Pemprov Jatim Akan Gelar Koordinasi dengan BMKG, Bahas Potensi Cuaca Ekstrem
Besok, Sabtu (14/12/2024), Pemprov Jatim akan lakukan koordinasi dengan BMKG bahas potensi cuaca ekstrem akibat La Niña, antisipasi bencana banjir dan longsor di wilayah rawan seperti Pasuruan, Mojokerto, dan Pacitan.
SURABAYA, SJP - Pemerintah Provinsi Jawa Timur dijadwalkan akan melakukan koordinasi intensif dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat pada Sabtu (14/12/2024) besok, guna membahas potensi cuaca ekstrem yang diprediksi melanda wilayah tersebut hingga Februari 2025.
Hal ini disampaikan langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, saat acara Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2025 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (13/12).
“Kepala BMKG Pusat akan hadir untuk berdiskusi dengan kami mengenai kondisi cuaca di Jawa Timur. Kami akan membahas perkiraan-perkiraan cuaca dan langkah mitigasi yang perlu diambil untuk mengantisipasi bencana,” ungkap Pj Gubernur Adhy.
Diskusi dengan BMKG akan menyoroti pola cuaca akibat fenomena La Niña yang memicu intensitas hujan tinggi di sejumlah wilayah. Adhy menjelaskan bahwa beberapa daerah seperti Pasuruan, Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Pacitan sudah mulai merasakan dampaknya, dengan insiden banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan tertutupnya jalan dan jembatan di beberapa titik.
“Ini penting sekali karena curah hujan akan terus meningkat. Kami ingin memastikan seluruh pihak, baik pemerintah provinsi, kota, maupun kabupaten, siap menghadapi kemungkinan bencana yang lebih besar,” katanya.
Adhy menekankan bahwa Indonesia, khususnya wilayah Jawa Timur mulai terdampak bencana hidrometeorologi basah, akibat musim hujan yang terlambat dari bulan Oktober menjadi di bulan Desember.
"Karena itu, maka otomatis intensitas hujan akan semakin tinggi dan dipadatkan mungkin di Desember 2024 hingga Januari, Februari 2025 sesuai dengan informasi dari BMKG kemarin," ungakp Adhy.
Selain persiapan di tingkat pemerintah, Adhy juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dengan memperhatikan ramalan cuaca dari BMKG.
“Curah hujan yang tinggi memerlukan kewaspadaan. Masyarakat sebaiknya memanfaatkan data BMKG untuk mengantisipasi risiko-risiko bencana,” tambahnya.
Adhy menegaskan bahwa kesiapsiagaan Jawa Timur harus sebanding dengan wilayah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang juga menghadapi ancaman cuaca ekstrem. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?