DLH Jawa Barat Belajar Pengelolaan Sampah di Kampoeng Oase Songo Surabaya
Konsistensi Kampoeng Oase Songo menginspirasi Jawa Barat untuk mengadopsi ekonomi sirkular berbasis komunitas, membuktikan bahwa perubahan perilaku adalah kunci menciptakan lingkungan berkelanjutan lintas daerah.
SURABAYA, SJP – Isu lingkungan kini telah menjadi tantangan global yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Tidak hanya menjadi masalah lokal, isu ini merambah hingga mencakup hubungan antarwilayah.
Salah satu contoh nyata adalah kunjungan kerja Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat ke Kampoeng Oase Songo, Surabaya, untuk mempelajari dan mengadopsi model pengelolaan sampah berbasis komunitas yang telah terbukti berhasil.
Sebanyak 26 orang yang tergabung dalam rombongan DLH Provinsi Jawa Barat yang hadir itu terdiri dari penyuluh lingkungan, tim Penegakan Hukum (GAKKUM), serta sekretariat humas.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Nita Nilawati Walla, menyampaikan apresiasinya terhadap keberhasilan Kampoeng Oase Songo dalam menciptakan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.
“Ini adalah pertemuan Jawa Barat dengan Surabaya yang kesekian kalinya. Kami ingin belajar dari konsistensi yang dilakukan oleh Kampoeng Oase Songo selama 11 tahun terakhir. Perubahan perilaku adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik,” ujar Nita, Kamis (19/12/2024).
Menurut Nita, pendekatan ekonomi sirkular yang diterapkan di Surabaya juga dapat diadopsi di Jawa Barat dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kearifan lokal.
“Ekonomi sirkular bukan hanya soal menyelesaikan sampah, tetapi juga bagaimana mengolahnya menjadi nilai tambah, seperti pakan ternak atau bahan untuk ketahanan pangan. Ini adalah model yang harus dikembangkan di daerah lain,” tambahnya.
Nita menyoroti penerapan maggot sebagai solusi inovatif pengelolaan sampah organik. Maggot tidak hanya dijadikan pengurai sampah, namun juga bisa di jual atau bahkan diolah kembali menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai jual dan kemanfaatannya.
“Namun jika maggot itu dijual langsung kan untungnya kecil, dan Kampoeng Oase Songo bisa mengolah itu menjadi produk turunan seperti pakan ikan atau pupuk kompos dari dekomposisi maggot," ungkap Nita.
"Alhasil maggot itu tadi juga mendukung sektor perikanan dan pertanian. Produk seperti ikan dan sayur akhirnya juga bisa dikembangkan, entah untuk nantinya dijual maupun untuk konsumsi masyarakat kampung,” sambungnya.
Menanggapi kegiatan kali ini, Ketua Kampoeng Oase Songo, Yaning Mustika Ningrum, mengungkapkan kebahagiaannya atas perhatian dan kunjungan dari DLH Jawa Barat.
“Kampung kami mungkin bukan yang terbaik, tetapi keistikomahan dalam berbuat telah membawa dampak besar. Banyak tamu yang ingin belajar dan mengadopsi apa yang kami lakukan, bahkan mengembangkannya lebih jauh sesuai dengan kebutuhan di daerah mereka,” katanya.
Yaning juga menekankan bahwa kunci keberhasilan Kampoeng Oase Songo adalah kedisiplinan dan keberlanjutan dalam menjalankan program lingkungan.
“Tidak usah memikirkan hasilnya dulu, yang penting adalah terus berbuat,” tegasnya.
Disisi lain, Pembina Kampoeng Oase Songo, Adi Candra, menekankan pentingnya kolaborasi lintas wilayah dan lintas sektor dalam mengatasi masalah lingkungan.
“Bunda Nita ini adalah mitra strategis kami. Kunjungan ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari Kampoeng Oase Songo bisa memberikan inspirasi. Harapan kami adalah agar Surabaya dan Jawa Barat semakin dekat dengan solusi keberlanjutan,” ujarnya.
Adi juga menyoroti pentingnya pendekatan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dengan memperhatikan kearifan lokal masing-masing daerah.
“Program lingkungan tidak bisa dilakukan sendiri. Kemitraan dengan berbagai pihak adalah kunci untuk mencapai SDGs, terutama SDGs nomor 11 tentang kota dan permukiman yang berkelanjutan, serta SDGs nomor 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan,” tambahnya.
Sebagai informasi, kegiatan kunjungan itu didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, seperti PERBANUSA DPD I Jawa Timur, DPP IFTA Jelajah Indonesia, Kampoeng Oase Suroboyo Group, HPAI DPW, serta mahasiswa MSIB Marketing & Promotion Eduwisata KaSurBoyo Batch 7.
Kunjungan ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi yang lebih erat antara Jawa Barat dan Surabaya dalam bidang lingkungan. Dengan berbagi pengalaman dan strategi, kedua wilayah dapat saling belajar dan memperkuat upaya menuju keberlanjutan. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?