Sambut Hari Anak Nasional 2024: Peran Sanggar dan Seniman dalam Asah Kreativitas Anak

Sebagai upaya pengalihan anak dari gadget, juga sekaligus dalam rangka menyambut hari anak nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024 lusa, beberapa sanggar se-Kota Surabaya menggelar kegiatan kesenian yang angkat tema "Srawung Sambang Sambung".

21 Jul 2024 - 19:45
Sambut Hari Anak Nasional 2024: Peran Sanggar dan Seniman dalam Asah Kreativitas Anak
Ki Ompong Sudarsono saat jadi dalang untuk beri edukasi anak-anak melalui kesenian wayang (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Kesenian merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan holistik seorang anak, baik itu dalam bentuk musik, tari, teater, maupun seni rupa dapat menjadi sebuah media anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka,

Namun di tengah perkembangan teknologi yang pesat, kini anak-anak terlena dan kerap menghabiskan waktu mereka untuk menatap layar gadget mereka, sehingga tidak jarang kebiasaan tersebut mengganggu pertumbuhan anak.

Sebagai upaya pengalihan anak dari gadget, juga sekaligus dalam rangka menyambut hari anak nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024 lusa, beberapa sanggar se-Kota Surabaya menggelar kegiatan kesenian yang angkat tema "Srawung Sambang - Sambung Saduluran Sanggar Seni" di Mall BG Junction (BGJ) Surabaya.

Kegiatan yang diikuti oleh anak-anak sanggar se Surabaya ini digagas oleh Sanggar Seni Omah Ndhuwur dengan mengajak seniman dan pihak-pihak lain yang sama-sama memiliki semangat dalam memberikan wadah kreasi bagi anak.

Dalam kegiatan tersebut, anak-anak diajak untuk berlatih, bermain dan pentas bersama, salah satunya menampilkan kesenian tari remo.

"Meski kegiatan ini hanya berjalan sekitar satu hingga dua jam, namun disini kita semua bekerja nyata agar anak-anak bisa terbebas dari gadgetnya," ujar Kang Semut selaku Kepala Sanggar Omah Ndhuwur, Minggu (21/7).

Kang Semut juga menyoroti perihal sanggar-sanggar yang kini lebih sering bersaing dan beradu, menggeser fungsi awal dari sanggar yang menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi akan semua hal.

"Jadi harapannya melalui kegiatan ini, kita bisa memberikan contoh bahwa sanggar itu mengutamakan kebersamaan, bukan bersaing mana yang bagus mana yang tidak," tuturnya.

Dalam kegiatan tersebut, beberapa pihak yang diundang diantaranya adalah Dalang Ki Ompong Sudarsono, budayawan aksara jawa Cak Wiwid, Seniman tari Sufi dari Sanggar Rumah Cinta, bahkan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Surabaya.

Tim suarajatimpost.com juga sempat mewawancarai Ki Ompong Sudarsono yang hadir dalam kegiatan tersebut dan mengajak anak-anak yang menjadi peserta belajar sopan santun melalui pertunjukan wayang kontemporer yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Kegiatan ini luar biasa, karena pendidikan anak bukan tanggungjawab dari pemerintah saja, namun juga orang tua dan kita sebagai seniman juga punya tanggung jawab untuk membentuk karakter anak," terang 'kawan' seniman dan budayawan asal Jawa Tengah itu.

Dirinya menuturkan bahwa anak-anak zaman sekarang itu sudah cerdas, terlebih karena kehadiran teknologi, maka dari itu baginya orangtua sebenarnya bisa lebih fokus untuk membentuk karakter anak menjadi baik.

"Jadi jangan buat anak itu oenuh akan kebencian, bahkan jika orangtua ada tidak kesesuaian dengan kondisi negara saat ini, tetap ajarkan anak untuk cinta tanah air," tandasnya.

Adapun Dodik selaku pelatih Tari Sufi Nusantara dari sanggar Rumah Cinta Surabaya yang juga memeriahkan kegiatan dengan penampilan tarian religius asal Timur Tengah itu, tepatnya dari Turkey.

"Disini kita juga gunakan untuk mengenalkan budaya tari Sufi Nusantara, salah satu pembedanya adalah topi yang kita gunakan warna merah, sedangkan di Turkj berwarna coklat," tutur Dodik.

Sementara itu, Ketua Komnas PA Surabaya yakni Syaiful Bachri yang turut hadir dalam kegiatan merupakan suatu wujud bahwa segala kegiatan yang dilakukan oleh penggiat seni dan sanggar budaya di Surabaya bukanlah suatu bentuk eksploitasi, melainkan sebuah apresiasi.

"Disini tidak ada unsur eksploitasi karena eksploitasi itu memanfaatkan anak jadi duit, sedangkan ini eksplorasi kemampuan anak untuk mereka hasilkan duit, jadi mereka disini bukan bekerja melainkan diberdayakan," ujarnya Syaiful.

Syaiful juga menegaskan perihal status Kota Ramah Anak yang dipegang oleh Kota Surabaya kini masih sekadar status, dan salah satu cara untuk merealisasikan status tersebut ialah dengan menyelesaikan masalah kecanduan gadget di kalangan anak.

"Jadi dari kegiatan ini, kita harap anak-anak akan semakin kenal dan cinta akan budaya Nusantara, dan akhirnya mereka bisa perlahan tudak bergantung demgan gadget karena sibuk belajar seni," pungkasnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow