Mengupas Urgensi Emisi Nol Bersih di Science Film Festival 2024

Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular jadi sorotan Science Film Festival 2024 di Surabaya, menginspirasi generasi muda lewat film dan eksperimen sains untuk menjaga bumi secara berkelanjutan.

26 Nov 2024 - 21:15
Mengupas Urgensi Emisi Nol Bersih di Science Film Festival 2024
Tidak hanya nonton film, para peserta Science Film Festival 2024 juga diajak untuk melakukan praktik atau games mengenai Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Perubahan iklim bukan lagi sekadar ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang sudah dirasakan dampaknya saat ini. Peningkatan suhu global, bencana alam yang semakin intens, hingga krisis sumber daya, semua ini menuntut langkah konkret untuk menyelamatkan bumi. 

Salah satu solusi yang kini digaungkan adalah penerapan Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular sebagai strategi perlindungan lingkungan yang berkelanjutan. Bersama-sama, kedua pendekatan ini menjadi kunci menjawab tantangan besar dalam Persetujuan Paris untuk mencegah kenaikan suhu global lebih dari 1,5°C.

Berkenaan dengan pentingnya bahasan itu, Science Film Festival (SFF) 2024 yang digelar oleh Goethe-Institut dari 15 Oktober lalu hingga 30 November, mengusung tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular”, menyasar siswa sekolah dengan film-film dan eksperimen sains yang relevan.

Dhahana Adi Pungkas atau yang akrab disapa Ipung, Cultural Program Assistant Wisma Jerman, menjelaskan alasan di balik pemilihan tema ini dalam acara yang selalu menjadi platform edukasi lintas budaya itu.

“Emisi Nol Bersih bukan hanya soal menurunkan emisi karbon, tetapi juga soal mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih sadar akan dampak setiap aktivitas kita terhadap lingkungan. Begitu juga dengan Ekonomi Sirkular, ini adalah solusi untuk mengurangi limbah secara signifikan,” ujar Ipung, Selasa (26/11/2024).

Ia menekankan bahwa langkah-langkah kecil seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memanfaatkan barang bekas, hingga mendaur ulang dapat memberi kontribusi besar jika dilakukan secara kolektif. 

“Melalui festival ini, kami ingin memperlihatkan bahwa sains adalah alat penting untuk mendukung keberlanjutan. Dan sains itu sendiri tidaklah sulit untuk dipelajari,” tambahnya.

SFF Surabaya menghadirkan 15 film dari 8 negara, seperti Jerman, Thailand, Brasil, dan Kolombia, yang seluruhnya telah dikurasi untuk relevansi dengan tema lingkungan. Usai pemutaran film, peserta diajak mencoba eksperimen sains sederhana yang bertujuan untuk memvisualisasikan konsep-konsep ilmiah di balik film.

“Film-film ini dipilih dengan hati-hati, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Bahkan, ada juga film untuk anak-anak TK yang cocok ditonton bersama keluarga,” jelas Ipung.

Ia berharap kegiatan ini dapat mendorong generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan melihat bahwa isu lingkungan bukan hanya tanggung jawab orang dewasa. 

“Target kami adalah membawa sekaligus menyampaikan semangat kepada masyarakat untuk menjaga bumi ini,” ungkapnya.

Melalui pendekatan kreatif dan edukatif seperti SFF, Wisma Jerman dan Goethe-Institut menunjukkan bahwa isu lingkungan dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. 

“Kami ingin menginspirasi masyarakat, utamanya generasi muda untuk mulai bertindak, tidak hanya menonton dan mempelajari, tetapi juga mengambil langkah konkret untuk menerapkan konsep Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular,” tutup Ipung.

Dengan tantangan lingkungan yang semakin mendesak, kolaborasi lintas lembaga seperti ini menjadi harapan baru untuk menanamkan kesadaran lingkungan pada generasi muda sekaligus membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow