Hakikat Tentang Rezeki Untuk Inspirasi Entrepreneurship Dalam Islam
Dr Helmi : Hakikatnya, untuk menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki otoritas, untuk menentukan kepastian rezekinya. Hanya upaya yang bisa dilakukan manusia, selebihnya bergantung pada kekuatan tunggal yaitu Allah.
Kabupaten Malang, SJP — Saat engkau lalai, gapailah segera takwa kepada-Nya Kala itu, akan datang padamu banyak rezeki dari arah tak disangka Bagaimana engkau takut miskin, sedang Allah Maha Pemberi rezeki Diberi-Nya rezeki burung dan ikan laut Jangan duga rezeki hanya didapat dengan kekuatan Jika begitu, burung pipit takkan dapat apa-apa bersaing dengan elang
Diatas merupakan penggalan syair Imam Syafii tentang rezeki yang berarti saat kita mengejarnya, rezeki kian kencang berlari meninggalkan.
Hal itu dipaparkan oleh Wakil Rektor II, Dosen FEB Universitas Islam Raden Rahmat Malang Dr Helmi Muhammad SE MM dimana rezeki menghampiri seperti tamu tidak diundang.
"Rezeki menghampiri kita laksana tamu tak diundang, itulah misteri rezeki yang secara hakiki hanya ada di genggaman Allah" ucapnya.
Itulah mengapa Allah memiliki sifat Ar-Razzaq, Sang Maha pemberi rezeki.
"Hakikatnya, untuk menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki otoritas, untuk menentukan kepastian rezekinya. Hanya upaya yang bisa dilakukan manusia, selebihnya bergantung pada kekuatan tunggal yaitu Allah," Urai pria yang juga anggota MUI Provinsi Jawa Timur itu.
Lanjut ia menerangkan bahwa rezeki ada tiga macam, yaitu rezeki yang sudah dijaminkan (ar-rizqul makful), rezeki yang dibagikan (ar-rizqul maqsum), dan rezeki yang dijanjikan (ar-rizqul maw'ud).
Rezeki pertama, Allah telah menjamin rezeki kepada semua hamba-Nya, yang bertakwa ataupun yang kafir sekalipun sebagai bentuk kemurahan-Nya. Rezeki kedua adalah yang diperoleh dengan usaha (ma'isyah), yaitu dengan cara mendayagunakan instrumen, alat-alat dari Tuhan seperti akal, pikiran, perasaan ataupun kekuatan fisik. Rezeki ketiga adalah sangat spesial yang dijanjikan untuk orang-orang bertakwa, yang melakukan transformasi sosial untuk sepenuh penghambaan kepada Allah.
"Sebagai muslim, kita tidak boleh hanya bertumpu pada rezeki pertama, namun harus berupaya dengan kesungguhan dan kerja keras untuk mencapai rezeki kedua, Bahkan, peningkatan kualitas diri harus menjadi prioritas sehingga kita masuk nominasi untuk mendapatkan rezeki ketiga," jelasnya.
Kemudian Dr Helmi terangkan, bahwa sejatinya keberkahan rezeki didapatkan dari keimanan dan ketaqwaan sesuai dengan ayat berikut :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 96).
Ia jelaskan bahwa upaya yang mengarah pada nominasi ideal tersebut mendorong implementasi berbagai disiplin ilmu.
"Misal saja dalam bidang ilmu ekonomi, telaah tentang bisnis dan entrepreneurship menjadi perhatian para ahli. Bahkan, bisnis dan entrepreneurship dalam Islam dimaknai sebagai cara meraih peluang (rezeki) yang dipandu oleh seperangkat etika, norma dan nilai yang bermuara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua pilar ini bersumber dari ajaran Al-Qur'an dan Al-Hadits," tandasnya.
Seorang pebisnis atau entrepreneur, lanjut Helmi, memiliki kemampuan dan mentalitas untuk memulai usaha baik memproduksi barang atau memberikan jasa yang menghasilkan keuntungan (rezeki).
Dapat dikatakan, perilakunya sangat hati- hati dari sifat yang tidak diinginkan seperti menimbun barang, perlakuan tidak baik kepada karyawan atau tidak adil dengan pelanggan atau keuntungan materi bagi seorang entrepreneur muslim bukan satu-satunya tujuan karena orientasinya juga mengharap kebahagiaan akhirat.
Selain itu, sifat-sifat entrepreneurship melekat dalam dirinya seperti memiliki pengetahuan, inisiatif, berani mengambil risiko, berorientasi kepada pelanggan, melibatkan karyawan, memiliki pemikiran strategis, takut kepada Allah, kerja keras, inovasi, memiliki keunggulan bersaing, jujur dan benar, memiliki moral, visioner, optimisme, kesabaran, berorientasi pada kesejahteraan sosial, mencari rezeki yang halal dan sebagainya.
Ke semuanya terinspirasi dari kekuatan Ar-razzaq yang menebar rezeki secara holistik. (*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?