Setiap Hari 140 Perempuan Dibunuh oleh Pasangan atau Keluarga, Afrika Tercatat sebagai Kawasan Paling Memprihatinkan

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh UN Women dan (UNODC) mengungkapkan data bahwa rata-rata 140 perempuan dibunuh setiap harinya oleh pasangan atau anggota keluarga mereka.

26 Nov 2024 - 15:00
Setiap Hari 140 Perempuan Dibunuh oleh Pasangan atau Keluarga, Afrika Tercatat sebagai Kawasan Paling Memprihatinkan
Ariana Campos berpartisipasi dalam aksi demonstrasi yang diadakan di Lima, Peru, pada Sabtu, 23 November 2024, untuk memperingati Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (Foto: AP/Guadalupe Pardo)

Suarajatimpost.com - Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh UN Women dan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengungkapkan data mengejutkan bahwa rata-rata 140 perempuan dibunuh setiap harinya oleh pasangan atau anggota keluarga mereka. Afrika tercatat sebagai kawasan dengan jumlah korban tertinggi, dengan sekitar 21.700 perempuan dibunuh oleh orang terdekat mereka pada tahun 2023. Angka ini mencerminkan tingkat kekerasan yang sangat tinggi, yaitu 2,9 korban per 100.000 orang.

Dikutip dari AP pada Selasa (26/11/2024), laporan ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah pembunuhan perempuan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sebagian besar kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah data yang tersedia, bukan karena peningkatan jumlah pembunuhan. Pada 2022, tercatat 48.800 perempuan menjadi korban pembunuhan, angka ini meningkat menjadi 51.100 korban pada 2024.

Laporan ini juga mencatat bahwa meskipun Afrika mencatatkan jumlah tertinggi, kawasan Amerika dan Oseania juga mengalami tingkat kekerasan yang signifikan. Di Amerika, terdapat 1,6 korban per 100.000 orang, sementara di Oseania angka tersebut mencapai 1,5 per 100.000 orang. Sebaliknya, Asia dan Eropa memiliki angka kekerasan yang lebih rendah, dengan 0,8 korban per 100.000 orang di Asia dan 0,6 per 100.000 orang di Eropa.

UN Women menegaskan bahwa rumah tetap menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan dan gadis di seluruh dunia, dengan sebagian besar pembunuhan terjadi di dalam rumah dan pelakunya adalah pasangan atau anggota keluarga. Sebaliknya, mayoritas pembunuhan terhadap laki-laki terjadi di luar rumah dan keluarga. "Ini adalah bentuk kekerasan berbasis gender yang ekstrem dan terus berlanjut di seluruh dunia," ujar Nyaradzayi Gumbonzvanda, Wakil Direktur Eksekutif UN Women.

Gumbonzvanda menjelaskan bahwa tren pembunuhan perempuan oleh orang-orang terdekat mereka telah berlangsung lama, dan terus berlanjut karena masalah mendasar seperti stereotipe gender dan norma sosial yang belum berhasil diatasi. Laporan tersebut juga mencatat bahwa meskipun perempuan dan gadis hanya membentuk sekitar 20% dari seluruh korban pembunuhan pada tahun 2023, hampir 60% dari perempuan yang dibunuh secara sengaja menjadi korban kekerasan oleh pasangan atau anggota keluarga mereka.

Lebih lanjut, Gumbonzvanda menyoroti rendahnya tingkat penuntutan terhadap pelaku kekerasan dan pembunuhan terhadap perempuan sebagai salah satu faktor yang memperburuk masalah ini. Pelaku kekerasan, yang sering kali adalah anggota keluarga, seringkali tidak dihukum dengan pantas karena anonimnya identitas pelaku dan ketidakmampuan keluarga membawa pelaku ke pengadilan.

UN Women mengimbau agar pemimpin politik dan tradisional memanfaatkan kekuasaan mereka untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan, bukan memperburuknya hingga berujung pada pembunuhan. Laporan tersebut juga menyerukan perlunya langkah-langkah preventif yang lebih efektif untuk menanggulangi tingginya angka kekerasan berbasis gender di seluruh dunia. (**)

sumber: beritasatu.com 

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow