Pernikahan di Era Media Sosial, Mengapa Tren 'Marriage is Scary' Mengguncang Generasi Muda?
Akhir-akhir ini, media sosial seperti TikTok dan Instagram dipenuhi dengan tren video bertajuk "marriage is scary".
Suarajatimpost.com - Akhir-akhir ini, media sosial seperti TikTok dan Instagram dipenuhi dengan tren video bertajuk "marriage is scary". Tren ini, yang banyak diikuti oleh generasi muda, mengeksplorasi berbagai pemikiran tentang pernikahan di zaman sekarang. Salah satu faktor utama mengapa tren ini menarik perhatian adalah meningkatnya pemberitaan mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, serta isu "daddy issues" dan "mommy issues", yang semakin memperkuat ketakutan terhadap pernikahan.
Pernikahan memang merupakan keputusan besar yang membutuhkan pertimbangan matang. Berbagai aspek seperti kesehatan mental, fisik, finansial, dan emosional harus dipersiapkan sebelum melangkah ke jenjang ini. Ketakutan sering kali berasal dari pengalaman pribadi dan pengaruh negatif yang beredar di media sosial.
Persiapkan Diri dengan Matang
Narasi "marriage is scary" berpotensi membentuk persepsi anak muda tentang pernikahan secara negatif. Pemberitaan yang banyak tentang kegagalan pernikahan dapat menyebabkan penurunan angka pernikahan, seperti yang terjadi di beberapa negara Asia, termasuk Korea Selatan dan Jepang.
Menurut Haikal, seorang pekerja media dan ayah muda, persiapan mental dan kesiapan individu adalah hal utama sebelum menikah. "Menjalani bahtera rumah tangga membutuhkan pemikiran matang dari kedua belah pihak. Kesepakatan mengenai suka dan duka harus dibahas agar bisa menghadapi keadaan tak terduga bersama," ujarnya.
Echa, yang telah berumah tangga selama empat tahun, menambahkan bahwa komunikasi yang baik dengan pasangan adalah kunci. "Setelah menikah, banyak hal baru yang saya temukan dari pasangan. Memahami satu sama lain adalah inti dari kerjasama dalam keluarga," jelasnya.
Kedua narasumber juga mengakui bahwa rasa takut sering kali hadir saat akan menikah, terutama bagi pria yang dianggap memiliki tanggung jawab lebih. Echa mengungkapkan bahwa sebelum menikah, ketakutannya lebih kepada persiapan acara pernikahan daripada kehidupan setelahnya.
Kekuatan Komitmen dan Keyakinan
Meskipun tren "marriage is scary" memengaruhi banyak anak muda, ada juga yang yakin akan esensi pernikahan. Dezky, seorang pekerja, baru saja melamar kekasihnya dan mengakui masih merasakan ketakutan. Namun, keyakinan terhadap pasangan membuatnya berani melangkah.
"Saya percaya bahwa pernikahan bukan hanya tentang finansial, melainkan komitmen yang harus dibangun bersama," kata Dezky. Ia menegaskan bahwa meskipun secara mental belum sepenuhnya siap, keyakinan akan pasangan membuatnya merasa lebih mantap untuk melanjutkan hubungan.
Kesimpulan
Setiap orang memiliki pandangan dan keyakinan sendiri tentang pernikahan. Penting untuk diingat bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Setiap hubungan memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tidak ada yang sempurna. Meskipun ada tantangan, pernikahan juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan pertumbuhan pribadi. Dengan persiapan yang baik dan komunikasi yang jujur, banyak pasangan dapat menemukan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan bersama. (**)
sumber: cxomedia.id
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?