2 Jam Diterjang Hujan, Desa Jogomerto di Nganjuk Terancam Banjir dan Longsor
Bagi warga Desa Jogomerto, banjir dan longsor sejatinya merupakan perkara klasik yang kerap terjadi saat musim hujan
NGANJUK, SJP - Desa Jogomerto, Kecamatan Tanjunganom, sebuah kawasan yang terletak di daerah dengan intensitas curah hujan tinggi, kini berada dalam situasi yang memprihatinkan.
Hujan deras yang terus mengguyur dalam beberapa hari terakhir menyebabkan debit air Sungai Afur 9 meningkat tajam. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi delapan kepala keluarga yang tinggal di bantaran sungai tersebut.
Dari keterangan sejumlah nara sumber yang berhasil ditemui suarajatimpost mengatakan, air sungai mulai meluap ke pemukiman saat hujan deras berlangsung lebih dari dua jam tanpa henti.
Rumah-rumah yang terletak dekat dengan tepi sungai terancam banjir dan longsor, mengingat sebagian besar tanah di sekitar sungai mulai mengalami erosi.
"Kami tidak bisa tidur nyenyak setiap kali hujan deras turun. Takut tiba-tiba air masuk ke rumah atau tanah longsor," ujar salah satu warga, dengan nada cemas, Kamis (26/12/2024)
Kepala Desa Jogomerto, Wiwik menjelaskan, wilayah ini memang rawan banjir dan longsor, terutama saat musim hujan.
"Kami sudah memperingatkan warga untuk tetap waspada, terutama mereka yang tinggal di sekitar Sungai Afur 9," kata Wiwik.
Pihaknya mengaku telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk untuk mengantisipasi potensi bencana.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Nganjuk, Gunawan Widagdo mengaku akan memberikan respons dan akan menurunkan tim Unit Reaksi Cepat (URC) Pengairan untuk cek lokasi.
”Trima kasih informasinya. Sementara kita masih menangani luapan sungai kuncir, untuk sungai afur sembilan segera akan di cek tim URC,” ucap Gunawan, Kamis (26/12/2024)
Untuk diketahui, persoalan ini sebenarnya bukan persoalan baru bagi warga terdampak luapan air sungai afur 9. Bagi warga setempat, banjir merupakan persoalan klasik yang belum tertangani sampai sekarang.
Selain pembersihan eceng gondok dan sampah, tanggul sungai juga ditinggikan. Langkah itu bertujuan untuk menanggulangi luapan air sungai agar tidak membanjiri rumah warga.
Meski demikian, keterbatasan sumber daya menjadi tantangan besar dalam menangani situasi ini. Bantaran sungai yang sempit dan minimnya tanggul penahan air membuat wilayah ini semakin rentan.
Selain itu, aktivitas penduduk yang masih menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan limbah domestik juga memperparah kondisi sungai.
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Desa (Pemdes) Jogonerto telah mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman saat intensitas hujan meningkat.
Curah hujan yang tinggi diperkirakan masih akan terus terjadi selama beberapa minggu ke depan. Sementara itu, warga Desa Jogomerto hanya bisa berdoa dan bergantung pada upaya mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah dan komunitas setempat.
Situasi ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap bencana.
Dengan segala upaya yang telah dilakukan, masyarakat Desa Jogomerto berharap bencana dapat dihindari dan kehidupan mereka kembali normal.
Namun, kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana tetap harus ditingkatkan untuk menghadapi musim penghujan yang tak menentu.(*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?