Pameran “Close Open 2024/2025” di Surabaya: Renungan dan Harapan dalam Goresan Kanvas

Pameran “Close Open” Ikatan Pelukis Indonesia di Surabaya merangkum refleksi akhir tahun melalui 200 karya seni, melukis harapan baru untuk 2025, dengan semangat kolaborasi dan kreativitas tanpa batas.

15 Dec 2024 - 17:08
Pameran “Close Open 2024/2025” di Surabaya: Renungan dan Harapan dalam Goresan Kanvas
Pengunjung menikmati pameran lukis IPI Close Open 2024/2025 (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Kota Pahlawan menjadi saksi bagaimana seni lukis merangkum perjalanan waktu. Tahun 2024 yang perlahan pamit disambut dengan introspeksi dan harapan oleh Ikatan Pelukis Indonesia (IPI) dalam pameran bertajuk “Close Open 2024/2025”. 

Bertempat di basement Alun-Alun Kota Surabaya, selama enam hari sejak 10 hingga 15 Desember 2024, lebih dari 200 karya seni dipamerkan dengan membawa pesan bahwa seni bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga refleksi dan arah masa depan.

Ketua IPI, Supa’at Margie, menjelaskan bahwa tema “Close Open” mengandung makna mendalam, yaitu menutup tahun dengan retrospeksi dan membuka tahun baru dengan semangat baru. 

“Close Open itu tutup tahun 2024. Selama 2024, apa sih yang kita capai? Apa yang kita raih, kita introspeksi semua. Menuju 2025, kita rencanakan apa yang lebih baik. Itu yang ingin kami sampaikan melalui tema ini,” ungkapnya.

Tak hanya temanya yang bermakna, pameran ini juga menjadi wadah bagi 150 pelukis dari berbagai daerah untuk menampilkan karya mereka. Dari lukisan besar dengan harga mencapai Rp20 juta hingga karya kecil dan merchandise seperti tas serta topi berharga Rp75 ribu, semua memiliki daya tarik tersendiri.

“Lukisan-lukisan kecil ini sengaja kami buat terjangkau, supaya masyarakat luas bisa memiliki karya seni. Selain itu, ada juga merchandise yang semuanya dilukis. Ini menjadi salah satu cara agar seni lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari,” tambah Supa’at.

Pameran “Close Open” juga berkolaborasi dengan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) untuk mengedukasi anak-anak tentang seni rupa. Hari terakhir pameran menjadi momen istimewa dengan diadakannya lomba melukis dan mewarnai untuk anak-anak. Kegiatan ini bertujuan membangkitkan kecintaan generasi muda terhadap seni.

Selain itu, salah satu daya tarik utama adalah kehadiran stan untuk melukis bersama, di mana pengunjung bebas berkarya menggunakan cat akrilik dari merek Tesla, yang menyediakannya secara gratis. Roman, Humas IPI, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bebas diikuti oleh seluruh pengunjung pameran.

“Rekan-rekan pengunjung cukup membawa kanvas dan alat sendiri. Cat kami sediakan sepuasnya, tapi tidak untuk dibawa pulang. Ini bagian dari komitmen kami memudahkan siapa saja untuk mencintai seni.”

Roman juga menyoroti pentingnya momentum ini untuk mempersiapkan tantangan yang akan datang, terutama dengan berkembangnya teknologi seperti AI (Artificial Intelligence). 

“2025 itu tantangannya lebih berat, terutama dari AI. Tapi kita sebagai pelukis manual harus pandai-pandai mengembangkan seni lukis tanpa kehilangan identitas. Jangan sampai teknologi memperciut imajinasi kita,” tegasnya.

Kini, IPI yang sudah memiliki lebih dari 3.000 anggota di seluruh Indonesia juga memanfaatkan pameran ini untuk memperkuat jaringan antar cabang.

“Harapan kami, seni lukis semakin dikenal. Kami ingin IPI lebih solid, tidak hanya lewat media sosial, tapi juga melalui event seperti ini. Ke depan, kami berencana mengadakan pameran serupa di Pamekasan pada Januari 2025,” ungkap Roman.

Pameran “Close Open” bukan sekadar ajang seni biasa, melainkan ruang untuk merenung sekaligus melangkah maju. Lukisan-lukisan yang terpajang adalah suara para pelukis yang tak hanya mengabadikan keindahan, tetapi juga harapan, kritik, dan impian.

Ia menambahkan bahwa misi IPI tidak hanya untuk kemajuan individu, tetapi juga untuk bangsa. “Kami berharap seni ini bisa membawa nama Indonesia ke panggung dunia. Dengan dukungan masyarakat dan media, Insyaallah, seni lukis kita bisa berkembang jauh ke depan,” katanya penuh semangat.

Tahun 2024 mungkin segera berakhir, tetapi di basement Alun-Alun Kota Surabaya, seni menjadi jembatan menuju masa depan. Sebuah pengingat bahwa di tengah tantangan zaman, seni tetap relevan, abadi, dan menginspirasi. (*)

Editor : Danu S

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow