Dasina: Inovasi Pemantauan Laut Natuna Utara oleh ITS, STTAL, dan Universitas Telkom
Dasina menyediakan 81 alternatif rekomendasi yang dapat dihasilkan dari kombinasi aspek penting di area Laut Natuna Utara, dengan masing-masing memiliki tiga level: low, medium, dan high.
Surabaya, SJP - Laut Natuna Utara telah lama menjadi kawasan strategis yang menjadi perhatian utama bagi Indonesia, tidak hanya menjadi sumber daya laut yang melimpah, wilayah ini juga rentan terhadap berbagai ancaman eksternal, termasuk ketegangan geopolitik di Laut China Selatan.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Indonesia perlu mempersiapkan langkah strategis yang berbasis data dan simulasi untuk menjaga kedaulatan serta memantau kondisi di Laut Natuna Utara secara real-time (langsung).
Salah satu upaya yang tengah dilakukan adalah pengembangan platform pemantauan area perairan tersebut, yakni Dashboard Simulasi Laut Natuna Utara (Dasina) oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui tim dari Departemen Sistem Informasi ITS dan Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis dan Industri (PKKPBI ITS).
Inovasi yang juga merupakan hasil kerja sama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) dan Universitas Telkom ini mampu untuk memberikan simulasi dan rekomendasi kebijakan terkait dengan empat (4) aspek penting di Laut Natuna Utara, yaitu infrastruktur, pertahanan keamanan, sumber daya laut, dan ancaman.
"Dasina itu dashboard simulasi yang diperlukan untuk melakukan monitoring terhadap keempat kondisi tersebut. Tujuannya adalah untuk memetakan potensi strategi ke depan dan memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat," ujar Prof. Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D., selaku pencetus Dasina, Kamis (12/9).
Erma yang juga merupakan Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) ITS mengungkapkan,Dasina menyediakan 81 alternatif rekomendasi yang dapat dihasilkan dari kombinasi keempat aspek tersebut, dengan masing-masing memiliki tiga level: low, medium, dan high.
"Misalnya, jika ancaman di wilayah tersebut meningkat, maka Dasina akan memberikan rekomendasi apa saja yang perlu dipersiapkan oleh TNI Angkatan Laut sesuai dengan tingkat levelnya," tambah Erma yang juga Guru Besar dari Departemen Sistem Informasi ITS.
Prof. Erma juga menambahkan bahwa Dasina tidak hanya terbatas untuk TNI Angkatan Laut, namun dashboard yang mengusung bentuk web ini dapat digunakan juga oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam hal pertahanan dan keamanan nasional.
"Ini langkah awal untuk pengembangan yang lebih besar, skala kecil mungkin untuk TNI AL dan pihak yang berkepentingan, tapi skala besar bisa digunakan untuk nasional," katanya.
Dasina sendiri telah didemonstrasikan dua kali, yakni demo pertama dilakukan di Gedung Soewarso STTAL pada 20 Agustus lalu, dan kembali di demonstrasikan pada momen acara CEO Talk Lima Perguruan Tinggi Negeri (PTN) 2024, di Grand Mercure Mirama Surabaya, Rabu (11/9) kemarin.
Giat CEO Talk ini sendiri diselenggarakan oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI) Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat ITS yang berkolaborasi dengan Asosiasi Dosen Integrator Desa (ADIDES).
Demo kedua dari Dasina itu dilakukan langsung oleh Erma bersama dengan Laksma TNI dr. Mukhlis S.T., M.M., Komandan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), dengan demo ini diharapkan Dasina mampu membantu pemerintah dalam menyusun perencanaan strategis jangka panjang, baik di level operasional maupun taktis.
"Harapan kami, Dasina ini dapat menjadi alat penting bagi pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan yang tepat terkait perencanaan operasional, taktikal, hingga strategis, terutama untuk pertahanan Laut Natuna Utara," tandas Erma.
Dasina sendiri direncanakan akan di expose ulang pada 3 Oktober mendatang dalam bentuk FGD yang lebih besar, sehingga nanti hasilnya akan diberikan kepada Presiden Prabowo untuk memahami sekaligus mempertimbangkan konsep yang disajikan oleh Dasina.
Dengan teknologi seperti Dasina, Indonesia semakin memperkuat ketahanan nasional, khususnya di wilayah-wilayah strategis yang penuh tantangan seperti Laut Natuna Utara.
Kolaborasi antara akademisi dan militer melalui platform ini diharapkan mampu memberikan keputusan yang berbasis data dan simulasi, demi menjaga kedaulatan dan keamanan nasional. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?