Guru Besar Unair: Hujatan Penggemar Timnas Dipicu Situasi Kerumunan
Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi. beranggapan bahwa gelombang hujatan penggemar Timnas kepada wasit maupun pemain merupakan tindakan yang dipicu oleh godaan dari situasi kerumunan.
Surabaya, SJP – Pada Kamis (9/5) kemarin, Timnas sepakbola Indonesia resmi gagal meloloskan diri untuk ikut dalam Olimpiade Paris setelah Garuda Muda kalah dengan skor 1-0 melawan timnas sepakbola Guinea pada laga play-off olimpiade 2024.
Kekalahan ini menambah rentetan kekalahan Timnas Indonesia yang memicu gelombang hujatan yang muncul dari fans atau masyarakat Indonesia secara umum yang menyasar kepada wasit laga, kompetisi hingga tim kebanggaan mereka sendiri.
Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi, menanggapi fenomena tersebut sebagai tindakan yang dipicu oleh godaan dari situasi kerumunan yang sudah tidak jarang terjadi di Indonesia.
“Kalau orang menjadi penggemar, maka perilakunya adalah perilaku kerumunan. Dan, perilaku menghujat lebih merujuk pada perilaku sementara atau temporary,” ujar Bagong, Jumat (10/5).
Menurutnya, hujatan dari para penggemar merupakan bentuk ekspresi kekecewaan terhadap apa yang mereka dukung dan cintai, ini adalah bukti bahwa pendukung juga merupakan sosok yang irasional.
“Sebagian bagian dari penggemar atau fans adalah sosok yang secara psikologis irasional, mereka adalah orang-orang yang acapkali fanatik terhadap tim yang menjadi idolanya,” beber Bagong.
“Sehingga ketika tim pujaannya menang, mereka sangat memuja, sedangkan ketika timnya kalah, mereka tak segan untuk menghujat,” imbuhnya.
Dan hasil dari keirasionalan itu bisa menyentuh taraf personal, dimana itu ditunjukkan melalui tindakan menyerang wasit hingga salah satu pemain yang dianggap tidak bermain dengan baik.
Dan perilaku ini dijelaskan oleh Bagong sebagai perilaku kerumunan di mana merasa mewakili banyak atau bersama banyak orang, sehingga merasa punya kekuatan massa.
Namun ia berpendapat bahwa hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan nilai dan norma masyarakat Indonesia.
“Dalam beberapa momen tertentu, terutama pada piala Asia kemarin, situasi perilaku kerumunan dapat memicu tindakan anarkis penggemar, sehingga mereka mewujudkan kekecewaannya melalui hujatan, dan di semua negara, perilaku penggemar yang fanatik sama,” paparnya.
Bagong merasa jika penggemar sadar dengan identitas sosialnya, maka penggemar tersebut tidak akan mudah tergoda situasi kerumunan hingga berbuat anarkis seperti menghujat sana-sini.
"Penggemar tidak selalu negatif, namun godaan situasi kerumunan bisa memicu tindakan anarkis, maka dari itu penggemar yang sadar atas identitas sosial biasanya tidak mudah tergoda berbuat anarkis,” ungkapnya.
Prof Bagong berpendapat bahwa kondisi itu tak perlu ada solusi, namun alangkah baiknya masyarakat untuk untuk bertindak secara rasional, mengontrol baik emosi mereka, sehingga tak terpengaruh situasi kerumunan. Sehingga tidak menyerang personal, entah itu wasit, pemain timnas atau bahkan pemain lawan.
“Tekanan dalam perlombaan juga dapat mempengaruhi performa pemain, maka tak perlu berlebihan dalam menengekspresikan kekecewaan,” pungkasnya. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?