On-Device AI: Solusi untuk Bawa Akses Kecerdasan Buatan Tanpa Batasan Internet
On-device AI memungkinkan akses kecerdasan buatan tanpa batas internet, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan mendukung inklusivitas teknologi yang aman serta ramah privasi, ungkap Associate Professor Esther Irawati Setiawan.
SURABAYA, SJP - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin banyak dimanfaatkan di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga industri kreatif.
Kemampuannya yang dapat membantu memecahkan masalah, menganalisis data secara cepat, serta mendukung pengambilan keputusan membuat AI digadang-gadang sebagai teknologi yang akan membawa perubahan besar. Namun, banyak lapisan masyarakat yang belum dapat menikmati manfaat AI sepenuhnya karena keterbatasan akses internet.
Associate Professor Esther Irawati Setiawan, Women Ambassador Institute of Electrical and Electronics Engineer (IEEE) Industrial Electronics Society (IES), menjelaskan, kendala internet menjadi tantangan besar dalam memastikan seluruh masyarakat bisa mengakses teknologi AI.
"Saat ini, banyak asisten AI yang memerlukan koneksi internet. Namun, kita perlu memikirkan solusi agar teknologi ini bisa diakses siapa pun, termasuk mereka yang berada di pedalaman atau di wilayah dengan akses internet terbatas," ujar Esther saat dikonfirmasi pada Senin, (25/11/2024).
Esther menyampaikan bahwa teknologi AI yang bisa beroperasi secara on-device, atau tanpa internet, bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. Dengan AI yang berjalan langsung di perangkat seperti ponsel atau Internet of Things (IoT), yaitu perangkat pintar yang dapat saling terhubung dalam suatu sistem, AI dapat tetap berfungsi tanpa harus bergantung pada koneksi jaringan.
"Jika kita bisa membuat AI yang mampu beroperasi mandiri di perangkat, ini akan membuka akses yang lebih luas dan memastikan bahwa masyarakat dari berbagai lapisan bisa memanfaatkan AI," tutur Esther.
Menurutnya, solusi ini selaras dengan konsep Responsible AI, yaitu AI yang tidak hanya pintar tetapi juga bertanggung jawab, dengan memberikan akses yang merata bagi semua orang.
Esther menyebutkan bahwa on-device AI tidak hanya memungkinkan inklusivitas, tetapi juga melindungi privasi data pengguna karena data tidak harus dikirim ke server eksternal.
"Dengan AI yang berjalan di perangkat, masyarakat bisa mengakses teknologi ini secara aman, tanpa harus khawatir data mereka dibagikan di jaringan internet," tambahnya.
Dalam upaya mendorong pengembangan AI on-device, Esther berbagi teknik dasar dalam pemrograman AI agar peserta pelatihan bisa menciptakan agen AI yang pintar di bidang tertentu.
"Agen AI ini bisa kita sesuaikan untuk berbagai kebutuhan spesifik, mulai dari pendidikan, bisnis, hingga layanan kesehatan," kata Esther, seraya menekankan pentingnya keahlian pada topik spesifik agar agen AI tersebut bisa memberikan hasil optimal.
Esther berharap, dengan berbagai pelatihan, tidak hanya menginspirasi para penggiat teknologi untuk mengembangkan penelitian mereka, tetapi juga memotivasi mereka dalam menciptakan inovasi bisnis berbasis AI.
"Dengan teknik-teknik dasar yang saya ajarkan, saya berharap mereka bisa menghasilkan karya yang semakin relevan dan bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.
Esther optimis bahwa on-device AI akan menjadi terobosan besar di masa depan, terutama dalam memperluas akses dan inklusivitas teknologi AI di Indonesia. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?