Sore Bersama Ilustrasi Idiom: Ketika Seni Hitam Putih Menyuarakan Jiwa

"Hitam putih itu penuh filosofi. Di balik kesederhanaannya, ada kekuatan untuk menyampaikan pesan yang lebih mendalam," tegas Roman C.

11 Jan 2025 - 20:30
Sore Bersama Ilustrasi Idiom: Ketika Seni Hitam Putih Menyuarakan Jiwa
Awal terbentuknya Ilustrasi idiom ditandai dengan digelarnya pameran lukis kolaborasi, Roman C dan Ridwan SS. Pameran dibuka oleh Nuzulis Koto dan ditulis oleh Hendri Nurcahyo (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Surabaya, kota yang tak pernah lepas dari denyut seni, sore itu menghadirkan pemandangan yang magis di Balai Pemuda. Di tengah denting gitar akustik yang mengalun lembut, seniman-seniman muda berkumpul, memamerkan goresan karya mereka. 

Di salah satu sudut, duduklah Roman Chuza dan Ridwan SS, dua sosok di balik 'Komunitas Ilustrasi Idiom'. Keduanya tampak asyik berbincang tentang perjalanan seni, ditemani secangkir kopi dan angin sejuk yang berhembus dari taman di sekitar.

"Komunitas ini lahir bukan hanya karena kecintaan kami pada seni, tetapi juga pada kebersamaan," ujar Roman Sabtu (11/1/2025), sambil tersenyum, ia membuka perbincangan ke dalam cerita panjang mereka.

Roman Chuza: Pewaris Goresan Surrealis dan Penggerak Seni Lokal

Roman Chuza, yang memiliki nama seni Roman C, bukan sekadar seniman biasa. Sebagai anak pertama dari almarhum Achmad Chusnan, pelukis beraliran surrealis yang dikenal dengan teknik hitam putihnya, Roman seolah lahir dengan kanvas dan pensil di tangannya. 

"Ayah saya yang merupakan alumni Akademi Seni Rupa Surabaya (AKSERA) adalah inspirasi terbesar dalam hidup saya. Teknik goresan hitam putih yang dia kembangkan kini menjadi bagian dari kurikulum seni di beberapa sekolah," ujarnya, penuh bangga.

Namun, Roman tak hanya berjalan di atas bayang-bayang ayahnya. Ia juga aktif sebagai anggota organisasi masyarakat OI (Orang Indonesia) yang digagas oleh penyanyi legendaris Iwan Fals, mengurus divisi kesenian di Surabaya. 

"Saya percaya seni adalah salah satu cara paling efektif untuk menyuarakan suara masyarakat," tambahnya.

Awal mula kelahiran komunitas yang ia pimpin saat ini terjadi pada September 2023, dimana kala itu Roman bersama Ridwan SS menggagas pameran kolaborasi bertajuk Ilustrasi Idiom di Dewan Kesenian Surabaya (DKS).

"Awalnya hanya pameran kolaborasi biasa. Tapi kemudian, kami merasa ada sesuatu yang lebih besar. Itulah momen kami sepakat untuk membentuk komunitas ini," kenangnya. 

Nama Ilustrasi Idiom pun diambil dari tema pameran, mencerminkan eksplorasi ide yang mendalam dan penuh makna.

Roman menjelaskan bahwa komunitas ini memiliki misi yang unik: mengangkat seni hitam putih agar setara, bahkan melampaui seni warna-warni yang marak saat ini.

"Hitam putih itu penuh filosofi. Di balik kesederhanaannya, ada kekuatan untuk menyampaikan pesan yang lebih mendalam," tegasnya.

Komunitas ini telah mengadakan berbagai pameran, termasuk di DAKESDA (Dewan Kesenian Sidoarjo) pada Juni 2024, yang mengusung tema hitam putih. Tak hanya itu, mereka juga aktif mendukung kesenian lokal dengan memberikan sumbangan alat seni ke sanggar-sanggar kecil, seperti Sanggar Sawung Galing di Jalan Kembang Kuning. 

"Kami ingin seni bisa diakses oleh semua orang, terutama generasi muda yang mungkin kesulitan mendapatkan fasilitas," ungkap Roman.

Ridwan SS: Seniman Muda yang Bijak Memilih Peran

Di sisi lain, Ridwan SS adalah sosok seniman muda yang berjiwa besar. Dengan gaya lukis naturalis dan surrealis, Ridwan membawa warna yang berbeda ke dalam komunitas ini. Namun, meski Ridwan adalah sosok penggagas nama dari Ilustrasi Idiom, ia memilih untuk menyerahkan kepemimpinan Komunitas kepada Roman.

"Mas Roman punya pengalaman dan jaringan yang lebih luas. Saya rasa itu keputusan yang bijak untuk komunitas ini," katanya dengan rendah hati.

Ridwan kemudian menjelaskan filosofi di balik nama Ilustrasi Idiom. 'Ilustrasi Idiom' sendiri mungkin merupakan frasa yang tidak begitu familiar ditelinga masyarakat umum, namun ternyata nama itu memiliki makna yang mendalam.

"Ilustrasi adalah visualisasi ide, sedangkan idiom adalah ungkapan yang kaya makna. Jadi, nama ini menggambarkan bagaimana kami mengekspresikan perasaan dan pandangan hidup melalui seni," jelasnya.

Ia juga menyoroti gaya dan aliran seni yang diusung komunitas ini. Ridwan menjelaskan bahwa komunitas Ilustrasi Idiom tidak memiliki batasan aliran seni, namun memiliki fokus utama di aliran seni hitam putih.

"Kami tidak membatasi diri. Ada surrealisme, naturalisme, hingga seni konseptual. Tapi ciri khas kami tetap pada eksplorasi seni hitam putih, karena kami percaya keindahan tidak selalu harus penuh warna," ujarnya.

Nantinya, Ridwan berharap Ilustrasi Idiom dapat terus berkembang. Salah satu rencana besar mereka adalah menggelar pameran di Galeri Nasional Raos Batu, Malang, pada 2025. 

"Kami ingin seni hitam putih ini dikenal lebih luas, menjadi identitas seni yang tidak hanya dihargai tetapi juga menginspirasi," katanya penuh semangat.

Melampaui Seni, Merajut Kebersamaan

Baik Roman maupun Ridwan sepakat bahwa Komunitas Ilustrasi Idiom adalah lebih dari sekadar kumpulan seniman. Ini adalah gerakan yang mengedepankan kebersamaan, silaturahmi, dan dedikasi untuk mendukung perkembangan seni rupa di Indonesia. 

Mereka bahkan mengalokasikan sebagian hasil pameran untuk kegiatan sosial, seperti memberikan santunan kepada anak yatim dan mengadakan edukasi seni gratis.

Di akhir perbincangan, Roman menegaskan misi komunitas ini. "Kami ingin seni bisa dirasakan oleh semua orang, baik sebagai pelaku maupun penikmat. Kami percaya seni adalah jembatan yang menyatukan jiwa-jiwa yang berbeda," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Ketika senja perlahan turun di Balai Pemuda, Roman dan Ridwan kembali larut dalam obrolan hangat mereka. Di tengah derai tawa dan suara gitar yang masih melantun, terasa jelas bahwa Komunitas Ilustrasi Idiom adalah cerminan dari semangat seni yang tak pernah padam di Kota Pahlawan. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow