Belajar dari Surabaya: Perjalanan Panjang TPS 3R Kota Palu ke Kampoeng Oase Ondomohen

“Pelestarian lingkungan harus dimulai dari langkah kecil dan gotong royong. Jika ada hasil nyata, apresiasi pasti datang, dan manfaatnya kembali ke masyarakat,” kata Endang Sriwulansari

11 Jan 2025 - 20:44
Belajar dari Surabaya: Perjalanan Panjang TPS 3R Kota Palu ke Kampoeng Oase Ondomohen
Tim TPS 3R Kota Palu belajar pengelolaan lingkungan di Kampoeng Oase Ondomohen, Surabaya (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Isu lingkungan menjadi salah satu tantangan terbesar di tengah laju urbanisasi dan perubahan iklim. Pengelolaan sampah yang efektif bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga langkah strategis menuju pembangunan berkelanjutan. 

Di tengah perjuangan berbagai daerah menemukan solusi, Kampoeng Oase Ondomohen, Surabaya, yang sudah memelopori gerakan ini selama dua dekade, menjadi bukti bahwa inovasi berbasis komunitas mampu mengubah wajah lingkungan perkotaan.

Terletak di jantung Kota Surabaya, Kampoeng Oase Ondomohen telah lama dikenal sebagai pelopor dalam pengelolaan sampah berbasis Reduce, Reuse, Recycle (3R). Dengan pendekatan berbasis masyarakat, mereka berhasil menciptakan lingkungan yang bersih, berdaya ekonomi, dan berkelanjutan. 

Tak heran jika wilayah ini menjadi tujuan belajar bagi banyak komunitas lingkungan, termasuk relawan Tempat Pengelolaan Sampah 3R (TPS 3R) dari Kota Palu, Sulawesi Tengah yang jauh-jauh datang ke Kota Pahlawan untuk berguru.

Tin relawan TPS 3R Kota Palu, yang dipimpin oleh Suharyadi, melakukan kunjungan intensif untuk menyerap ilmu dari Kampoeng Oase Ondomohen. Perjalanan mereka bukan hanya tentang belajar mengelola sampah, tetapi juga membangun harapan baru bagi wilayah yang pernah terdampak bencana dahsyat.

Kelurahan Petobo di Kota Palu merupakan salah satu wilayah yang mengalami dampak parah akibat bencana likuifaksi pada 2018. Kini, kawasan tersebut mulai bangkit dengan keberadaan hunian tetap (huntap). Namun, seperti diungkapkan Suharyadi, masalah ekonomi dan lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah besar.

“Kami ingin mengubah Kelurahan Petobo menjadi destinasi wisata sejarah dan studi tiru, seperti Kampoeng Oase Ondomohen. Selain menjadi dasar ekonomi warga terdampak, ini juga bisa menjadi pendapatan asli kelurahan,” ungkap Suharyadi, Sabtu (11/1/2025).

Ia menambahkan, tantangan terbesar di Petobo adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Namun, melalui inisiatif swadaya yang dimulainya sejak 2022, ia berhasil menunjukkan bahwa sampah memiliki nilai ekonomi. 

“Saya pernah menjual sampah yang tadinya dianggap tidak bernilai hingga menghasilkan puluhan juta rupiah. Warga pun mulai melirik dan ingin ikut berkontribusi,” ujarnya.

Suharyadi berharap pendekatan berbasis RT yang diterapkan di Ondomohen dapat diadaptasi di Petobo. Dengan inovasi unggulan di setiap RT dan RW, ia optimistis Kelurahan Petobo bisa menjadi model pengelolaan lingkungan di Sulawesi Tengah.

“Insyaallah, apa yang kami pelajari di sini akan kami terapkan di Palu. Setiap RT dan RW di Petobo akan memiliki inovasi unggulan yang berbeda, sehingga kami bisa menjadi titik kunjungan studi tiru seperti Ondomohen,” ujar Suharyadi.

Di sisi lain, Ketua Kampoeng Oase Ondomohen, Endang Sriwulansari, menyambut penuh antusiasme kedatangan tim dari Kota Palu. Baginya, kunjungan ini mencerminkan semangat tinggi untuk bertransformasi, tak hanya dalam pengelolaan sampah tetapi juga membangun kota yang lebih baik.

"Bank sampah di sana sebenarnya sudah banyak, tetapi mereka ingin mempelajari bagaimana menciptakan pengelolaan lingkungan yang terintegrasi. Tujuannya adalah mengubah Kota Palu menjadi kota wisata yang berdaya tarik, seperti yang kami usahakan di Surabaya," ujarnya.

Endang juga menekankan pentingnya memulai dari langkah kecil yang terukur, seperti mengenali karakter lingkungan sekitar. Bagi Endang, langkah awal tidak perlu terlalu ambisius, cukup perlahan namun konsisten.

"Pelestarian lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian. Semuanya harus dilakukan secara terus-menerus dan melibatkan banyak pihak. Pada akhirnya, yang menikmati manfaatnya adalah masyarakat itu sendiri," tambahnya.

Adapun pembina Kampoeng Oase Ondomohen, Adi Candra yang hadir bersama Ketua PERBANUSA DPD II Kota Surabaya, Kemal Jamaluddin, menyambut hangat tim TPS 3R Kota Palu. Ia mengapresiasi semangat mereka yang rela menempuh perjalanan panjang, termasuk menggunakan kapal laut selama dua hari.

“Semangat belajar mereka luar biasa. Walaupun jadwal kunjungan sempat molor, mereka tetap antusias, bahkan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam,” ujar Adi.

Menurutnya, pengelolaan sampah dan lingkungan harus menjadi bagian integral dari tata kelola kota, sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) poin 11, yaitu menciptakan kota dan permukiman yang berkelanjutan. Ia juga memberikan tips awal kepada tim Palu untuk fokus pada langkah kecil yang terarah.

“Mulailah dengan rapat koordinasi untuk menentukan gerakan apa yang ingin diwujudkan. Lakukan pemetaan potensi dan hambatan, lalu jalankan program dengan istikomah. Saya yakin, keberuntungan akan berpihak pada mereka yang sungguh-sungguh,” tambahnya.

Kunjungan ini bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga pertukaran semangat untuk menciptakan perubahan. Dengan ilmu dan inspirasi yang diperoleh dari Kampoeng Oase Ondomohen, Suharyadi dan timnya siap membawa harapan baru bagi Kelurahan Petobo. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow