Perubahan Gastronomi Berbasis Energi Bersih, Solusi Mahasiswa SIMT-ITS untuk Program Makanan Gratis

Doddi Trisna Nugraha, menggagas perubahan gastronomi berbasis energi bersih yang mampu memperkuat pendidikan bagi generasi muda terkait ketahanan pangan dan keberlanjutan energi di masa depan.

12 Sep 2024 - 20:15
Perubahan Gastronomi Berbasis Energi Bersih, Solusi Mahasiswa SIMT-ITS untuk Program Makanan Gratis
Doddi Trisna Nugraha gagas perubahan gastronomi berbasis energi bersih (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Pasangan calon terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk pemerintaan periode 2024-2029, tengah merancang program besar berupa penyediaan makanan bergizi gratis bagi siswa sekolah dasar di seluruh Indonesia sebagai upaya atasi masalah kekurangan gizi.

Kebijakan ini tak hanya mendapat respons dari masyarakat luas, tetapi juga dari kalangan akademisi, termasuk seorang mahasiswa Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Doddi Trisna Nugraha, yang memaparkan gagasannya terkait perubahan gastronomi berbasis energi bersih.

Doddi mengusulkan konsep integrasi energi bersih dalam proses penyediaan dan pengolahan makanan untuk program makanan gratis tersebut, menurutnya konsep ini juga mampu memperkuat pendidikan bagi generasi muda terkait ketahanan pangan dan keberlanjutan energi di masa depan. 

"Kalau kita bicara tentang energi bersih, transisi energi bersih, itu sebenarnya bukan hal yang baru. Namun, penting untuk memulai intervensi sejak dini, misalnya dari sekolah dasar," ucap Doddi, Kamis (12/9).

"Program makan siang bergizi yang akan dimulai bulan Oktober 2024 oleh pemerintah baru memberikan peluang besar untuk mengajarkan anak-anak bagaimana berperan aktif dalam pengolahan makanan," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa program ini bisa dioptimalkan dengan melibatkan siswa dalam proses pertanian sederhana, seperti memelihara ayam atau bercocok tanam di lingkungan sekolah. 

Dengan begitu, siswa tidak hanya menjadi objek penerima manfaat, tetapi juga bisa berpartisipasi aktif dalam memastikan kebersihan dan keamanan makanan yang mereka konsumsi. 

"Kami bisa ajarkan mereka mulai dari bagaimana menanam dan memelihara bahan pangan, hingga mengolahnya, inilah yang dinamakan gastronomi, yaitu seni dan ilmu dalam mengolah makanan," sebutnya. 

Doddi, yang juga seorang praktisi green sustainability entrepreneur, meyakini bahwa pendekatan ini tidak hanya akan meningkatkan kesadaran terhadap ketahanan pangan, tetapi juga membentuk karakter siswa dalam kecakapan hidup. 

"Anak-anak sekolah selama ini lebih fokus pada aspek akademik, sementara kecakapan hidup seperti mengolah makanan dan menghasilkan sumber pangan seringkali diabaikan," papar Doddi.

"Dengan memulai dari usia dini, kita dapat menciptakan budaya yang mendukung ketahanan dan keberlanjutan, yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045," tambahnya.

Lebih jauh, Doddi menjelaskan bahwa program ini bisa membantu mengatasi masalah food loss dan food waste yang sering terjadi dalam pengelolaan makanan massal. 

"Ketika kita mengajarkan anak-anak cara mengolah makanan, termasuk pengelolaan sampah organik, kita bisa mengurangi limbah makanan," tegas Doddi kepada suarajatimpost.com.

"Sebagai contoh, di lingkungan pendidikan non-formal yang saya kelola, kami mengajarkan siswa untuk memelihara maggot yang bisa mengonsumsi hingga 30 kg sampah organik per bulan, ini langkah konkret dalam mengelola limbah makanan," lanjutnya.

Menurut Doddi, intervensi semacam ini penting dilakukan sejak dini untuk memastikan terbentuknya budaya keberlanjutan yang kuat di masa depan. 

"Anak-anak inilah yang akan menjadi pilar utama Indonesia Emas 2045, jadi kebijakan ini harus terintegrasi dengan upaya membangun gastronomi berbasis energi bersih, demi keberlanjutan dan ketahanan nasional," pungkasnya.

Sebagai informasi, ide ini juga telah Doddi paparkan dalam kegiatan CEO Talks 2024 yang diadakan Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI) ITS bekerja sama dengan Asosiasi Dosen Integrator Desa (ADIDES) pada 11 September 2024 lalu.

Dengan gagasannya, Doddi berharap integrasi energi bersih dalam gastronomi bisa membentuk generasi yang lebih sadar akan ketahanan pangan dan energi, mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow