Menuju 109 Tahun: Malang, The Switzerland van Oost Java

20 Maret 2023 08:44

Kota Malang, SJP - Kota Malang akan memasuki ulang tahun ke 109 tahun ini yang jatuh pada 1 April 2023.
Sebelum menjadi Kotapraja (Gemeente) pada 1 April 1914, Malang (yang meliputi Kabupaten Malang, Batu dan Kota Malang) menjadi bagian wilayah administratif (Afdeeling) dari Karesidenan Pasuruan.
Malang pada masa kolonial bahkan menjadi salah satu tempat hunian favorit dari para pejabat Hindia Belanda pada saat itu.
Bukti nyata sampai hari ini adalah deretan perumahan elit di daerah Jalan Ijen yang merupakan kawasan perumahan elit kolonial.
Hal ini tentunya bukan tanpa sebab, lantaran memang kondisi alam Malang yang dingin tidak jauh beda dengan kondisi di Eropa.
Bahkan karena itu juga, Malang mempunyai sebutan The Switzerland van Oost Java (Swiss dari Jawa Timur) karena dikelilingi oleh beberapa gugusan pegunungan.
Ada beberapa alasan dari penyebutan itu salah satunya juga untuk menarik turis/ wisatawan dari Eropa.
"Malang secara topografi memang daerah pegunungan. Seperti halnya Swiss, ini menjadikan Malang sebagai salah satu wisata yang bisa memberi kesan turis kolonial Eropa untuk menikmati Swiss di Jawa," ungkap Sejarawan, FX Domini BB Hera kepada Suarajatimpost.com Selasa, (7/3/2023).
Kesan yang terbangun adalah saat itu bagaimana turis dari Eropa melihat kota pegunungan di Asia dan itu di Hindia Belanda.
"Tidak bisa dipungkiri fakta bahwa kota pegunungan adalah Malang. Malang dikelilingi gugusan pegunungan. Dan ini merupakan strategi kolonial zaman dulu untuk menggaungkan promosi pariwisata bahwa Malang adalah Swiss van Oost Java atau Swiss di Jawa Timur," lanjutnya.
Beberapa pegunungan yang mengelilingi Malang adalah Gunung Semeru, Gunung Arjuna dan Gunung Kawi.
Lebih lanjut, adanya narasi tersebut ternyata sangat efektif untuk memperkenalkan Malang sebagai salah satu tujuan pariwisata eksklusif pada masa kolonial.
Sebagai bukti, hari ini banyak ditemukan sisa-sisa bangunan berupa hunian dengan arsitektur kolonial di Malang.
Seperti di daerah Jalan Ijen, Kawasan Kayutangan hingga hotel kolonial (Hotel Pelangi).
Tidak hanya pemandangan alam tapi pemandangan sosial budaya masyarakat di pegunungan/ dataran tinggi juga mampu menarik minat pelancong yang secara langsung memperkuat identitas Malang sebagai Swiss dari Jawa Timur.
Hal ini dapat dilihat bahwa di Kota Batu yang dulu juga merupakan wilayah Malang ada beberapa Hotel era Kolonial Belanda.
"Artinya di daerah pegunungan juga menjadi daerah wisata, bahkan di Pujon ada hotel yang semua perkakasnya berhiaskan strawberry dan blueberry. Sampai adanya pemandian air panas di sekitaran Candi Songgoriti," tambah pria yang akrab disapa Sisco tersebut.
Setelah Malang menjadi Kotapraja dan terlepas dari Karesidenan Pasuruan, promosi wisata ini semakin intens.
"Seluruh hotel di masa itu (1914 an) pasti membuat paket tur juga ke gunung. Bahkan ingat, Bukit Panderman itu dari nama Van Der Mans, konon tuan tanah konsesi hutan pinus di sana," lanjut alumni Sejarah Universitas Negeri Malang tersebut.
Hal ini tentunya semakin melegitimasi julukan "Malang, The Switzerland van Oost Java"
Terakhir, Sisco menyayangkan jika generasi hari ini tidak bisa merasakan bagaimana suasana Swiss dari Jawa Timur seperti masa kolonial dulu karena masifnya pembangunan gedung-gedung tinggi yang pada akhirnya menutupi keindahan pegunungan Malang.
"Refleksi hari ini, penduduk Malang terancam tidak bisa menikmati keindahan pegunungan yang mengelilingi wilayah mereka, karena banyak bangunan tinggi yang didirikan" tandasnya. (*)
Penulis: Donny Maulana
Editor: Doi Nuri
Tags
Menuju 109 Tahun: Malang, The Switzerland van Oost Java
APA REAKSI ANDA?
0 Sangat Suka
0 Suka
0 Tertawa
0 Flat
0 Sedih
0 Marah