Kolaborasi UWKS dan Kampoeng Oase Songo: Memperkuat Ketahanan Pangan Melalui Budikdamber dan Pengelolaan Sampah
UWKS melaksanakan kegiatan pelatihan Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) dan serah terima ember Budikdamber dan mesin pembuat pelet dari maggot yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UWKS.
Surabaya, SJP - Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surabaya tidak terlepas dari tantangan serius terkait isu lingkungan dan ketahanan pangan, yang kondisinya juga diperburuk oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan populasi.
Dalam menghadapi tantangan ini, peran sektor Pentahelix yang terdiri dari akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media menjadi sangat penting untuk menciptakan solusi inovatif dengan praktik berkelanjutan.
Berkenaan dengan isu tersebut, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melaksanakan kegiatan pelatihan Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) dan serah terima mesin pembuat pelet dari maggot yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyaraka (PKM) UWKS.
Kegiatan PKM yang dilaksanakan di Kampoeng Oase Songo, RT 09 RW 03 Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya itu ditujukan sebagai upaya ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan ekonomi warga kampung.
Dr. Freshinta Jellia Wibisono, drh., M.Vet, selaku Ketua Pelaksana Program PKM menjelaskan, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada isu lingkungan saja, namun juga memiliki perhatian terhadap upaya pengembangan masyarakat.
"Sebagai pihak dari sektor akademisi, kita ingin terjun ke masyarakat dan membantu secara langsung perihal isu ketahanan pangan dan isu sampah," ujar Freshinta, Sabtu (10/8).
Terhitung ada 10 ember Budikdamber yang diserahkan oleh UWKS kepada Kampoeng Oase Songo, yang mana dalam satu embernya bisa membudidayakan 100 ikan lele dengan mortalitas (tingkat kematian) 20 persen.
"Meski ruangnya tidak luas, dengan Budikdamber diperkirakan akan ada 800 ikan lele yang diproduksi, nantinya bisa untuk memenuhi ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga warga setempat," sebutnya.
Sementara itu, mesin pembuat pelet yang juga diserahterimakan di hari yang sama ditujukan untuk menciptakan sirkulasi antara penyelesaian isu ketahanan pangan dan isu sampah.
Perlu diketahui, Kampoeng Oase Songo sendiri bukan pemain baru dalam hal penanganan isu lingkungan, yang mana sebelumnya Kampoeng Oase Songo sudah memiliki budidaya maggot untuk atasi isu sampah organik di wilayah kampungnya.
"Jadi sampah dimanfaatkan untuk budidaya maggot, sebelumnya maggot tersebut bisa diolah menjadi maggot basah dan kering, dengan mesin pembuat pelet ini maka maggot juga bisa diolah menjadi pelet untuk jadi pakan ikan Budikdamber tadi," tutur Shinta.
Selain Shinta, tim PKM ini juga terdiri dari akademisi UKWS lain dan juga melibatkan beberapa mahasiswa dari Prodi Kedokterannya Hewan UWKS, diantaranya:
Anggota tim PKM
1. Dr. Santirianingrum Soebandhi, SE., M.Com
2. Dr. Masfufatun, S.Si., M.Si
Mahasiswa
1. Andi Oktaviana Mentari
2. Al Fardiansyah
3. Ismul jalal
4. Mutia Isnaeni
5. Seryna Hasna Q
Sementara itu, Yaning Mustika Ningrum selaku Kepala Kampung Oase Songo berharap program ini tidak berhenti setelah masa PKM usai, melainkan bisa berkelanjutan dan menjadi contoh bagi kampung-kampung lain di Surabaya maupun Indonesia.
"Nantinya produksi lele dari Budikdamber akan kita jual dibawah harga pasaran, tujuannya agar masyarakat sekitar bisa menikmati hasil produknya," ucap Yaning.
Ia juga mengungkapkan bahwa program ini juga bermanfaat untuk mewujudkan program lain, yakni Kampung Madani yang harus mampu mengangkat perekonomian keluarga miskin (gamis).
"Jadi yang kita pekerjakan untuk pengelolaan sampah, serta pemeliharaan maggot dan lele adalah gamis, dengan begitu mereka sudah tidak pusing bisa makan atau tidak, karena sudah bisa mendapatkan penghasilan dari program ini," terang Yaning.
Hadir pula dalam kegiatan Ir. Adi Candra, S.Si., M.Si, selaku Pembina Kampoeng Oase Songo yang berharap program PKM Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat UWKS yang didanai oleh Dirjen Dikti Riset dan Teknologi Kemendikbud Ristek itu dapat berdampak positif.
"Semoga dengan adanya kemitraan ini, dapat menguatkan Kampoeng Oase Songo yang juga merupakan kampung wisata edukasi urban farming dan pengelolaan lingkungan," ucap Adi.
Mendatang, ia berharap dengan dukungan lintas stakeholder ini dapat menjadikan Kampoeng Oase Songo sebagai laboratorium hidup lintas disiplin keilmuan, dan mampu memberikan solusi terbaik untuk semakin dekat dengan Gerakan Circular Economy Berkelanjutan untuk menuju Sustainable Development Goals (SDG's). (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?