Menperin Patahkan Komentar Indonesia Alami Deindustrialisasi
Menperin juga sampaikan, industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20 persen pada triwulan III-2023 (yoy), lampaui pertumbuhan ekonomi yang capai 4,94 persen pada periode yang sama
Jakarta, SJP - Iklim usaha di Indonesia dinilai masih kondusif, tercermin dari aktivitas industri manufaktur yang semakin bergeliat, meski di tengah melambatnya ekonomi global.
Berbagai data dan indikator tunjukkan bahwa kinerja industri manufaktur di tanah air alami tren positif hingga akhir tahun 2023.
“Secara konsisten, kontribusi sektor industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional masih yang tertinggi. Misalnya, pada triwulan III tahun 2023, memberikan sumbangsih hingga 18,75 persen. Artinya, industri manufaktur masih berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (13/12).
Menperin juga sampaikan, industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20 persen pada triwulan III-2023 (yoy), lampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,94 persen pada periode yang sama.
“Bahkan, jika melihat data investasi di Indonesia, industri manufaktur berkontribusi hingga 40 persen. Selanjutnya, kontribusi industri manufaktur terhadap ekspor nasional mencapai 73 persen,” sebutnya.
Merujuk data-data tersebut, Menperin tegaskan bahwa Indonesia tidak sedang alami kondisi deindustrialisasi.
“Saya juga ingin menyampaikan data lain yang memperkuat bahwa Indonesia sedang mengalami ekspansi dari sektor industri manufakturnya, yakni hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian pada bulan November 2023 menunjukkan angka sebesar 52,43 atau meningkat 1,73 poin dibandingkan Oktober 2023,” paparnya.
Sepanjang IKI dilansir oleh Kemenperin sejak November 2022 lalu, angkanya selalu berada di atas level 50 yang tandakan dalam fase ekspansi.
Capaian positif ini juga sejalan dengan hasil Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang bertahan hingga 27 bulan terakhir berturut-turut berada di atas poin 50 yang juga tandakan bahwa dalam fase ekspansi.
“Capaian ini menjadi rekor bagi kita karena selama 27 bulan berada di tahap ekspansi. Hanya ada dua negara di dunia yang mencatatkan PMI di atas level 50 selama 25 bulan berturut turut, yakni Indonesia dan India. Ini melampaui dari negara-negara industri lainnya seperti China, Jepang, Korea, dan Amerika,” sebut Agus.
S&P Global laporkan, PMI Manufaktur Indonesia pada Novemer 2023 menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5.
“Melalui kinerja yang gemilang ini, tentu kami akan terus berupaya maksimal untuk semakin meningkatkan performa sektor industri manufaktur, termasuk mengembalikan kontribusi terhadap PDB nasional hingga 20 persen,” tutur Agus.
Kemenperin berkomitmen bersama para pemangku kepentingan terkait lainnya akan wujudkan industri nasional yang tangguh dan berkelanjutan.
Upaya ini misalnya dengan terapkan praktik-praktik yang usung konsep Lingkungan, Sosial, Tata Kelola Perusahaan atau Environmental, Social, Governance (ESG).
Pasalnya, langkah tersebut sebagai salah satu faktor kunci dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Dengan mengembangkan kinerja pembangunan berkelanjutan dan memperluas kebijakan ESG, maka akan dapat meningkatkan daya tarik bagi para investor khususnya di sektor industri. Apalagi, tren pertumbuhan positif menunjukkan bahwa industri kita sudah tangguh atau resilience karena mampu untuk menghadapi kesulitan, menahan guncangan, dengan terus beradaptasi,” pungkasnya. (ADV)
Editor: trisukma
What's Your Reaction?