Siapkah Kita Hindari Makanan Olahan Demi Minimalisir Efek Samping?

Jika Anda perhatikan, supermarket modern pasti menghadirkan promo besar-besaran untuk makanan dan minuman olahan sehingga konsumen tertarik membelinya tanpa memikirkan efek samping

01 Mar 2024 - 13:00
Siapkah Kita Hindari Makanan Olahan Demi Minimalisir Efek Samping?
Menariknya tampilan makanan dan minuman kemasan dengan harga promo membuat orang tak ragu membelinya (preventioncenter/SJP)

London, SJP - Siapa yang tidak tergiur dengan makanan atau minuman kemasan berwarna menarik, terlebih dengan rasa yang kuat, entah itu manis atau asin.

Keripik, mie instan, minuman kemasan dan ragam makanan ringan lain yang merupakan makanan ultra olahan ini memang menjanjikan rasa yang lezat.

Apalagi, supermarket sering memberikan promo dengan potongan harga cukup besar untuk makanan atau minuman kemasan.

Hampir semua orang tahu makanan olahan berdampak buruk bagi kesehatan meski masih sulit untuk menghindari konsumsi makanan atau minuman kemasan tersebut.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The BMJ pada Kamis (29/2) temukan paparan tinggi akan makanan ultra ulahan adalah risiko tinggi terkena kanker, penyakit jantung dan paru-paru, masalah pencernaan, obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan kesehatan mental.

Makanan ultra-olahan, yang "mengalami berbagai proses industri dan sering kali mengandung pewarna, pengemulsi, perasa, dan bahan tambahan lainnya", menurut siaran BMJ, mencakup produk-produk seperti makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan berkarbonasi, sereal manis, mie instan, makanan siap saji dan makanan yang siap cukup dengan dipanaskan.

“Produk-produk ini juga cenderung tinggi gula, lemak, atau garam, namun rendah vitamin dan (serat),” begitu kutip rilis tersebut.

Seberapa besar makanan ini meningkatkan risiko kesehatan manusia?

Para penulis BMJ Journal menyusun temuan mereka berdasarkan kekuatan bukti untuk isu-isu berbeda.

Misalnya, mereka menemukan bukti yang "meyakinkan" bahwa asupan makanan ultra-olahan yang lebih tinggi dikaitkan dengan 50 persen peningkatan risiko kematian terkait penyakit kardiovaskular, peningkatan risiko kecemasan dan gangguan mental umum sebesar 48 persen  hingga 53 persen dan 12 persen peningkatan risiko kematian dan risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.

Namun, bukti adanya hubungan potensial dengan asma dan kesehatan pencernaan, misalnya – meski masih menunjukkan hubungan antara makanan ultra-olahan dan dampak kesehatan yang merugikan – masih sangat terbatas.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan dampak negatif terhadap kesehatan dan kualitas makanan olahan yang membuat ketagihan.

Namun penelitian ini memberikan tinjauan luas atas bukti-bukti di bidang ini dengan menggabungkan temuan dari lusinan penelitian yang semuanya diterbitkan dalam tiga tahun terakhir dengan total partisipan hampir 10 juta.

“Melakukan tinjauan komprehensif memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan ini dan memberikan wawasan berharga untuk memberikan informasi yang lebih baik dalam kebijakan dan strategi kesehatan masyarakat,” tulis para penulis.

Temuan ini juga dapat menjadi peringatan bagi konsumen  bahwa makanan ultra-olahan sumbang hingga 58 persen dari total konsumsi kalori harian, menurut tinjauan tersebut.

“Yang perlu diperhatikan, selama beberapa dekade terakhir, ketersediaan dan variasi produk ultra-olahan yang dijual telah meningkat secara substansial dan cepat di negara-negara dengan tingkat pembangunan ekonomi yang beragam,” tulis para penulis.

Memang, butuh konsistensi untuk bisa menghilangkan kebiasaan makan makanan olahan di era yang menuntut semua serba cepat ini.

Menyiapkan atau bahkan konsumsi makanan olahan memang sangat cepat sehingga memudahkan mereka yang sibuk.

Tetapi, tentu perlu ada pembatasan kapan harus konsumsi makanan segar yang perlu diolah secara ‘sempurna’ seperti memasak sayur dan mengolah lauk pauk segar sehingga memenuhi asupan gizi untuk seluruh anggota keluarga.(**)

Sumber: CBS News

Editor: Tri Sukma

 

 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow