Empat Pasukan UNIFIL Terluka dalam Serangan di Lebanon, Prancis Kecam Aksi Teror Itu
Kemenlu Prancis mengutuk serangan roket yang diduga diluncurkan oleh Hizbullah, yang menghantam dua posisi pasukan UNIFIL di wilayah selatan Lebanon
Suarajatimpost.com - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Prancis mengonfirmasi bahwa empat personel pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) terluka dalam serangkaian serangan yang terjadi dalam konflik antara Israel dan Lebanon.
Dalam pernyataan resmi yang dikutip pada (21/11/24), Kemenlu Prancis mengutuk serangan roket yang diduga diluncurkan oleh Hizbullah, yang menghantam dua posisi pasukan UNIFIL di wilayah selatan Lebanon. Akibat serangan tersebut, empat anggota pasukan penjaga perdamaian asal Ghana mengalami luka-luka, dengan tiga di antaranya harus dirawat di rumah sakit.
Kemenlu Prancis juga mencatat bahwa ini bukan pertama kalinya pasukan UNIFIL menjadi sasaran serangan dalam beberapa pekan terakhir. Pada hari yang sama, patroli UNIFIL yang melibatkan pasukan Prancis juga diserang roket, meskipun dalam insiden tersebut tidak ada korban yang terluka.
Selain itu, UNIFIL melaporkan bahwa pasukan Israel beberapa kali menyerang lokasi-lokasi mereka, termasuk pos-pos terdepan dan markas utama pasukan penjaga perdamaian. Serangan tersebut juga mencakup dua pangkalan militer Italia dan beberapa instalasi lainnya yang diduga melanggar garis biru (blue line). Pihak militer Italia secara tegas mengutuk serangan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap aturan yang ada.
Konflik di Lebanon sendiri semakin intens sejak Israel meluncurkan operasi darat terhadap Hizbullah di selatan Lebanon pada 1 Oktober 2024. Operasi ini seiring dengan serangan udara dan roket yang berlangsung sejak eskalasi di Jalur Gaza. Hingga kini, jumlah korban jiwa di Lebanon akibat serangan Israel telah mencapai lebih dari 2.500 orang.
PBB juga mencatat bahwa pasukan UNIFIL di Lebanon telah menjadi sasaran serangan berulang oleh militer Israel selama konfrontasi dengan Hizbullah. Sementara itu, Israel menyatakan bahwa tujuan dari operasi militer mereka adalah menciptakan kondisi yang aman untuk memungkinkan pemulangan sekitar 60.000 penduduk yang mengungsi dari wilayah perbatasan utara akibat krisis keamanan yang berlangsung. (**)
sumber: beritasatu.com
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?