Waspadai Gangguan Stres Jelang Pemilu

PESTA demokrasi yang bakal digelar 14 Februari mendatang, seharusnya disikapi dengan pikiran yang bersih dan hati yang bahagia. 

Kontestasi politik pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan legislatif, ternyata masih menjadi beban pikiran banyak orang.

Mereka yang masih gamang tentang pilihannya, mungkin saja saat ini merasa gelisah, stres, atau malah sampai gak bisa tidur saking overthinkingnya memikirkan pemilu.

Cukup banyak orang yang terbebani oleh stigma jika pemilu merupakan peristiwa yang sangat penting, bagi masa depan bangsa. 

Sehingga, pikiran itu menjadi beban, kekhawatiran yang berlebih, bahkan sikap pesimistis dan posesif pun muncul tentang siapa yang akan memimpin Indonesia 5 tahun mendatang. 

Nah, kalau Sobat SJP mengalami keluhan mengganggu seperti ini gegara terlalu berat memikirkan pemilu, maka bisa diistilahkan termasuk dalam "election stress disorder" atau gangguan stres pemilu.

Tapi, “election stress disorder” ini bukan diagnosis medis resmi. Istilah ini sebenarnya diperkenalkan oleh psikiater dari Amerika, sekadar untuk menggambarkan gangguan emosional yang dialami sebagian orang di sekitar masa pemilu.

Seseorang dengan kondisi ini juga bisa saja melampiaskan rasa cemasnya dengan cara membanjiri melalui komentar di akun media sosial yang membahas mengenai pemilu ini.

Terus, ia juga bisa merasa tegang jika berada di sekitar orang yang berbeda pandangan dalam memilih calon presiden.

Jadi, kalau Sobat SJP mengalami kondisi seperti ini juga, apalagi bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, lebih baik segera konsultasikan ke ahlinya, ya, misalnya ke psikolog. (**)

Editor : Rizqi Ardian
Sumber : Instagram alodokter_id