Gen-Z Berpotensi Obesitas, SIKIA Unair Banyuwangi Bentuk Kader untuk Upaya Preventif

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat SIKIA Unair Banyuwangi, Septa Indra Puspikawati, S.KM., M.PH mengatakan prevalensi kasus obesitas di Indonesia cenderung meningkat

27 May 2023 - 16:00
Gen-Z Berpotensi Obesitas, SIKIA Unair Banyuwangi Bentuk Kader untuk Upaya Preventif
Proses pengukuran lingkar pinggang pada remaja di Banyuwangi (Ist/SJP)

Kabupaten Banyuwangi, SJP - Generasi Z (Gen Z) tengah dihadapkan persoalan serius tentang masalah kesehatan. Salah satu yang paling mengancam generasi ini adalah obesitas.

Obesitas merupakan kondisi kelebihan berat badan yang dapat memicu berbagai macam penyakit. 

Akademisi Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Unair Banyuwangi menilai persoalan itu tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Generasi muda harus diberi pemahaman akan segala potensi bahaya dari obesitas.

Oleh karenanya SIKIA Unair bakal membentuk kader untuk mencegah terjadinya obesitas pada remaja dan anak-anak.

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat SIKIA Unair Banyuwangi, Septa Indra Puspikawati, S.KM., M.PH mengatakan prevalensi kasus obesitas di Indonesia cenderung meningkat.

Bila dulu rata-rata hanya menimpa kalangan dewasa, trend kasus obesitas kini juga banyak dialami anak-anak dan remaja.

Obesitas memang bisa terjadi karena faktor genetik meski banyak faktor memperbesar peluang terjadinya obesitas pada anak dan remaja.

Contohnya adalah pola makan tidak sehat dan pola hidup yang cenderung tidak teratur.

"Apalagi sekarang menjamur minuman manis kemasan. Di pasaran harganya murah. Anak-anak sekarang bisa dikatakan hampir setiap hari mengkonsumsi minuman tersebut," kata Septa, Sabtu (27/5/2023).

Kondisi itu diperparah dengan minimnya aktivitas fisik.

Kehadiran gadget membuat generasi ini malas bergerak sehingga Gen Z lekat dengan predikat generasi rebahan. 

"Sebelum era smartphone, bermain dilakukan secara langsung, tentu mengharuskan tubuh bergerak. Saat ini era-nya serba gadget, jadi anak-anak jarang beraktifitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik memperbesar peluang terjadinya obesitas," ujarnya.

Septa menegaskan masyarakat perlu tahu bahwa obesitas tidak sekadar fenomena kenaikan berat badan.

Bisa dikatakan obesitas adalah salah satu gerbang masuknya berbagai macam penyakit mematikan seperti saja syndrom metabolik, hipertensi, diabetes, asma hingga penyakit jantung.

"Oleh sebab itu, SIKIA Unair mencoba memberikan edukasi dengan aktif melakukan upaya pencegahan," tegasnya.

Langkah yang akan dilakukan adalah dengan membentuk kader yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar.

Mereka nantinya ditugaskan menjadi corong informasi yang mengadvokasi bahaya obesitas kepada teman sebaya dan masyarakat luas.

Kepada para kader, SIKIA Unair memulai dengan memberikan materi strategi pencegahan dan penanganan bagi penyintas obesitas.

Pemberian materi berlangsung di kampus SIKIA Unair yang berada di Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi oleh Profesor Mu Li dari Universitas Sidney dan Mulya Agustina, S. Gz., M.Si dari Stikes Banyuwangi.

Selain materi para kader juga diajari bagaimana menentukan seseroang yang dikatakan mengalami obesitas. 

Caranya adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membagi berat badan dengan tinggi badan.

Hasil perhitungan lalu dirujuk pada tabel indikator dengan kategori normal bila hasilnya perhitungan IMT di range 18,5 hingga 22,9.

"Bila hasilnya di bawah 18,5 maka dikatakan kekurangan berat. Bila hasilnya 23 atau lebih sudah disebut obesitas," tegasnya.

"Para kader sudah diajari bagaimana cara menghitung IMT," imbuhnya. (**)

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow