panas, bisa mencapai 600 derajat. Dari situ lalu terdapat uap lalu memunculkan api biru. 

Perusahaan memang sengaja mengantisipasi kemunculan blue fire. Sebab bila api dibiarkan, otomotis produksi belerang cenderung sedikit.

Di satu sisi, kemunculannya dapat mengancam timbunan belerang hasil penyubliman yang disimpan tak jauh dari lokasi dapur.

"Bila dibiarkan bisa membakar simpanan belerang kita yang jumlahnya lebih dari 60 ton," kata pria yang akrab disapa Heri tersebut.

Bila saja, lanjut Heri, timbunan puluhan ton belerang itu bisa segera diangkut ke gudang penyimpanan maka memungkinan atraksi api biru bisa diperlihatkan lagi.

Namun kendalanya, saat ini jumlah pekerja pengangkut belerang sudah menurun drastis.Dari 350 orang tinggal 10 orang saja. 

"Banyak yang beralih menjadi joki troli wisatawan," ujar Heri.

Dari hasil pembahasan, Heri menyebut pemkab memberikan solusi supaya timbunan itu segera habis. Namun menurutnya solusinya kurang efektif.

"Sebetulnya butuh 40 orang saja, dua minggu timbunan belerang itu pasti sudah bisa diangkut semua," tegasnya.

Masih Heri, pihak Candi Ngerimbi sudah sejak lama memberikan solusi. Supaya kepentingan perusahaan tidak berbenturan dengan kepentingan pariwisata.

Dari 98 titik dapur belerang yang dikelola, Candi Ngerimbi memberikan satu dapur kepada Pemkab Banyuwangi untuk dikelola sebagai tempat mempertontonkan atraksi blue fire.

"Namanya dapur Kodim itu sudah kita tawarkan sejak dulu. Supaya bisa berdampingan antara kepentingan perusahan dengan destinasi wisata. Namun sampai sekarang belum disentuh," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq mengatakan solusi yang diberikan Candi Ngerimbi telah diterima. 

Dalam waktu dekat, Disbudpar akan merumuskan penganggaran penataan Dapur Kodim dan mengajukannya kepada Pemkab Banyuwangi.

"Jadi nanti setiap instansi baik itu BKSDA dan Candi Ngerimbi koordinasi dengan pimpinan masing-masing untuk merumuskan. Supaya tidak terjadi benturan kepentingan perusahaan dengan wisata," ujarnya.

Menurut Rofiq, kondisi dapur Kodim saat ini lumpuh. Kondisinya tertutup pasir dan belum ada pipa-pipa yang menjadi lubang keluarnya belerang. 

"Ini butuh anggaran besar, perlu pengerukan perlu pengadaan pipa. Pipanya ini khusus, menurut Candi Ngerimbi harga per pipanya sampai 3 juta, untuk satu dapur butuh sampai 25 pipa. Itu belum pengerukan dan membangun areanya supaya aman bagi wisatawan," tegasnya.

"Semoga nanti bisa dipertimbangkan oleh Pemkab Banyuwangi," imbuhnya.

Sebagai solusi sementara, lanjut Rofiq, dari hasil pertemuan adalah mempercepat pengangkutan timbunan belerang. Caranya dengan mengerahkan pemandu dan pelaku wisata.

"Setiap pelaku wisata membaw turun 2 kg, namun solusi itu masih belum dipertimbangkan oleh Candi Ngerimbi," tutupnya. (*)

Pewarta: Mohammad Ikhwan

Editor: Queen Ve 

Tags
Anda Sedang Membaca:

Polemik Blue Fire TWA Ijen Banyuwangi, Benturan Kepentingan Industri Belerang dan Pariwisata

Share

APA REAKSI ANDA?

0 Sangat Suka

0 Suka

0 Tertawa

0 Flat

0 Sedih

0 Marah

ADVERTISEMENT