Ketika Alam yang Berbicara, Makna Lukisan Hitam Putih Berjudul Transit oleh Roman Chuza

Lukisan yang Roman buat selama 2 bulan lebih 2 minggu ini terbagi menjadi tiga bingkai lukisan yang berbeda, menggambarkan alur dan makna di tiap prosesnya namun tetap dalam satu irama yang sama.

25 Jun 2024 - 16:15
Ketika Alam yang Berbicara, Makna Lukisan Hitam Putih Berjudul Transit oleh Roman Chuza
Roman Chuza menjelaskan makna dibalik karya lukisnya yang berjudul Transit (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - "Alam tidak butuh kita, tapi kita yang membutuhkan alam," ucap Roman Chuza, Selasa (25/6) didepan karya lukisnya yang berjudul 'Transit'.

Pesan yang terdengar sederhana, namun dalam itu disampaikan dengan tegas oleh Roman dalam pameran bertajuk "Black & White: For Generation to Generation" yang diadakan di Galeri Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda).

Pameran ini menampilkan puluhan karya seni dari seniman-seniman lokal dengan menggunakan kombinasi warna terbatas, yakni hitam dan putih untuk mengekspresikan berbagai tema, mulai dari lingkungan hingga isu sosial. 

Dan Roman, sebagai ketua pameran menyoroti hubungan manusia dengan alam melalui karyanya yang terbentuk dari arsiran pensil diatas kanvas, yakni tentang isu kerusakan lingkungan di dunia yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.

"Jadi Transit disini menggambarkan bahwa percuma jika manusia memohon keselamatan, namun tindakan pengerusakan alam tetap terjadi, jangan salahkan jika nanti kita tidak lagi dianggap oleh alam," terangnya.

Lukisan yang Roman buat selama 2 bulan lebih 2 minggu ini terbagi menjadi tiga bingkai lukisan yang berbeda, menggambarkan alur dan makna di tiap prosesnya namun tetap dalam satu irama yang sama.

Transit 1, menggambarkan keserakahan manusia yang masih merasa merekalah yang memiliki kuasa atas alam, secara perlahan merusak alam melalui penebangan liar tanpa reboisasi, sampah plastik yang tidak bisa terurai hingga pencemaran air.

Transit 2 adalah dampak, yakni bencana alam yang diakibatkan keserakahan manusia, mulai dari puting beliung, banjir, kebakaran hutan dan sebagainya.

Transit 3, penerimaan alam terhadap manusia sudah tidak ada, digambarkan melalui raga yang hilang, menyisakan kain kafan ditengah alam yang sudah menjelma menjadi tumpukan es tanpa kehidupan didalamnya.

"Pesan yang ingin saya sampaikan, apakah kita mau melihat anak cucu kita nanti menanggung itu semua? jelas tidak," ujar Roman kepada suarajatimpost.com.

Melalui karyanya, ia berharap bisa memicu perasaan dan menggerakkan raga pengunjung untuk mulai mencintai alam.

"Jadi teruslah siarkan apa yang kalian lihat tentang kemanusiaan dan lingkungan, karena itu akan membawa berkah bagi semua orang termasuk dirimu sendiri," tutup Roman mengakhiri.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow