Tiap Hari Menabung dengan Berjualan Kerupuk, Warga Probolinggo Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Sebagai penjual kerupuk, Nur Hasanah mengakui bahwa pendapatannya tidak menentu, dan seluruh proses penggorengan maupun pengemasan kerupuk dilakukan oleh dirinya sendiri.

26 May 2024 - 14:00
Tiap Hari Menabung dengan Berjualan Kerupuk, Warga Probolinggo Ini Akhirnya Bisa Naik Haji
Nur Hasanah warga Probolinggo yang naik haji dari menabung sebagai penjual kerupuk (Humas Embarkasi Surabaya/SJP)

Kota Probolinggo, SJP - Siapa yang mengira meski hanya punya penghasilan pas-pasan hanya degan berjualan kerupuk, seorang warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini menjadi tamu Allah SWT. 

Ialah Nur Hasanah (49) yang berhasil menjadi jamaah haji pada tahun ini, Ia termasuk dalam kloter 43 jemaah haji yang berangkat dari Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES). 

Melalui rilis resmi yang dikeluarkan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya pada, Nur menjelaskan bahwa sehari-hari ia berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih, Probolinggo. 

"Saya berjualan kerupuk renteng di pasar mulai jam 3 dini hari sampai jam setengah 10 pagi. Ya tergantung ramai atau tidaknya. Kalau sepi, jam 9 saya sudah pulang," ucapnya Minggu (26/05).

Sebagai seorang pedagang, Nur Hasanah mengakui bahwa pendapatannya tidak menentu, dan seluruh proses penggorengan maupun pengemasan kerupuk dilakukan oleh dirinya sendiri. 

"Alhamdulillah kini saya bisa mempekerjakan orang untuk membantu saya menggoreng dan membungkus kerupuk. Kalau kerupuk mentahnya, saya mengambil dari Sidoarjo," jelasnya. 

Nur Hasanah tidak pernah menyangka bahwa sebagai seorang penjual kerupuk, ia akan mendapatkan kesempatan untuk berangkat haji. 

"Alhamdulillah barokah, sambil dibantu suami saya bertani saat itu. Sekarang suami saya sudah tidak bisa bekerja lagi karena sakit stroke," tambahnya.

Selanjutnya, Nur Hasanah juga menceritakan bahwa ia mengalami cedera di kaki karena syaraf terjepit, sehingga saat ini ia hanya bisa berjalan pelan dan agak pincang. 

"Saya disarankan oleh dokter untuk melakukan operasi, tetapi saya menolak karena ingin berangkat haji. Setelah pulang nanti, saya akan konsultasikan lagi," tuturnya. 

Meskipun harus dituntun saat berjalan, Nur Hasanah sudah siap secara lahir dan batin untuk berangkat haji. 

"Meskipun kondisi saya seperti ini, sulit untuk berjalan, saya bersyukur bisa berangkat bersama suami yang sudah sakit stroke selama 3 tahun ini. Alhamdulillah kami bisa berangkat," ucapnya.

Nur mengingat bahwa ia pertama kali mendaftar untuk haji pada tahun 2011 bersama suaminya, Pak Kholili. 

Namun, saat itu uang mereka belum mencukupi. 

Untungnya, ada BMT Syariah yang menawarkan dana talangan untuk haji. 

Nur hanya memiliki sebelas juta rupiah, kurang 14 juta rupiah, sehingga ia meminjam dari BMT. 

"Dalam waktu satu tahun, saya berhasil melunasi hutang saya di BMT," ceritanya. 

Sambil menunggu keberangkatannya, Nur rutin menabung di BMT. 

"Setiap hari saya menabung, kadang 5 ribu, kadang 10 ribu. Setiap hari Jumat libur. Ketika menabung pada hari Sabtu, saya menabung untuk dua hari," ungkap Nur.

Nur Hasanah dan suaminya seharusnya berangkat ke tanah suci tahun 2024 ini bersama ibunya. 

Namun, takdir berkata lain, ibunya telah meninggal dunia sebelum keberangkatan. 

Di tanah suci, Nur akan memanjatkan doa terbaiknya untuk ibunya, anak-anak, dan keluarga di tanah air. 

Ia juga berharap agar doanya untuk kesembuhan dirinya dan suaminya dikabulkan oleh Allah SWT.. (*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow