Kolaborasi UWKS dan Kampung Sayur Ondomohen: Inovasi Budidaya Ikan Zebra Pink dan Maggot untuk Pemberdayaan Masyarakat

Program PKM UWKS di Kampung Sayur Ondomohen ini ditujukan dalam upaya mewujudkan kolaborasi ekonomi masyarakat pada kelompok tani urban farming dengan pelestarian lingkungan dan upaya ketahanan pangan.

16 Aug 2024 - 20:15
Kolaborasi UWKS dan Kampung Sayur Ondomohen: Inovasi Budidaya Ikan Zebra Pink dan Maggot untuk Pemberdayaan Masyarakat
UWKS beri pelatihan mengenai mesin pembuat pelet kepada kelompok tani Kampung Sayur Ondomohen (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Kampung Sayur Ondomohen, merupakan salah satu kampung yang telah lama dikenal dengan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, melalui beragam Inovasi, kampung ini kerap dianggap sebagai percontohan di Kota Surabaya.

Usai sukses dalam penerapan urban farming dan pengolahan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat, kini kelompok tani Kampung Sayur Ondomohen berkolaborasi dengan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), untuk hadirkan inovasi budidaya Ikan Zebra Pink dan budidaya Magot.

Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang berlangsung selama enam bulan dari Juli hingga Desember 2024, UWKS ingin membantu dalam mewujudkan kolaborasi ekonomi masyarakat pada kelompok tani urban farming, dengan pelestarian lingkungan dan upaya ketahanan pangan.

Program PKM dengan tajuk 'Penerapan Pakan Ikan Penguat Imunitas (PI) dan Tata Kelola Sampah Organik pada Budidaya Fish Zebra dan Budidaya Magot Sebagai Kolaborasi Ekonomi pada Kelompok Petani Urban Farming Kampung Sayur Ondomohen Surabaya' telah dimulai sejak Selasa (13/8), ditandai dengan serah terima mesin pembuat pelet ikan.

Saat ditemui, Ketua Tim Abdimas UWKS, Dr Rondius Solfaine menyampaikan bahwa program PKM di Kampung Sayur Ondomohen Surabaya ini didukung oleh Kemendikbudristek RI melalui para dosen di UWKS, untuk nantinya dilaporkan pada akhir masa program.

"Program ini memiliki tiga titik fokus, yang utama adalah budidaya ikan zebrafish, kedua pembuatan pelet pakan menggunakan bahan baku magot, dan ketiga tata laksana budidaya tanaman obat herbal dan tata kelola sampah organik," jelas Rondius, Jum'at (16/8).

Pemilihan lokasi ini tidak lepas dari status Kampung Sayur Ondomohen yang dikenal memiliki tata kelola lingkungan dan kegiatan UMKM yang sudah berjalan baik, maka cocok menjadi lokasi penerapan inovasi-inovasi baru, seperti budidaya Ikan Zebra Pink ini.

"Ikan ini unik, selain memiliki penampilan yang menarik, budidaya Ikan Zebra Pink juga cukup mudah, jadi peluang untuk dijadikan bisnis ikan hias tinggi, mengingat peminatnya banyak dan harganya juga lumayan saat sudah dewasa," tutur Rondinus.

Perlu diketahui bahwa Kampung Sayur Ondomohen juga telah memiliki budidaya maggot, dan mesin pembuat pelet yang juga diberikan oleh UWKS, untuk program ini berfungsi untuk membuat produk baru yakni pelet berbahan dasar maggot.

Rondius menjelaskan bahwa output dari program ini dibagi menjadi dua sisi, pertama adalah sisi perguruan tinggi, yakni UWKS menerapkan teologi tempat guna istilahnya berupa produk yang mungkin masih dalam bentuk prototype, budidaya ikan termasuk juga tata kelola sampah organik dan tanaman organiknya. 

"Sedangkan kalau dari sisi masyarakat itu akan menghasilkan produk-produk yang paling tidak nanti menjadi andalan untuk dikomersialisasikan, sehingga masyarakat juga berdaya secara ekonomi melalui program ini," sebut Rondius.

Selain itu, dalam program ini juga hadir pelatihan budidaya tanaman herbal, Tim Abdimas lainnya Dwi Haryanta yang juga merupakan dosen di UWKS menyampaikan, tanaman herbal ini dibudidayakan untuk dibuat kapsul anti diabetes. 

"Tanaman yang dipakai adalah jenis kipahit ada yang namanya pahitan ada yang namanya sentek itu tergantung dari daerahnya masing-masing, kita fokus kesini karena diabetes menduduki mungkin sepuluh besar penyakit paling mematikan di Indonesia," ucap Dwi.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa proses pembuatan kapsul dari tanaman herbal yang dibudidayakan diawali dengan daun yang dikeringkan, setelah kering, dihaluskan hingga seperti tepung lalu dimasukkan ke kapsul-kapsul.

"Setelah produksi nanti akan lebih intens dihitung. Sehingga nanti satu kapsul itu bisa dikonsumsi dosis berapa untuk penderita diabetes maupun yang baru pre-diabetes," tutur Dwi.

Melalui program PKM UWKS ini, Dwi berharap, mendatang ada sinergisme antara kampus dengan masyarakat secara nyata, yakni para akademisi bisa belajar langsung di lapangan, dan masyarakat bisa mendapatkan ilmu yang dibawa dari kampus.

Sebagai informasi, tim PKM UWKS ini diikuti oleh para dosen dan mahasiswa UWKS, terdiri dari:

Tim Abdimas : 

  1. Dr Rondius Solfaine, drh, MP, APVet
  2. Dr Ir Dwi haryanta, MS
  3. Marina Revitri, STP, MP

Mahasiswa 

  1. Intan Nurdiana Faramudita,
  2. Maria Millenia,
  3. Hanifah Syahidah,
  4. Paskalia Donamendez,
  5. Michael Beltho,
  6. Thalia Zarah Tabitha,
  7. Mohammad Abel Junjunan Hidayat.

Di sisi lain, Ketua Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Mus Mulyono menyampaikan rasa senangnya karena dengan pelatihan ini, membuktikan bahwa kampungnya masih terus dipercaya oleh pihak akademisi, khususnya UWKS.

"Kami sebagai orang kampung merasa sangat bangga, karena kami kembali bisa menghadirkan inovasi baru melalui kerja sama dengan pihak UWKS, saya harap program ini bisa menjadi program berkelanjutan," tutur Mus. 

Dalam kesempatan yang sama, pembina Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Ir. Adi Candra menyebut bahwa Kampung Sayur Ondomohen yang juga bisa disebut dengan Kampung Berseri Astra ini, akan selalu tumbuh.

Terlebih mengingat program ini diprakarsai oleh Kemendikbudristek RI, sehingga menjadi sebuah tolak ukur bahwa orang kampung itu juga bisa berkontribusi aktif terhadap perguruan tinggi yaitu sebagai mitra pengabdian masyarakat, tepatnya menjadi sebagai laboratorium hidupnya lintas perguruan tinggi, program studi, dan disiplin keilmuan. 

"Harapan kami adalah program ini tidak hanya berhenti dan terus melahirkan program-program turunan dari karena sekali lagi, isu lingkungan ini erat kaitannya dengan keberlanjutan," pungkas Adi. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow