UMM Kukuhkan Dua Profesor Baru, Kaji Ekonomi dan SDGs
Prof Dr Idah Zuhroh MM dan Prof Dr Widayat MM keduanya mengkaji manajemen pemasaran dan juga sustainable development goals (SDGs)
Kota Malang, SJP - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menambah dua guru besar (gubes).
Mereka adalah adalah Prof Dr Idah Zuhroh MM dan Prof Dr Widayat MM. Keduanya mengkaji manajemen pemasaran dan juga sustainable development goals (SDGs).
Menurut Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik, MSi topik yang dipilih keduanya Gubes ini sangat menarik.
Pasalnya salah satu tantangan besar Indonesia ialah menyelesaikan kesenjangan sosial. Apalagi melihat jumlah pengangguran usia 15-27 tahun yang mencapai 9,9 juta.
“Apabila tidak diselesaikan, maka dapat memicu melebarnya kesenjangan sosial. Bahkan juga mereduksi stabilitas ekonomi politik nasional,” ungkap Rektor UMM, Sabtu (18/05).
Maka, melalui orasinya, kedua gubes UMM memberikan isyarat bahwa kajian eknomi tentang wellfare economic yang termodifikasi harus didorong. Hingga akhrinya mampu mengakhiri kesenjangan sosial.
Selain itu, Nazar menegaskan bahwa sebagai Perguruan Tinggi, UMM selalu diharapkan untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan dan perkembangan masyarakat.
Berupaya menyediakan pendidikan yang lebih baik, juga bantuan sosial, dan upaya kesejahteraan lainnya.
“Saat ini, UMM telah memiliki 62 gubes, Mudah-mudahan kita bisa mencapai 80-90 guru besar baru di tahun ini," ucap Tektor.
Dengan demikian, Kampus Putih ini bisa berdedikasi memberikan layanan pendidikan yang lebih responsif dan berkualitas, semata-mata untuk pengabdian pada Allah SWT.
Di sisi lain, dalam orasi ilmiahnya Prof Dr Idah Zuhroh MM menguraikan mengenai peran perbankan syariah dalam mendorong ketercapaian SDGs: pendekatan multilayer dan penguatan regulasi berbasis intersectoral.
Menurutnya, peran perbankan syariah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan menjadi semakin penting, karena dapat menjadi kunci memobilisasi dana untuk mendukung SDGs.
“Maka perbankan syariah, berperan penting dalam berkontribusi terhadap pembangunan global dan SDGs,” ungkapnya.
Ia juga membahas tentang konsep pembiayaan syariah multilayer. Konsep ini diilhami oleh anatomi bangunan gedung, yang terdiri dari pondasi, pedestal, dan pilar. Pondasi terdiri dari kerangka regulasi yang matang, komitmen yang kuat, dan infrastruktur keuangan yang memadai.
Tiga elemen fondasi tersebut menjadi penopang bagi lima pilar utama. Di antaranya diversifikasi produk dan pembiayaan, pengembangan kapasitas SDM, manajemen risiko dan kepatuhan syariah, kecukupan modal, serta literasi dan adopsi keuangan syariah.
Penguatan kebijakan intersektoral yang diimplementasikan melalui kolaborasi berbasis inovasi terbuka juga penting. Kerja sama lintas sektor dan inovasi terbuka adalah kunci utama keberhasilan dalam meningkatkan peran intermediasi perbankan syariah, yang pada gilirannya membantu meningkatkan pencapaian SDGs.
Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Widayat MM, Gubes kedua yang dikukuhkan UMM. Ia mengkaji tentang membangun gaya hidup berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan holistik. Ia menjelaskan bahwa isu-isu mengenai green economy, green marketing, responsible production and consumption, yang merupakan pilar SDGs, menyisakan pekerjaan rumah yang menarik.
"Maka, menciptakan gaya hidup seimbang dan berkelanjutan sangat penting," tukas Prof Widayat.
Menurutnya, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan dan ukuran ekonomi lainnya. Kondisi sosial dan lingkungan menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan.
“Meningkatkan kesejahteraan, perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas lingkungan, dimana mereka bekerja dan hidup," ujarnya.
Bahkan problem-problem sosial, seperti budaya hidup tidak sehat, persoalan kesemrawutan transformasi, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk berkontribusi kuat terhadapa kesejahteraan. Pun dengan polusi udara, pencermaran lingkungan, persoalan sampah, dan lain-lain.
Guna menciptakan kondisi lingkungan sosial yang baik dan membentuk kebiasaan berperilaku amar ma’ruf serta anti mungkar, bisa dilakukan dengan dakwah terintegratif.
Adapun social marketing juga bisa dilakukan dengan pendekatan yang mengadopsi prinsip- prinsip conventional marketing, yang lebih relevan terhadap problem sosial dan lingkungan. Apalagi jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional seperti pemberlakukan denda, hukuman atau sekedar kampanye sosial. (ADV)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?