Inflasi Jawa Timur 2024 Terkendali di Angka 1,51 Persen, Ini Faktor Utamanya

Data inflasi tahunan menunjukkan bahwa Kabupaten Sumenep mencatat inflasi tertinggi sebesar 1,97 persen, sementara yang terendah adalah Kabupaten Bojonegoro dengan 1,41 persen. Angkanya masih berada dalam target nasional.

02 Jan 2025 - 21:04
Inflasi Jawa Timur 2024 Terkendali di Angka 1,51 Persen, Ini Faktor Utamanya
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli yang secara langsung memaparkan temuan utama dari perkembangan ekonomi di akhir tahun 2024 (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Jawa Timur berhasil menutup tahun 2024 dengan capaian inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 1,51 persen, lebih rendah dari angka nasional yang mencapai 1,57 persen. 

Namun, Inflasi bulan ke bulan (m-to-m) di Jawa Timur pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,46 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang berada di angka 0,44 persen.

Kendati demikian, Jatim tetap menunjukkan kemampuannya menjaga stabilitas harga di tengah dinamika pasar dan tantangan cuaca.

Data tersebut diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur dalam Press Release Berita Resmi Statistik (BRS) yang digelar di Ruang Vicon, Kantor BPS Provinsi Jawa Timur, Kamis (2/1/2025).

Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, memaparkan temuan utama yang menjadi cerminan pengelolaan ekonomi di provinsi ini sepanjang tahun lalu.

“Kami menutup tahun 2024 dengan inflasi year-on-year sebesar 1,51 persen, yang juga berada di bawah inflasi nasional sebesar 1,57 persen," jelas Zulkipli, Kamis (2/1/2024).

"Ini menunjukkan bahwa Jawa Timur mampu menjaga inflasi dalam koridor target yang ditetapkan pemerintah, yaitu 2,5 persen ± 1 persen,” imbuhnya.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang dominan dengan andil 0,40 persen terhadap perkembangan inflasi bulanan di Jawa Timur. Komoditas seperti telur ayam ras, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan minyak goreng tercatat memberikan kontribusi signifikan.

"Fluktuasi harga bahan pokok seperti cabai dan bawang merah mencerminkan sensitivitas sektor ini terhadap perubahan pasokan, khususnya pada bulan Desember yang kerap diiringi permintaan tinggi akibat perayaan akhir tahun," papar Zulkipli.

Serupa dengan angka di inflasi bulanan, sepanjang 2024, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga berkontribusi besar terhadap inflasi tahunan, dengan memberikan andil sebesar 0,55 persen dari total inflasi 1,51 persen.

Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, termasuk emas perhiasan, turut menyumbang inflasi tahunan sebesar 0,42 persen.

“Komoditas emas perhiasan, seperti kita ketahui, terus mengalami kenaikan harga sepanjang tahun akibat pengaruh pasar global," tuturnya.

"Di sisi lain, harga bahan pokok seperti daging ayam ras, beras hingga minyak goreng yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga crude palm oil (CPO) global juga memberikan kontribusi besar terhadap inflasi,” sambung Zulkipli.

Selain faktor komoditas, kebijakan pemerintah turut berperan dalam perkembangan inflasi. Penyesuaian harga BBM non-subsidi, kenaikan tarif cukai rokok, serta perubahan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng memberikan dorongan pada kenaikan harga di beberapa sektor.

Adapun faktor cuaca, seperti fenomena El Niño juga berdampak pada mundurnya masa panen padi, yang memengaruhi harga beras di sejumlah wilayah Jawa Timur.

Dari 11 kota yang dihitung dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi bulanan di bulan Desember 2024 terjadi di semua kota/kabupaten di Jawa Timur, dengan inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Bojonegoro sebesar 0,58 persen dan terendah di Kota Probolinggo sebesar 0,28 persen.

Sedangkan untuk inflasi tahunan, Kabupaten Sumenep mencatat inflasi tertinggi sebesar 1,97 persen, sementara yang terendah adalah Kabupaten Bojonegoro dengan 1,41 persen.

“Meski Sumenep mencatat inflasi tertinggi, angkanya masih berada dalam target nasional. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jelas Zulkipli.

Saat ditanya tentang proyeksi inflasi di 2025, Zulkipli menyampaikan bahwa target inflasi dari pemerintah belum dirilis hingga saat ini, namun kemungkinan besar tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni 2,5 persen ± 1 persen.

Capaian inflasi Jawa Timur di tahun 2024 kembali mengingatkan tentang pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan pelaku pasar untuk menjaga stabilitas harga, terutama pada komoditas pangan. 

"Kami mendorong langkah-langkah strategis untuk mengamankan pasokan bahan pokok dan memitigasi risiko inflasi, khususnya saat menghadapi musim panen berikutnya. Kami berharap di 2025 stabilitas ini dapat terus dijaga,” tutup Zulkipli. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow