Pameran Lukis Lintas Generasi "Hong Wilaheng" di Surabaya: Menggugah Makna Kehidupan Melalui Seni

Pameran Hong Wilaheng Sekaring Bawono oleh Komunitas Ilustrasi Idiom bukan sekadar pameran lukisan biasa, melainkan representasi dari gagasan yang mendalam tentang kehidupan, kebersamaan, dan pentingnya memberikan dukungan kepada generasi muda.

19 Sep 2024 - 14:00
Pameran Lukis Lintas Generasi "Hong Wilaheng" di Surabaya: Menggugah Makna Kehidupan Melalui Seni
Lintas generasi: seniman senior yang sedang mendampingi anak-anak muda untuk melihat beragam lukisan dalan pameran Hong Wilaheng (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - "Hong Wilaheng Sekaring Bawana Langgeng," sebuah sastra jendra yang mungkin tidak asing bagi sebagian orang. Istilah ini sering muncul dalam diskusi kesenian dan budaya Jawa, bahkan sang Maestro, Gombloh juga pernah menyanyikan lagu yang gunakan istilah ini sebagai tajuknya.

Hong Wilaheng sendiri merupakan sebuah ajakan spiritual atau panggilan untuk kembali kepada diri yang sejati dan mengenali hakikat hidup sebagai manusia, sebuah konsep yang lahir dari kebudayaan Jawa, yang sarat dengan nilai-nilai filosofis.

Ajakan itulah yang ingin disampaikan dalam Pameran Lukisan Lintas Generasi "Hong Wilaheng Sekaring Bawana Langgeng" yang diselenggarakan oleh Komunitas Ilustrasi Idiom di Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS) sejak 14 September lalu.

Amdo Brada, selaku salah satu seniman lukis senior yang terlibat dalam pameran ini mengungkapkan bahwa istilah Hong Wilaheng bukan hanya sekadar judul, melainkan sebuah ajakan kepada masyarakat untuk kembali memahami esensi kehidupan melalui karya seni.

"Hong Wilaheng itu sebenarnya sudah lama bergaung di masyarakat Jawa, cuma terdengar seram karena ada miskonsepsi sebagai sebuah mantra atau sebagainya, padahal itu ajakan luhur untuk kembali kepada kodrat kita sebagai manusia, kembali ke Tuhan,” tutur Amdo, Kamis (19/9).

Ia menuturkan bahwa dalam kata 'Hong', tersembunyi makna manunggaling Cipto, Roso lan Karso (menyatunya niat, rasa, dan tekat), sebuah tridaya yang menjadikan hidup seorang manusia lebih bermakna, agar mampu menemukan jati diri dan menjadi sebaik-baiknya pribadi.

"Kita maknai itu dalam implementasi sebuah gerakan, manusia harus menjadi seorang penggembala bagi generasi penerusnya dengan cara merangkul, merawat, dan mengedukasi dalam bidangnya masing-masing, tidak terkecuali kami sebagai seorang seniman," sebutnya.

Karena itulah pameran ini disebut sebagai pameran lintas generasi, tidak hanya ditujukan untuk menginspirasi generasi muda, namun juga melibatkan seniman muda dan siswa yang baru belajar melukis untuk ikut memamerkan karya mereka disamping karya-karya seniman senior lainnya.

Ridwan SS. sebagai salah satu penggagas pameran yang juga tergabung dalam Ilustrasi Idiom menyebut bahwa ada total 30 lebih karya yang ditampilkan dalam pameran ini, dan 16 karya diantaranya adalah lukisan siswa-siswa yang masih dalam proses belajar melukis 

"Disamping itu, ada 8 seniman utama yang ikut berkontribusi memamerkan karyanya dalam kesempatan ini,” ujar Ridwan.

Bagi Ridwan sendiri, melalui pameran ini ia ingin menginspirasi generasi muda agar mereka tidak masuk ke dunia seni dan berkarya hanya untuk terpaku pada aspek komersil, namun juga diimbangi dengan nilai seni dan makna di tiap karya yang dihasilkan.

“Bahkan bagi saya, karya itu tidak harus 'menjual', kalaupun itu laku anggapannya adalah bonus, namun pada intinya kita dalam berkarya itu harus dari dalam jiwa,” tegasnya.

Tak hanya menampilkan karya dan mengedukasi tentang seni, pameran ini juga memiliki misi sosial, yang mana sebagian dari hasil pameran akan digunakan untuk membeli alat-alat lukis dan membuka perpustakaan kecil bagi para seniman muda sebagai bentuk dukungan perkembangan seni rupa di Surabaya dan Jawa Timur.

Mengenai hal itu, Roman Chuza yang juga sosok penggagas pameran disamping Ridwan SS. membeberkan harapan agar pameran ini mampu untuk melahirkan generasi muda yang dapat melanjutkan estafet seni dan bahkan melampaui apa yang telah dicapai oleh para seniman sebelumnya.

“Karya itu abadi, tetapi setelah kita, siapa yang akan melanjutkan? otomatis generasi muda, maka dari itu kami gagas pameran ini sebagai simbol dari niat baik untuk menyatukan seniman dari berbagai usia dan latar belakang," ucap Roman.

Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pameran ini, mulai dari pelukis sepuh dan nasional seperti Amdo, dan juga pihak-pihak lain seperti media yang telah membantu menyebarluaskan informasi tentang kesenian secara umum.

"Semoga pameran ini bisa bermanfaat, bagi para senior untuk terus eksis berkarya, dan bagi para junior untuk terus belajar agar menjadi penerus mereka, salam kebersamaan dalam berkesenian," pungkas Roman.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow