Menghirup Kehangatan di Setiap Cangkir: Kisah Barista Tuli di Balik Kopi "Tutur Rasa"
Delapan barista tuli di gerai Kopi Tutur Rasa Midtown Hotel Surabaya menyajikan lebih dari sekadar kopi, namun menghadirkan inklusivitas, kehangatan, dan semangat perjuangan melalui setiap cangkir.
SURABAYA, SJP - Ada yang istimewa dari setiap cangkir kopi. Tidak hanya soal aroma atau rasa, tetapi juga cerita yang menghangatkannya.
Bagi sebagian orang, kopi adalah teman di tengah kesibukan, tetapi bagi delapan barista tuli yang menjadi bagian dari program Kopi Tutur Rasa, secangkir kopi adalah medium untuk berbicara, tanpa kata-kata.
Program yang lahir di bawah naungan Midtown Connect, hadir bukan sekadar menawarkan kopi, melainkan pengalaman. Di setiap lobby hotel Midtown Surabaya, gerai Kopi Tutur Rasa menyapa tamu dengan senyuman para barista tuli.
Dengan tagline "Untaian Rasa Penuh Karsa", kopi ini bukan hanya tentang kenikmatan, melainkan juga semangat inklusivitas.
"Kami ingin memberikan ruang bagi teman-teman tuli untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa, sama seperti yang lain. Mereka mampu bekerja, kreatif, dan menyajikan pelayanan terbaik," ungkap William Sihombing, Public Relation (PR) Midtown Hotel Surabaya, saat ditemui pada Selasa (26/11/2024).
Delapan barista tuli yang memperkenalkan kopi ini memiliki cerita berbeda, mulai dari mereka yang baru lulus sekolah hingga mereka yang kesulitan mendapat pekerjaan karena stigma. Berasal dari Surabaya dan Sidoarjo, nama-nama seperti Dandi, Rio, Dayyan, hingga Devi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga Midtown.
Proses mereka untuk menjadi barista tidak instan. Selama lima hari, dari 9 hingga 23 Agustus 2024, mereka mengikuti pelatihan intensif. Mereka diajarkan mengenali jenis biji kopi, cara mengoperasikan mesin, hingga seni meracik kopi. Yang unik, para pelatih dari Midtown juga dilatih bahasa isyarat agar komunikasi berjalan dua arah.
"Ini adalah program yang menyatukan banyak pihak. Tidak hanya internal Midtown, tapi juga komunitas seperti Teman Tuli yang membantu kami memahami budaya dan perspektif teman-teman tuli," tambah William.
Para barista ini, yang tidak menggunakan alat bantu dengar dan sepenuhnya tuli. Yang menarik dan tidak diketahui oleh orang awam adalah, sebutan tuli ternyata lebih disukai dan lebih menghormati mereka dibanding dengan dengan sebutan tunarungu.
"Sebutan tuli itu lebih disukai lo, karena itu menunjukkan siapa mereka. Bukan dengan sebutan tunarungu yang bagi mereka, terkesan seperti penyakit," ungkap William.
Gerai Kopi Tutur Rasa ditempatkan di area yang strategis, yakni lobby hotel. Tidak hanya itu, petunjuk tentang bahasa isyarat juga disediakan untuk mempermudah tamu berinteraksi.
Salah satu daya tariknya adalah varian unggulan mereka, Latte Butter Kopi. Racikan kopi dengan mentega ini diklaim mampu menstabilkan gula darah sekaligus meningkatkan metabolisme tubuh. William menambahkan bahwa respons tamu sejauh ini sangat positif.
"Mereka senang dengan konsep ini. Ada yang terkejut dan ingin belajar bahasa isyarat hanya untuk memesan kopi. Ini adalah dampak kecil yang kami harapkan: membangun jembatan pemahaman antara tamu dan teman tuli," ujarnya.
Program ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi teman tuli lainnya. Tidak hanya sebagai bukti bahwa mereka mampu, tetapi juga sebagai dorongan moral.
"Mereka punya kemampuan yang sama hebatnya. Kadang hanya ruang dan kesempatan yang sulit didapat. Di sinilah kami hadir," tegas William.
Gerai Kopi Tutur Rasa memiliki jadwal operasional yang berbeda di empat lokasi Midtown Hotel. Dari Midtown Resident hingga Verwood, para barista siap menyajikan kopi dari pukul 12.00 hingga 20.00.
Di balik setiap cangkir Kopi Tutur Rasa, ada cerita perjuangan, dedikasi, dan kehangatan. Ini bukan hanya tentang secangkir kopi, tetapi tentang membuka mata dan hati kita untuk memahami bahwa perbedaan bukanlah batasan, melainkan keunikan yang memperkaya hidup. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?