Film Yohanna Jadi Film Pembuka di Rotterdam Film Festival

Yohanna adalah film yang mengisahkan seorang biarawati muda Yohanna yang harus hadapi fenomena eksploitasi anak di bawah umur di Pulau Sumba bagian timur, salah satu tempat termiskin di Indonesia

25 Jan 2024 - 05:00
Film Yohanna  Jadi Film Pembuka di Rotterdam Film Festival
Laura Basuki bersama anak-anak Sumba di film Yohanna (Variety/SJP)

Rotterdam, SJP - Aktris watak Laura Basuki jadi buah bibir karena peran apiknya dalam film “Yohanna”.

Film karya Razka Robby Ertanto ini yang tayang perdana di kompetisi Festival Film Internasional Rotterdam yang dimulai pada 25 Januari hingga 4 Februari 2024.

Yohanna adalah film yang mengisahkan seorang biarawati muda Yohanna yang harus hadapi fenomena eksploistasi anak di bawah umur di Pulau Sumba bagian timur, salah satu tempat termiskin di Indonesia.

Upaya suster Yohanna adalah mengembalikan tujuan hidup anak-anak tersebut.

Ertanto juga adalah sutradara “Cross the Line” (2022)  yang ulas tentang pekerja migran serta “Ave Maryam” (2018) yang mengkaji aspek iman Kristen.

Idenya lahirkan “Yohanna” ini adalah setelah kunjungannya ke Sumba, di mana ia merasa sedih.

Ia sering melihat pekerja berusia delapan tahun yang tampak seperti orang tua yang kelelahan.

Dia memutuskan untuk menceritakan kisah mereka dan menyampaikan alasan kebebasan mereka.

“Pekerja anak di Indonesia adalah topik yang sangat penting yang perlu kita tingkatkan kesadarannya di negara kita dan di luar negeri. Banyak orang berjuang demi tujuan baik, baik untuk negara atau komunitas, namun masalah pekerja anak dan penderitaan anak-anak di wilayah termiskin di Indonesia seringkali terabaikan,” kata Ertanto kepada Variety.  “Saya juga ingin menunjukkan bahwa keimanan tidak terbatas pada interaksi dengan Tuhan saja, namun mencakup keimanan terhadap manusia dan membantu orang-orang di sekitar kita yang mengalami kesulitan dalam hidupnya. Kita harus ingat bahwa semua makhluk adalah setara di mata Tuhan dan kita tidak boleh berpikir tentang keimanan hanya dalam praktik keagamaan.”

Ertanto juga ajak siapa saja untuk menghentikan fenomena ini.

“Kita perlu menghentikan pekerja anak meskipun hal tersebut secara konvensional sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di beberapa daerah. Membiarkan anak bekerja dari jam 5 pagi sampai jam sekolah dimulai dan kemudian menyuruh mereka bekerja lagi sepulang sekolah sampai larut malam sama saja dengan melegalkan perbudakan anak. Kita harus berjuang untuk membiarkan anak tumbuh di dunianya sendiri, mendidik orang tua dan lingkungan sosial agar setiap anak tumbuh dan berkembang secara alami tanpa trauma,” tambah Ertanto.

Laura Basuki sendiri memang sudah raup banyak penghargaan.

Ia menangkan Silver Bear akting di Berlinale 2022 untuk “Before, Now & Then” karya Kamila Andini.

Ia juga jadi salah satu pemeran utama dalam seleksi Busan dan Singapura 2023 Yosep Anggi Noen “24 Hours with Gaspar.”

Khusus untuk “Yohanna,” ia mempersiapkannya melalui pembacaan bersama Ertanto dan anak-anak Sumba serta beberapa perbincangan dengan para suster.

Dia juga harus belajar bermain gitar, mengemudikan truk pickup, dan menunggang kuda liar.

“Berperan sebagai Yohanna sangat mendebarkan. Dia benar-benar salah satu karakter paling unik yang pernah saya mainkan. Saya sebenarnya belajar banyak dari anak-anak di Sumba, mereka mempunyai hati yang begitu indah dan murni. Tantangan sesungguhnya dari film ini adalah meninggalkan mereka setelah proses syuting usai. Saya meninggalkan sebagian hati saya di Sumba,” kata Laura. (**)

sumber: Variety

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow