Kisah Lengkap Meninggalnya Wanita Bojonegoro yang Jasadnya Dijaga Anjing
Di sisa umurnya, Djoewita tidak bekerja karena faktor usia, untuk makan sehari-hari ia mengandalkan pemberian dari tetangga yang berbelas kasih melihat kesendirianya
Kabupaten Bojonegoro, SJP- Meninggalnya Djoewita (78), warga Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kelurahan Karangpacar, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro sempat membuat heboh.
Pasalnya wanita berdarah Tionghoa itu diketahui hidup sebatang kara lebih dari sepuluh tahun dan hanya ditemani oleh seekor anjing peliharaanya.
Hingga saat raganya sudah tak bernyawa, sang anjing tak memperbolehkan siapapun mendekati jasad majikannya.
Di sisa umurnya, Djoewita tidak bekerja karena faktor usia, untuk makan sehari-hari ia mengandalkan pemberian dari tetangga yang berbelas kasih melihat kesendirianya.
Kapolsek Bojonegoro Kota Kompol Mukodam membenarkan kronologi kisah Djuwita ini. Hasil identifikasi medis menyatakan Djoewita meninggal dunia pada hari itu juga.
"Korban dinyatakan telah meninggal selama enam jam saat ditemukan," ungkap Kapolsek Bojonegoro kota.
Dugaan penyebab kematianya adalah sakit lambung, sebab saat olah TKP ditemukan beberapa jenis obat penyakit lambung.
"Tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh Djoewita," lanjutnya.
Pada saat evakuasi, salah satu tetangga Frendi Mohan juga menceritakan kisah tentang lansia tersebut.
Ia adalah salah satu tetangga yang berbelas kasih terhadap Djoewita dan setiap hari rutin mengunjungi Djoewita untuk memberi makan.
Namun pada Rabu (24/4/) pagi, Djoewita tidak merespon panggilan Frendi Mohan yang hendak memberikan sarapan.
Karena sudah berkali-kali dipanggil tidak merespon, Frendi Mohan lantas memutuskan kembali membawa makanan yang hendak diberikan, ia menduga Djoewita sedang keluar rumah.
"Saat itu saya menduga Djoewita keluar di lingkungan sekitar," jelas Frendi Mohan.
Masih di hari yang sama, yakni waktu siang, Frendi Mohan kembali mendatangi rumah Djoewita untuk memberikan makan siang. Saat dipanggil, Djoewita kembali tidak memberikan respon.
Sang tetangga baik hati itu pun melihat ada keganjilan, yakni lampu teras yang masih menyala, dan pintu rumahnya masih terkunci seperti saat pagi hari saat ia mengantarkan sarapan.
Frendi, begitu ia disapa, cemas dan menghubungi Marry, keponakan Djoewita yang tinggal di Kecamatan Dander, untuk menanyakan keberadaan lansia itu, namun jawaban yang diperoleh justru semakin meningkatkan kecemasanya.
Akhirnya Frendi Mohan melapor pada RT setempat dan langsung diteruskan pada pihak terkait, lalu ditindaklanjuti bersama dengan membredel kunci pagar rumah Djoewita.
Setelah berhasil masuk ke pekarangan dan teras rumah Djuwita, ketua RT, Lurah Karangpacar, dan anggota Polsek Bojonegoro Kota mencari celah agar bisa melihat ke dalam rumah, dan melihat Djuwita tertelungkup di lantai kamar dengan ditemani anjing peliharaanya.
Mereka memutuskan membuka paksa pintu rumah Djuwita. Ketika pintu berhasil dibuka, anjing peliharaan Djuwita langsung keluar dan menyerang sambil menyalaki mereka, seolah-olah tak seorangpun diperbolehkan mengganggu majikannya.
Anjing peliharaan Djuwita ini seolah tak ingin tuannya diganggu orang lain. Menyikapi hal ini, Frendi Mohan, Ketua RT, Lurah Karangpacar, dan anggota Polsek Bojonegoro Kota kewalahan.
Karena kewalahan atas sikap anjing peliharaan Djoewita itu, mereka lantas menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Dindamkarmat) Bojonegoro.
Saat tiba di lokasi, personil Damkarmat Bojonegoro langsung berusaha menjinakkan anjing jenis lokal yang masih agresif itu. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menjinakkan dan memisahkan anjing dari jasad Djoewita.
Anjing jenis lokal, berperawakan besar, dan berwarna putih-hitam ini dikurung di dapur. Seusai itu, personel Dindamkarmat Bojonegoro dan Polsek Bojonegoro Kota menilik Djuwita yang ternyata sudah tewas.
Petugas langsung mengevakuasi jasad Djuwita dan membawanya ke RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro untuk diidentifikasi secara medis, dipulasarakan lalu diserahkan ke kerabatnya untuk dikebumikan.
Retno, salah satu teman sekaligus tetangga mendiang Djoewita menceritakan, lansia tersebut merupakan sosok yang baik dan memang kesepian. Djoewita sudah menjalani kesepianya selama lebih 10 tahun.
"Dia (Djuwita) hidup sendiri lebih dari sepuluh tahun. Suaminya sudah lama meninggal dunia. Dalam pernikahan, dia dan suami tak dikaruniai anak," ungkapnya.
Kerabat terdekat yang dimiliki Djoewita yakni Marry, yang tinggal di Kecamatan Dander, jaraknya 12 kilometer dari rumah Djoewita.
"Kerabat lainya ada di Surabaya," imbuh Retno.
Retno semakin merasa pilu saat mengetahui anjing peliharaan Djoewita turut menyusul perempuan lansia itu sesaat setelah jasad Djoewita dievakuasi petugas.
Sebelum mati, sejatinya anjing peninggalan Djoewita hendak dititipkan ke tetangga lain yang telah bersedia untuk merawat, dimana si anjing diantar menggunakan mobil. Namun saat sampai tujuan dan hendak diturunkan dari mobil, anjing peliharaan Djoewita sudah mati.
"Saat dikeluarkan dari dalam mobil, anjingnya ternyata mati. Lidahnya sudah menjulur keluar," terangnya.
Retno menduga anjing itu mati karena sedih ditinggal sang majikan, sebab Djoewita merawat anjing itu dari kecil.
"Anjing itu mungkin sedih dan juga stress kehilangan Djuwita. Anjing itu kan tahu perasaan kalau sudah dirawat lama," pungkasnya. (*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?