Canggih, Mahasiswa UNDIKA Manfaatkan AI Untuk Kendalikan Kipas Dengan Ragam Bahasa

Giga menggunakan YAMNet audio classification untuk memproses klasifikasi audio, yang mana kontrol kecepatan kipas angin ciptaan Giga sudah terlatih menggunakan 3 bahasa, terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris.

19 Apr 2024 - 12:00
Canggih, Mahasiswa UNDIKA Manfaatkan AI Untuk Kendalikan Kipas Dengan Ragam Bahasa
Canggih: Mahasiswa Teknik Komputer (TK) Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) Giga Razki Arianda manfaatkan AI untuk kendalikan kipas dengan ragam bahasa (Humas UNDIKA/SJP)

Surabaya, SJP - Di era kemajuan teknologi yang semakin modern, pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) semakin gencar diaplikasikan di berbagai sektor, untuk membantu agar segala urusan manusia bisa terselesaikan dengan lebih cepat dan mudah.

Berangkat dari sana, mahasiswa Teknik Komputer (TK) Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) yakni Giga Razki Arianda memanfaatkan teknologi AI untuk ciptakan sistem kontrol kecepatan kipas angin menggunakan multi language dengan audio classification.

Giga menggunakan YAMNet audio classification untuk memproses klasifikasi audio, yang mana kontrol kecepatan kipas angin ciptaan Giga sudah terlatih menggunakan 3 bahasa, terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. 

“Kontrol kecepatan kipas ini dilakukan secara otomatis yang berjalan dalam real time berdasarkan pengenalan suara melalui microphone,” ujar Giga, Jumat (19/4/2024).

Dibuatnya sistem ini didasari oleh keinginan Giga untuk memudahkan para pengguna kipas angin dalam mengontrol kecepatan kipas angin tanpa harus berjalan dan memencet tombol kipas, tidak terkecuali jiga untuk memudahkan pengguna yang disabilitas dalam pengoperasian kipas angin.

Cara kerja YAMNet (Yet Another Multi Language Network) yang digunakan Giga untuk mengklasifikasikan audia juga sempat ia jelaskan secara singkat, dimana YAMNet dapat langsung menerima data audio dan mengubahnya ke dalam representasi spektogram sebelum diteruskan ke MobileNet.

“Persiapan yang diperlukan adalah melakukan pengambilan sample ulang terhadap klip audio dan mengubah frekuensi sample menjadi 16.000 Hz, serta memastikan bahwa audio tersebut hanya memiliki satu saluran (audio channel tunggal),” ucapnya.

Ia membeberkan bahwa ide untuk membuat sistem ini tercetus saat mengikuti program Studi Independen, dimana proses ini dilakukan agar meningkatkan akurasi dan konsistensi performa, 

“Kebetulan saya mengambil bidang AI saat mengikuti Studi Independen, dan saya ingin mengimplementasikan materi yang telah saya terima ke tugas akhir saya,” terang Giga. 

Dirinya juga mengungkapkan bahwa total waktu yang ia butuhkan dalam pengerjaan sistem ini kurang lebih selama tiga bulan, yang tentu juga melewati berbagai kendala.

“Yang paling menyita waktu adalah saat mengubah data set audio, karena saya sendiri yang membuat data setnya dan perlu mengumpulkan 18 orang untuk diambil audionya,” kata mahasiswa yang juga memiliki ketertarikan dalam dunia AI tersebut.

Dengan menggunakan metode klasifikasi audio, semua jenis suara (perempuan dan laki-laki) bisa menjalankan program sistem ini, selama ucapannya sesuai dengan perintah yang telah dilatih. 

Setiap bahasa memiliki 4 perintah untuk mengontrol kipas angin, contohnya jika ingin mematikan kipas angin menggunakan peritah Bahasa Jawa, maka harus menyebut ‘kipas pejah’ ke microphone yang tersambung ke laptop.

Begitu pula perintah lain seperti, ‘kipas tombol satu’ untuk mengontrol kecepatan kipas angin di kecepatan rendah menggunakan Bahasa Indonesia, dan ‘kipas tombol two’, untuk mengontrol kecepatan kipas di kecepatan sedang menggunakan Bahasa Inggris.

Total terdapat 12 perintah yang digunakan untuk mengontrol kipas angin. 

“Semoga dengan terciptanya karya saya, dapat memotivasi teman-teman TK lainnya untuk bisa membuat karya-karya yang out of the box, inovatif, dan berguna untuk masyarakat,” tutupnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow