Wanita di Jember Kabur Usai Disekap Suami di Kandang Sapi

Awal pemicu masalah, gegara korban pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Medan, Sumatera Utara dan tidak pamit dengan suaminya selama dua bulan.

08 Mar 2024 - 18:30
Wanita di Jember Kabur Usai Disekap Suami di Kandang Sapi
Korban Penyekapan Saat dibawa Ke Polsek Wuluhan Polres Jember.(Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP- Supiati atau akrab disapa Bu Tika (48) warga Dusun Krajan, Desa Glundengan, Kecamatan Wuluhan, Jember akhirnya bernafas lega.

Ia jadi korban KDRT yang dilakukan suaminya sendiri Hermawan atau akrab disapa Toheri (51).

Supiati sempat mendapat penganiayaan dan disekap di dalam kandang sapi di dekat rumahnya. 

Ia dapat kabur dan mendapat pertolongan warga saat sembunyi di dalam gudang milik tetangga.

Terkait nasib malang yang dialami Supiati, berawal dari kejadian cekcok antara korban dengan suaminya sendiri. 

Awal pemicu masalah, gegara korban pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Medan, Sumatera Utara dan tidak pamit dengan suaminya selama dua bulan.

"Tadi malam (Kamis, 7/3) kami mendapat laporan dari masyarakat dan perangkat desa. Bahwa warga itu mendengar suara perempuan minta tolong dari arah gudang di wilayah setempat. Saat didatangi, didapati ada perempuan yang ternyata korban KDRT," kata Kapolsek Wuluhan AKP Solikhan Arief, Jumat 8 Maret 2024.

Korban saat itu baru kabur dari penyekapan yang dilakukan oleh suaminya sendiri. Saat itu, kata Arief, korban disekap di dalam kandang sapi oleh suaminya.

"Korban itu disekap di dalam kandang sapi dekat rumahnya, diduga karena suaminya marah. Karena korban ini pergi kerja ke luar pulau Jawa, ke Medan (Sumatera Utara). Tapi korban ini tidak izin atau tidak pamit dengan suaminya," ujarnya.

Penyekapan itu, Arief menjelaskan, berawal dari korban baru pulang dari Medan Senin (4/3/2024) kemarin. Saat malam harinya, korban dengan suaminya cek cok. Bahkan korban dari pengakuannya mengalami penganiayaan. 

"Dipukul batang kayu dan tangan kosong oleh pelaku (suaminya). Sehingga hampir di sekujur tubuhnya, korban mengalami luka lebam. Terutama di bagian kepala dan badannya," kata mantan KBO Satreskrim Polres Jember ini.

Tidak selesai sampai disitu, lanjutnya, saat Kamis malam (7/8/2024) kemarin. Sehabis Magrib, korban kemudian dikurung di dalam kandang sapi kosong. Tangannya diikat menggunakan tali dan rantai di tiang dalam kandang.

"Tujuannya diikat itu, agar korban tidak kabur. Tapi beruntung sekitar pukul 9 malam korban dapat kabur dari dalam kandang. Kemudian melarikan diri ke gudang itu, kemudian diselamatkan warga. Selanjutnya oleh warga diantar ke Polsek Wuluhan untuk mendapat perlindungan," ulasnya.

Terkait kondisi yang dialami korban, lebih lanjut kata Arief, korban bekerja ke luar pulau Jawa itu kurang lebih 2 bulan.

"Berangkat sekitar 23 Desember 2023 kemarin. Kemudian pulang Senin kemarin itu. Jadi sekitar dua bulanan kerja di luar Pulau Jawa itu. Korban menurut pengakuannya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sana," ungkapnya.

Terkait kasus ini, lebih lanjut kata Arief, selanjutnya berkoordinasi dengan Unit PPA Satreskrim Polres Jember dan juga DP3AKB setempat. Untuk menindaklanjuti trauma psikis yang dialami oleh korban.

"Bahkan korban sendiri juga masih menjalani perawatan di Puskesmas Wuluhan saat ini. Karena juga mengalami luka-luka akibat penganiayaan yang dilakukan pelaku (suaminya)," kata Arief.

"Untuk pelaku sudah kami amankan langsung tadi malam oleh Unit Satreskrim Polsek Wuluhan, dan saat ini masih menjalani pemeriksaan di ruang penyidik di Polsek Wuluhan," ujarnya.

Arief juga menambahkan, pasangan suami istri yang terlibat kasus KDRT itu diketahui memiliki 3 anak. Diketahui untuk anak yang paling bungsu, saat ini juga mendapat perhatian trauma healing. Karena mengetahui langsung tindak penganiayaan yang dilakukan bapak terhadap ibunya itu.

"Anaknya ada 3. Anak pertama kerja di Bali, yang anak kedua ikut mbahnya di Bondowoso. Nah yang satu masih kecil kelas 6 SD ini ikut dengan orang tuanya, dan karena mengetahui kejadian yang dialami ibu dan bapaknya. Agar tidak trauma kami dampingi," kata Arief.

"Kita ajak jalan-jalan. Juga ke pondok pesantren setempat. Karena anak ini katanya mau mondok, dan nanti akan kami bantu, agar bisa mondok. Bertujuan agar memulihkan traumanya. Karena anak sekecil ini khawatir daya ingatnya kuat," ungkapnya.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow