Mengenal Kesenian Bantengan DJ: Antara Tradisi, Mistis, dan Modernitas

Kesenian Bantengan mengandung pelajaran untuk menata pola pikir bahwa manusia jangan sekali-sekali meniru sifat-sifat hewan.

01 Jul 2024 - 21:40
Mengenal Kesenian Bantengan DJ: Antara Tradisi, Mistis, dan Modernitas
Potret penampilan Bantengan DJ di lapangan Dewan Kesenian Sidoarjo (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku bangsa, Negara Indonesia juga dikenal dengan ragam keseniannya yang juga tidak kalah bervariasi dari tiap daerah yang memiliki kekhasan budaya masing-masing.

Salah satunya adalah kesenian Bantengan yang menyajikan kombinasi antara kesenian tari dan musik, bahkan kesenian satu ini juga kental dengan unsur magis.

Kesenian Bantengan sendiri juga memiliki macam yang berbeda-beda di setiap wilayah berkembangnya, dan dengan zaman yang semakin modern, lahirlah Kesenian Bantengan DJ asal Malang, Jawa Timur.

Yudha Adhichandra selaku penanggungjawab sanggar Pecut Samandirman dan koordinir kesenian Bantengan Sidoarjo menjelaskan, Bantengan DJ memiliki beberapa perbedaan dengan Kesenian Bantengan pada umumnya.

"Musik yang digunakan menggunakan Electonic Dance Music (EDM) namun tetap dibaurkan dengan lantunan musik tradisional Jawa," jelas Yudha, Senin (1/7).

Dalam penampilannya, Bantengan DJ tidak terlalu berbeda dengan Bantengan biasa, yakni ada sekitar enam (6) personil dengan kostum banteng dan dua (2) personil yang memainkan pecut.

"Tetapi, di Bantengan DJ ini musiknya lebih cepat, jadi gerakan untuk menganggukkan kepala banteng dan hentakan kakinya lebih energik," terangnya.

"Namun perlu diingat bahwa kita tetap tidak meninggalkan unsur Banteng yang asli," sambung Yudha 

Bantengan juga dikenal dengan unsur mistis, dimana pemain bisa-bisa kerasukan (kesurupan) makhluk halus yang merupakan bagian dari pertunjukannya, namun jangan panik karena selalu ada pawang yang ikut menjaga.

"Dulu, kesenian ini itu lahir dari pondok, dan digunakan untuk mengajari pola pikir dari murid-murid bahwa kita sebagai manusia jangan sekali-sekali meniru sifat-sifat hewan," tutur Yudha.

"Jadi kesurupannya itu bukan untuk ditiru, melainkan sebagai pelajaran bahwa kita sebagai manusia itu tidak seperti itu," sambungnya.

Yudha mengatakan, Kesenian Bantengan ini juga ada di banyak daerah lain seperti Mojokerto dan Batu, yang mana di setiap Daerah memiliki konsep mereka masing-masing.

"Jadi harapan saya, untuk sama-sama menghidupkan kesenian ini agar tidak punah, kita (sesama seniman Bantengan) harus bisa kolaborasi dan menampilkan jati dirinya masing-masing," tutup Yudha. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow