Kerajinan Bambu Kabupaten Jember Tembus Pasar Mancanegara

Kabupaten Jember, SJP- Salah satu ide kreatif warga kabupaten Jember, Fauzi, patut jadi contoh.

Ayah dua anak ini adalah pemilik sanggar bambu yang serap tenaga kerja sebanyak 12 orang.

Hasil produk bahan yang di hasilkan cukup banyak dan ia cerdas manfaatkan peluang dengan manfaatkan bahan yang melimpah di desa Desa Candijati, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.

Ia turut dorong masyarakat untuk berkreasi manfaatkan kekayaan alam tersebut dengan dirikan Sanggar Bambu.

Sanggar Bambu produksi dari kursi, hingga hiasan dinding hingga merambah kepada Gazebo dan beberapa pernak pernik yang banyak terpasang di beberapa galeri dan juga cafe cafe di kabupaten jember.

"Bagi kami, hal ini cukup luar biasa, apalagi masyarakat mampu mengolah kekayaan kecamatan Arjasa, yaitu kerajinan bambu. ini salah satu produk unggulan Arjasa,” kata Camat Arjasa , Achmad Fauzi, di sela-sela kunjungannya ke Sanggar Bambu, Sabtu (09/12/2023)

Menurutnya, produk kerajinan bambu cukup prospektif karena selain tidak mahal jika dibanding dengan bahan baku kayu, dari sisi kualitas dan artistik juga lumayan.

Tak kalah penting adalah ketersediaan bahan baku bambu yang tak pernah habis sebab hampir di tiap tebing dan tanah kebun, tumbuh bambu.

“Saya kira ini cukup bagus sebagai produsen kerajinan bambu,” jelasnya.

“Tidak hanya Sanggar Bambu, kami juga akan memfasilitasi UMKM lain yang ada di Arjasa, dan saya dorong masing-masing desa di Arjasa agar memiliki ciri khas kerajinan yang dihasilkan oleh warga setempat,” ungkap camat Arjasa, Achmad Fauzi.

Di tempat yang sama, Fauzi pemilik usaha kerajinan juga menyampaikan, mengapa ia memilih kerajinan bambu.

"Karena di bahan ini cukup banyak di kalangan masyarakat dan kita beli kepada mereka, hal itu juga untuk meningkatkan perekonomian bersama.” ungkapnya.

Saat ditanya persebaran produk bambu, ia berujar bahwa produknya tembus mancanegara.

"Pemasaran produk Sanggar Bambu tidak hanya di Jember dan sekitarnya, tapi juga tembus mancanegara seperti Malaysia. Meski demikian, pembeli lokal tetap diutamakan dan yang dominan" jelasnya. "Produk kami juga diekspor ke luar negeri. Di sana ternyata banyak yang suka furniture dari bambu." (*)

editor: trisukma