Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Lestarikan Batik Khas Jawa Timur

Sebagai bentuk dukungan dalam upaya melestarikan batik, Pemprov Jatim telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 800.1.12.5/37010/031.3/2023 tentang Penggunaan Pakaian Batik pada Hari Batik Nasional di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang menginstruksikan ASN dan PTT-PK mengenakan batik pada 2 Oktober 2023.

03 Oct 2023 - 08:30
Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Lestarikan Batik Khas Jawa Timur
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa saat meninjau batik (Foto : kominfo.jatimprov.go.id)


Surabaya, SJP - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengajak masyarakat untuk melestarikan dan mempromosikan batik khas daerahnya masing-masing. Terlebih Jatim memiliki banyak sekali batik khas yang tersebar di kabupaten/kota.

Mulai dari Tuban, Banyuwangi, Madura, Ponorogo, Tulungagung, Trenggalek, Mojokerto, Pacitan, Sidoarjo, Bojonegoro, Jember dan sebagainya. Semua memiliki batik khas yang berkualitas dan menarik.

“Dari ujung barat Jatim sampai ujung timur, semua punya batik khas dengan motif yang khas dan tidak bisa ditemui di daerah lain,” kata Gubernur Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (2/10/2023).

Menurut Gubernur, cara paling sederhana melestarikan dan mempromosikan batik adalah dengan bangga memakai batik itu sendiri. 

Apalagi Unesco sendiri telah menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 silam.

Dengan demikian kita telah berkontribusi dalam membangkitkan industri batik di Jatim. Hal ini selaras dengan tema Hari Batik Nasional 2023 yakni Batik Bangkit.

“Tema Batik Bangkit, seyogyanya menjadi semangat yang sama seperti tema Hari Jadi Ke-78 Provinsi Jatim yakni Jatim Bangkit Terus Melaju. Dimana dalam tema tersebut terkandung semangat untuk bergotong royong membuat Jatim kembali bangkit dan terus melaju usai pandemi,” ujarnya.

“Mari kita jadikan momen Hari Batik Nasional ini sebagai momentum bergotong royong membangkitkan nilai batik,” imbuhnya.

Sebagai bentuk dukungan dalam upaya melestarikan batik, Pemprov Jatim telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 800.1.12.5/37010/031.3/2023 tentang Penggunaan Pakaian Batik pada Hari Batik Nasional di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang menginstruksikan ASN dan PTT-PK mengenakan batik pada 2 Oktober 2023.

Untuk diketahui, SE tersebut memperhatikan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2008 tentang Hari Batik Nasional dan menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pakaian Dinas Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, serta Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pakaian Dinas Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.

“Jadi hari ini, 2 Oktober 2023 seluruh pegawai ASN dan PTT-PK di lingkungan Pemprov Jatim mengenakan Pakaian Batik disertai dengan atribut dan kelengkapannya. Ini sebagai upaya menanamkan kecintaan sekaligus melestarikan batik-batik utamanya khas kabupaten/kota di Jatim,” jelas Khofifah.

Tak hanya itu, Gubernur Khofifah juga terus mendorong promosi batik dari Jatim melalui banyak cara. Salah satunya mempromosikan batik Jatim saat menggelar misi dagang dan investasi di berbagai provinsi di Indonesia.

Terbaru, Khofifah mengenalkan batik Dodot Iro pada saat misi dagang dan investasi di Banten. Batik Dodot Iro adalah batik khas Kabupaten Tuban yang menjadi salah satu batik tertua. 

Batik ini cukup kaku dan tebal ketika dilihat kasat mata, namun ketika digunakan terasa sangat dingin karena terbuat dari 100 persen kapas coklat asli.

“Saya kurang tahu di Indonesia, di mana lagi bisa ditemukan kapas coklat ini selain di Tuban. Tapi tanaman ini sangat  mudah ditanam, bahkan bisa tumbuh di polybag dan tiga bulan sudah bisa dipetik dan kemudian dipintal menjadi benang untuk kemudian di tenun,” katanya.

Proses pembuatan batiknya pun cukup membuat terkesima. Ia menuturkan bahwa para anak-anak muda di Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek tidak lagi membuat batik dengan lukisan tetap. Melainkan mereka melukis sesuai imajinasi yang mereka miliki saat itu.

“Batik ini bukan sembarang batik. Karena nilai sejarahnya, batik Tuban ternyata lebih tua dari batik Majapahit. Batik Majapahit adalah referensi dari Batik Solo dan Jogja. Pun penggunaan warna pada batik ini juga masih alami seperti indigo, kayu dan lain sebagainya,” jelasnya.

“Inilah yang menjadikan nilai keunggulan komparatif dan kompetitif bagi Jawa Timur khususnya Tuban,” ucap Khofifah menambahkan.

Di akhir, Khofifah turut mengajak pengrajin dan masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah batik lokal khas Jatim. Misalnya memilih batik sebagai souvenir pada acara-acara penting.

"Bisa berupa tas, dompet maupun pernak-pernik lainnya. Mari sama sama kita lestarikan dan promosikan batik khas Jatim," katanya.

Hal ini juga telah dilakukan oleh Pemprov Jatim ketika ada acara-acara kenegaraan di Gedung Negara Grahadi. Souvenir yang diberikan kepada tamu berupa tas batik, dompet batik, dan aneka olahan batik lainnya. 

Tak jarang tamu-tamu dari dalam dan luar negeri nampak terkesima dengan souvenir batik yang ia peroleh.

“Dengan cara ini, kami berharap bisa meningkatkan nilai batik lokal Jatim hingga di mata dunia,” pungkas Khofifah. (**)

Editor : Queen Ve
Sumber : kominfo.jatimprov.go.id

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow