Indonesia Capai Swasembada Daging dan Telur Ayam Ras, Kementan Dorong Ekspor untuk Penuhi Kebutuhan Global

Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor produk tersebut guna memperbesar kontribusi ekonomi

19 Oct 2024 - 11:02
Indonesia Capai Swasembada Daging dan Telur Ayam Ras, Kementan Dorong Ekspor untuk Penuhi Kebutuhan Global
Telur dijajakan pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Tangerang, Banten, pada Jumat (23/2/2024). (Foto: B-Universe Photo/Wawan Kurniawan)

Suarajatimpost.com - Komoditas unggas, khususnya daging dan telur ayam ras, telah mencapai swasembada, memberikan kontribusi sebesar 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) peternakan, 10 persen terhadap tenaga kerja nasional, dan menyumbang lebih dari Rp 700 triliun dalam nilai ekonomi. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor produk tersebut guna memperbesar kontribusi ekonomi.

Perkembangan sektor perunggasan di Indonesia sangat pesat, tercermin dari meningkatnya produktivitas daging dan telur ayam ras. Antara tahun 2020 dan 2024, produksi daging ayam ras diperkirakan tumbuh rata-rata 4,51 persen per tahun, sementara produksi telur ayam ras tumbuh 5,45 persen per tahun. Pada tahun ini, diperkirakan produksi daging ayam ras mencapai 3,84 juta ton dengan kebutuhan 3,72 juta ton, sehingga menciptakan surplus bulanan sebesar 116.190 ton atau surplus kumulatif (termasuk carry over) sebesar 239.090 ton.

Produksi telur ayam ras diproyeksikan mencapai 6,34 juta ton, sedangkan kebutuhan hanya 6,24 juta ton, sehingga neraca juga mencatat surplus sebesar 173.620 ton. Data mengenai pasokan dan permintaan komoditas unggas ini menunjukkan peningkatan kapasitas produksi Indonesia dan sering kali dianggap sebagai kelebihan stok yang perlu dikelola dalam sistem cadangan nasional.

Di tingkat global, Indonesia memiliki peran penting dalam penyediaan pangan unggas. Meskipun pasar telur konsumsi Indonesia baru menjangkau Timor Leste dan Singapura, negara ini menduduki peringkat keempat dalam produksi telur ayam ras di dunia, setelah India.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya memperluas ekspor, mengungkapkan, “Pangan asal unggas kita melimpah dan meneguhkan posisi kita bisa berkontribusi besar terhadap pemenuhan pangan dunia. Kementan optimistis dengan swasembada pangan asal unggas ini, kita dapat ikut andil mengatasi krisis pangan dunia.” 

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, menambahkan bahwa daging dan telur ayam ras telah swasembada dan memiliki daya saing yang tinggi. Keduanya merupakan komoditas kebutuhan pokok dan barang penting yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Kementan berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi unggas melalui inovasi teknologi dan peningkatan infrastruktur, meskipun dihadapkan pada tantangan global seperti perubahan iklim. 

Agung menyatakan, “Surplus pada komoditas unggas menunjukkan kita berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan kemandirian pangan dan berperan aktif di pasar regional dan global.”

Produk unggas Indonesia telah diakui oleh beberapa negara. Berbagai hambatan teknis dalam persyaratan ekspor, termasuk regulasi yang ketat, telah berhasil diatasi oleh pemerintah dan pelaku usaha. Misalnya, PT Gizindo (CPI Group) telah mengekspor telur konsumsi ke Singapura, dengan 118 pengiriman yang dilakukan dari Januari hingga September 2024, mencapai total 38,36 juta butir atau setara dengan 2.370 ton, bernilai US$ 4,44 juta.

Selain telur, PT Charoen Pokphand Indonesia dan PT Japfa Comfeed secara rutin mengekspor day old chick final stock (DOC FS) ayam ras petelur, karkas ayam beku, dan ayam hidup ke Singapura. Bulan ini, kedua perusahaan tersebut juga mengekspor ratusan ribu butir telur tetas dari ayam ras pedaging ke Uni Emirat Arab.

Ditjen PKH Kementan telah menyusun peta jalan produksi telur untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (PMBG) 2025-2029, dengan target produksi 6,94 juta ton pada 2025 dan 7,81 juta ton pada 2029, memastikan surplus tetap terjaga pada tingkat 4-5% untuk memenuhi kebutuhan domestik dan PMBG. (**)

sumber: investor.id

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow