FIOJEANS: Inovasi Fashion Berkelanjutan Lewat Pemanfaatan Kain Sisa oleh Wisudawan PCU

Berbekal pengalaman magang di Danjyo Hiyoji, sebuah brand fashion lokal di Jakarta, Fiona mengembangkan koleksi fashion dengan sentuhan patchwork dan unfinished fabric, sebuah teknik yang memadukan kain-kain perca dengan denim.

19 Sep 2024 - 17:30
FIOJEANS: Inovasi Fashion Berkelanjutan Lewat Pemanfaatan Kain Sisa oleh Wisudawan PCU
Fiona Jeannice Sutedja dengan koleksi dari brand fashion miliknya, yaitu FIOJEANS (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Limbah kain sisa atau perca sering kali dianggap remeh dalam industri fashion, padahal jika tidak diolah, kain-kain ini dapat menumpuk dan menjadi ancaman serius bagi lingkungan. 

Material seperti nylon dan polyester, yang sering digunakan dalam produksi kain, sangat sulit terurai secara alami, ini merupakan salah satu alasan mengapa isu limbah fashion semakin mendesak untuk ditangani dengan inovasi berkelanjutan.

Fiona Jeannice Sutedja, wisudawan Universitas Kristen Petra (PCU) menunjukkan kepeduliannya atas isu ini, melalui brand fashion miliknya yaitu FIOJEANS, Fiona menciptakan busana ready-to-wear yang memanfaatkan kain sisa atau kain perca. 

“Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, industri fashion menghadapi masalah serius terkait limbah akibat produksi yang mengikuti tren mode, jika tidak diolah, dapat mengancam lingkungan,” jelas Fiona, Kamis (19/9/2024).

Berbekal pengalaman magang di Danjyo Hiyoji, sebuah brand fashion lokal di Jakarta, Fiona mengembangkan koleksi fashion dengan sentuhan patchwork dan unfinished fabric, sebuah teknik yang memadukan kain-kain perca dengan denim, yang mana koleksinya mencakup enam model busana siap pakai, lengkap dengan aksesoris seperti tas, topi, dan pouch. 

“Konsep saya adalah menciptakan produk yang tidak hanya estetis, tetapi juga berkelanjutan, dengan target pasar berusia 20-35 tahun yang memiliki minat pada fashion modern nan unik,” lanjutnya.

Koleksi Fiona juga berhasil mencuri perhatian dengan harga yang cukup kompetitif, untuk aksesoris seperti tas dan pouch, ia mematok harga antara 200 hingga 450 ribu rupiah, sedangkan busana berkisar antara satu hingga dua setengah juta rupiah, yang mana hingga saat ini, lima tas dan tiga pouch telah terjual. 

“Saya percaya fashion berkelanjutan dapat menjadi solusi dalam mengatasi limbah tekstil, sembari tetap mengikuti perkembangan tren mode,” tambah Fiona.

Dengan karyanya yang berjudul "Perancangan Busana Ready-To-Wear Genderless Menggunakan Denim dengan Pemanfaatan Upcycling Sisa Produksi dan Sentuhan Unfinished Fabric", Fiona berhasil meraih predikat cumlaude di jurusan Textile and Fashion Design.

Proyek ini tidak hanya menampilkan kreativitasnya, tetapi juga membawa pesan kuat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan dalam industri fashion. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow