Absen Bantuan Sosial, Tukang Becak Puluhan Tahun di Jombang Tak Dimasukkan DTKS

Benar saja tidak dapat bantuan sosial apapun, Ahmadi (67) Tahun warga RT 11, RW 3 Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang tidak pernah dimasukkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

03 Jul 2024 - 17:45
Absen Bantuan Sosial, Tukang Becak Puluhan Tahun di Jombang Tak Dimasukkan DTKS
Ahmadi Tukang Becak di Jombang bersama Sekretaris Desa Johowinong dan pendamping PKH. (Fredi/SJP)

Kabupaten Jombang, SJP - Benar saja tidak dapat bantuan sosial apapun, Ahmadi (67) warga RT 11, RW 3 Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang ,tidak pernah dimasukkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). 

Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Sekretaris Desa (Sekdes) Johowinong Karmanto. Ia menyebut jika Ahmadi selama ini belum masuk DTKS. 

“Terkait DTKS, Pak Ahmadi memang kayaknya belum masuk DTKS,” kata Karmanto, saat dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Rabu (3/7/2024).

Karmanto menjanjikan akan mengupayakan pendaftaran untuk Ahmadi masuk ke dalam DTKS. Ada beberapa persyaratan yang mesti dilengkapi. Melalui Kaur Kesra menyerahkan Foto Copy KK, KTP, dan Foto rumah. 

“Kedatangan keluarga Pak Ahmadi datang kesini ingin mengajukan bantuan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS),” ujar Karmanto.

Sekdes Johowinong beralasan jika Ahmadi jarang berada di rumah. Menurut penuturan Kepala Dusun setempat, jika Ahmadi pernah dapat bantuan beras sebanyak dua kali melalui isterinya Bu Kemini. 

“Pak Ahmadi ini jarang di rumah, saya konfirmasi ke Kepala Dusunnya katanya sudah pernah dapat bantuan," bebernya. 

Pihaknya berjanji akan mendaftarkan laki - laki renta penarik becak tersebut untuk mendapat program Keluarga Harapan (PKH) lansia. 

“Nanti juga kami ajukan PKH lansia,” tandasnya. 

Sementara, Hamidah Pendamping PKH desa setempat menyampaikan segala usulan berawal dari Pemerintah Desa (Pemdes), karena pihak desa lebih faham warga yang layak atau tidak layak mendapat bantuan.

“Untuk usulan kita kembalikan ke desa, karena yang tau warganya kan desa,” ucap Hamidah.

Meski begitu, dia menyebut usulan dari desa akan ada penilaian kriteria dari Dinas Sosial Kabupaten Jombang. Terbuka ruang bagi siapapun mengajukan bantuan PKH. 

“Nanti ada penilaian, ada proses-prosesnya kan, kita ikuti prosesnya, yang bisa menilai dari pusat Dinas Sosial,” jelas dia.

Hamidah menerangkan di Desa Johowinongan tercatat sedikitnya ada 165 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mendapat PKH.

“PKH di desa ini sekitar 165 keluarga kalau di luar PKH saya kurang tahu dan kami menganggap itu semua layak sesuai kriteria,” tandasnya. 

Sebelumnya, cerita miris dialami oleh Ahmadi (67) warga RT 11, RW 3 Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Bagaimana tidak, puluhan tahun berprofesi sebagai tukang becak, Ia mengaku tak sedikitpun merasakan bantuan sosial dari pemerintah setempat. 

Kisah pilu yang dialami Ahmadi sebenarnya tak membuatnya patah semangat dalam keseharian menarik becak untuk mencari rizeki.

"Kantok nopo, kulo mboten angsal (dapat apa, saya tidak dapat)," ucap Ahmadi kepada wartawan, Selasa (2/7/2024). 

Program kesejahteraan sosial dari pemerintah pusat berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan, Bantuan Langsung Tunai (BLT) termasuk juga Kartu Indonesia Sehat (KIS), tak pernah menyentuh Ahmadi. 

Bahkan, pria lansia ini sempat berfikir apa yang menjadikan dia tak mendapat hak yang sepatutnya ia terima.

"Sampai mikir, kenapa kok gak dapat bantuan kayak orang-orang lain," ungkapnya. 

Dia mengaku, saat ada beberapa kali bantuan turun yang dapat hanya kalangan tertentu saja yang cenderung dekat dengan perangkat desa. Termasuk beberapa warga yang memiliki sawah maupun kalangan yang memiliki usaha.

"Kelihatannya tidak rata, dekat dengan perangkat dapat, punya sawah dapat, kalau kita ini apa," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. 

Ahmadi tinggal satu rumah bersama enam orang anggota keluarga. Selain dirinya sebagai Kepala Keluarga (KK), satu anak yang sudah berumah tangga turut tinggal bersamanya.

Selain dia, anaknyapun juga tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah.

"Satu rumah, enam orang, dua KK, anak saya juga tidak dapat bantuan," terangnya. 

Suatu ketika, istrinya pernah menanyakan kepada perangkat desa setempat, kenapa tidak mendapat bantuan sosial, tapi perangkat tersebut hanya menjawab semua itu kebijakan pusat. 

Dalih semua kebijakan dari pusat seakan membuat masyarakat kecil semakin bingung tak tahu lagi harus mengadu kemana.

"Wong dukuran (orang atas)," katanya. 

Anak Ahmadi yang bernama Lailatul Fitria (32) membenarkan jika sang bapak belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. 

Miris, jika waktu para tetangga menerima bantuan, bapak dan ibu hanya bisa melihat.

Laila mengatakan jika bapaknya sudah sering sakit, namun karena dituntut kebutuhan sehari-hari, meskipun sakit ia tetap menarik becak untuk mengais pundi-pundi rupiah.

"Siapa yang tidak mau dapat bantuan, pasti ingin dapat, apalagi bapak yang kerap mengeluhkan sakit karena sampai detik ini masih narik becak," tandasnya. (*) 

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow