Disleksia: Tantangan Kognitif dan Pentingnya Pendekatan Tepat Sejak Dini

Penanganan yang tepat terhadap disleksia, dimulai dari pendekatan yang lebih memahami kondisi unik setiap anak, orang tua dan guru di sekolah sebaiknya menggunakan metode observasi pola belajar, tes sederhana, dan pemantauan perkembangan bahasa untuk lebih cepat mengidentifikasi tanda-tanda awal disleksia.

23 Aug 2024 - 13:00
Disleksia: Tantangan Kognitif dan Pentingnya Pendekatan Tepat Sejak Dini
Disleksia: Tantangan Kognitif dan Pentingnya Pendekatan Tepat Sejak Dini (Ilustrasi by Tiwandasella/SJP)

Surabaya, SJP - Disleksia adalah gangguan perkembangan yang sering kali menyebabkan kesulitan dalam mengenali kata-kata tertulis, ejaan, serta memengaruhi kecepatan dan kelancaran membaca.

Kondisi ini memerlukan perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan kognitif seorang anak jika tidak dideteksi dan ditangani sejak dini, namun perlu digarisbawahi bahwa disleksia tidak bisa sembuh, karena disleksia bukanlah penyakit.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Inspektorat Jawa Timur, Chusnur Ismiati Hendro Gunawan, menekankan bahwa disleksia tidak hanya disebabkan oleh kelainan otak, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, serta pola asuh yang tidak tepat. 

“Kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua adalah memaksakan anak dalam proses belajar hingga menyebabkan tekanan yang berlebihan, yang justru memperlambat perkembangan kognitifnya,” jelas perempuan yang akrab disapa Iis Hendro itu, Jum'at (23/8).

Penanganan yang tepat, menurutnya, dimulai dari pendekatan yang lebih memahami kondisi unik setiap anak, orang tua dan guru di sekolah sebaiknya menggunakan metode observasi pola belajar, tes sederhana, dan pemantauan perkembangan bahasa untuk lebih cepat mengidentifikasi tanda-tanda awal disleksia. 

“Anak-anak dengan disleksia memerlukan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar mereka bisa terlibat dengan semangat, dan bahkan jatuh cinta pada kegiatan membaca,” tambah Chusnur Ismiati.

Seorang praktisi sekaligus pemerhati anak, Agil Torresia Nirwanasari, menegaskan pentingnya deteksi dini disleksia pada anak-anak, terutama ketika mereka mulai bersekolah atau pada usia 3-4 tahun. 

“Ciri-ciri awal disleksia biasanya terlihat dari perkembangan kognitif yang tertinggal dibandingkan anak-anak seusianya, jika gejala tersebut terdeteksi, segera bawa anak ke psikolog untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar owner Athalia's Blessing - Special Education itu.

Disleksia bukan hanya memengaruhi kemampuan anak dalam mengelola emosi, tetapi juga berdampak pada cara mereka mempersepsikan informasi yang diterima.

Agil juga memaparkan bahwa tes IQ memiliki peranan penting untuk melihat apakah seseorang terutama anak mengalami disleksia atau gangguan lain, karena di setiap spektrum kecerdasan memiliki gangguan yang berbeda-beda.

"Tes IQ penting untuk menghindari salah diagnosa, gangguan disleksia terjadi pada IQ normal, yakni di angka 90 hingga 110 yang satu lingkup dengan ADHD," sebut Agil.

"Kalau dibawah 90 maka tergolong disabilitas intelektual, bisa ringan, sedang atau berat, sedangkan pada IQ diatas 110 maka akan masuk ke ranah gifted, superior atau genius," imbuhnya.

Oleh karena itu, penanganan yang tepat sejak dini dapat memberikan hasil yang lebih efektif dalam membantu anak mengatasi tantangan ini dan berkembang secara optimal.

"Deteksi dini sangat penting untuk menangani gangguan ini secara efektif dan membantu anak mencapai potensinya," ujar Agil.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi ini, pihak Athalia's Blessing akan bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Inspektorat Provinsi Jawa Timur dan PP PAUD Jawa Timur mengadakan workshop bertema "Solusi Mudah Membaca dengan Metode Fonik Pintar" pada 24 Agustus besok hingga 25 Agustus di Gedung Inspektorat Jawa Timur, Sidoarjo. 

Workshop yang berlangsung selama dua hari ini menghadirkan Prof. Ong Puay Hoon dari Malaysia, pendiri SMARTER Phonics, untuk memberikan wawasan praktis tentang metode fonik yang dapat membantu anak-anak dengan disleksia dalam proses belajar membaca.

"Dengan itu saya dan tentunya para pemerhati lainnya ingin kesadaran masyarakat tentang kondisi anak, terutama disleksia bisa semakin meningkat dan ayo bersama-sama ciptakan lingkungan yang inklusif," pungkas Agil.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow