Wasapada Bencana Hidrometeorologi, Pemerintah Siapkan Strategi Mitigasi Hadapi Cuaca Ekstrem Musim Hujan 2024-2025

Dwikorita Karnawati, menyampaikan informasi tentang fenomena iklim global yang mempengaruhi cuaca ekstrem di Indonesia, khususnya di Jawa Timur

19 Dec 2024 - 23:59
Wasapada Bencana Hidrometeorologi, Pemerintah Siapkan Strategi Mitigasi Hadapi Cuaca Ekstrem Musim Hujan 2024-2025
foto: bmkg.go.id

SURABAYA, SJP - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengingatkan seluruh daerah di Indonesia untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang diperkirakan akan terjadi antara Desember 2024 hingga Februari 2025.

Hal ini disampaikan Pratikno dalam Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi yang digelar di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (17/12/2024).

Pratikno mengungkapkan bahwa pemerintah telah memetakan wilayah-wilayah yang berisiko mengalami bencana seperti curah hujan ekstrem, angin kencang, gelombang tinggi, banjir, dan tanah longsor.

"Kesiapan seluruh pihak, baik infrastruktur, masyarakat, maupun petugas lapangan, harus menjadi perhatian utama," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (18/12/2024).

Menteri Pratikno menekankan empat langkah utama yang harus segera diambil, yaitu memperbaiki sarana prasarana seperti drainase dan tanggul, mengaktifkan posko siaga 24 jam, melakukan sosialisasi risiko bencana, dan memberikan perhatian khusus pada jalur mudik dan arus balik Natal dan Tahun Baru.

Menurutnya, langkah-langkah ini perlu dilaksanakan secara sinergis agar dapat mengantisipasi potensi bencana dengan lebih baik.

Pada kesempatan yang lain, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan informasi tentang fenomena iklim global yang mempengaruhi cuaca ekstrem di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Ia menjelaskan bahwa fenomena La Nina, yang menyebabkan pendinginan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Hindia, berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan dan meningkatkan intensitas curah hujan di kawasan tersebut.

Berbeda dengan tahun lalu yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino, saat ini siklus cuaca lebih cenderung mengarah pada hujan ekstrem.

Dwikorita juga menyebutkan beberapa fenomena atmosfer lainnya yang memperburuk cuaca ekstrem, seperti Monsoon Asia dan gelombang MJO. Diperkirakan, hujan deras dan angin kencang akan mulai meningkat pada 21 Desember dan mencapai puncaknya pada 24 Desember 2024.

Wilayah yang berisiko tinggi meliputi Bangkalan, Bondowoso, Gresik, dan Banyuwangi, dengan potensi hujan ekstrem disertai angin kencang.

Sebagai langkah mitigasi, BMKG bekerja sama dengan BNPB dan PUPR untuk memetakan wilayah rawan bencana, termasuk potensi banjir dan longsor. Data yang terkumpul melalui teknologi pemetaan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai daerah-daerah yang perlu diberi perhatian lebih.

Namun, peringatan yang lebih tepat waktu tetap menjadi tantangan, mengingat sulitnya memprediksi kapan bencana seperti longsor dapat terjadi.

Untuk mengatasi potensi bencana lebih lanjut, BMKG juga menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dimulai pada 18 Desember 2024. Operasi ini bertujuan untuk mengendalikan curah hujan di wilayah rawan bencana selama puncak musim hujan, menggunakan pesawat khusus yang telah disiapkan.

Dalam rangka mengurangi dampak bencana, BMKG juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi Info BMKG yang memberikan prakiraan cuaca hingga enam hari ke depan.

Dengan aplikasi ini, masyarakat dapat memantau curah hujan, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara, yang diharapkan dapat membantu mereka melakukan antisipasi dini terhadap cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi.

Pemerintah berharap dengan kolaborasi antar sektor, kesiapsiagaan masyarakat, serta pemanfaatan teknologi informasi, dapat meminimalkan kerugian akibat bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. (**)

sumber: dari berbagai sumber
Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow