Warga Kepanjen Malang Bisa Beli Takjil Sembari Nikmati Hiburan Bantengan
Pasar Takjil Cokolio resmi dibuka sejak14 Maret 2024 dan akan berakhir pada 7 April yang terdiri dari 40 stand dan ditambah 20 lapak Pedagang Kaki Lima (PKL)
Malang, SJP - Bekas terminal Cepokomulyo di area Pasar Sumedang Kepanjen, Kabupaten Malang, selama bulan Ramadan telah disulap menjadi Pasar Takjil Cokolio.
Sehingga warga setempat sambil menunggu adzan magrib memilih-milih menu makanan yang nantinya akan dijadikan buka puasa.
Selain itu, panitia Pasar Takjil tersebut juga memberikan hiburan kesenian bantengan, yang saat ini menjadi kesenian yang paling digemari masyarakat Kabupaten Malang.
Panitia Pasar Takjil Cokolio Andika Kurniawan, Minggu (17/3), kepada Suara Jatim Post mengatakan, Pasar Takjil Cokolio resmi kita sejak14 Maret 2024, dan akan berakhir pada 7 April mendatang.
Sedangkan Pasar Takjil tersebut sebanyak 40 stand dan ditambah 20 lapak Pedagang Kaki Lima (PKL).
Dan Pasar Takjil ini tidak hanya melibatkan warga sekitar, namun juga PKL yang selama ini mereka tidak terakomodir dalam menjual dagangannya.
“Pasar Takjil Cokolio mengahadirkan ragam sajian makanan sebagai menu berbuka puasa, termasuk menyajikan makanan khas Kota Kepanjen,” ujarnya.
Sedangkan, dia katakan, setiap sore, secara bergilir grup bantengan se-Kecamatan Kepanjen juga turut hadir menghibur warga.
Dan kesenian bantengan itu merupakan kesenian asli Jawa Timur (Jatim), sehingga harus dilestarikan.
Selain itu, juga untuk menunjukkan kepada generasi muda milenial, bahwa kesenian bantengan sebagai budaya asli Jatim.
Bantengan adalah seni pertunjukan tari tradisional rakyat dimana jenis kesenian ini mulai berkembang pesat pada tahun 1960.
Tarian bantengan dikembangkan dari kesenian kebo-keboan asal Ponorogo. Dan saat itu pesilat asal Madiun datang ke Ponorogo untuk melihat pertunjukan kesenian kebo-keboan.
Dijelaskan, seni kebo-keboan sendiri merupakan kesenian yang dipercaya sebagai tolak bala dan penyelamat Raja Surakarta Paku Buwono II dari berbagai serangan pemberontakan keraton.
Pesilat asal pegunungan Mojokerto dan Malang, kemudian terinspirasi membuat kesenian serupa dengan menggunakan bentuk hewan banteng.
“Kenapa hewan banteng dipilih? Karena hewan tersebut mulai punah. Awalnya, kesenian bantengan ditujukan sebagai pengingat dan pendorong untuk masyarakat akan bela diri pencak silat,” papar Andika.
Menurutnya, terdapat banyak grup kesenian bantengan di wilayah Kabupaten Malang, sehingga mereka harus diberikan ruang untuk berkreasi yang sekaligus bisa menghibur masyarakat di setiap event.
Pertunjukan bantengan yang tampil di Pasar Takjil Cokolio menghadirkan satu grup setiap hari dengan total 25 grup, sehingga selama dibukanya Pasar Takjil, setiap grup bisa tampil.
Partisipan bukan hanya grup bantengan dari wilayah Kota Kepanjen saja, namun juga ada beberapa grup bantengan dari wilayah lain.
Dengan begitu, grup bantengan selama bulan Ramadan tidak vakum, dan mereka tetap berkerasi dalam melestarikan kesenian bantengan.
“Tujuan lainnya, tentu saja agar mereka tidak vakum selama Ramadan. Dan masyarakat yang belanja makanan di Pasar Takjil Cokolio mendapatkan hiburan kesenian bantengan, sambil menunggu adzan magrib waktunya berbuka puasa,” pungkas Andika, yang juga sebagai Sekretaris Ikatan Motor Indonesia (IMI) Kabupaten Malang.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?