Peternak Hadapi Tantangan Baru, Pakar UB Jabarkan Soal Dampak dan Solusi PMK
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali mengancam sektor peternakan Indonesia.
MALANG, SJP – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali mengancam sektor peternakan Indonesia. Jenis wabah yang menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, hingga domba ini mengalami lonjakan kasus sejak awal bulan Desember 2024 lalu.
Hingga saat ini, total kasus PMK yang telah dilaporkan mencapai 8.483 kasus dengan jumlah kematian 223 kasus, dan pemotongan paksa sebanyak 73 kasus. Data tersebut tersebar di 9 provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Kota Malang, Data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang menyebut ada 12 ekor sapi di Kecamatan Blimbing, Kelurahan Purwantoro, terdiagnosis terjangkit PMK pada awal Januari 2025
Untuk memahami lebih dalam mengenai dampak PMK dan solusi yang dapat diambil, suarajatimpost.com berbincang khusus dengan Asri Nurul Huda, dosen bidang Nutrisi Ternak Ruminansia Universitas Brawijaya, yang memiliki pengalaman langsung dalam penelitian lapangan dan pendampingan peternak.
Dalam wawancara ini, Asri berbagi pandangannya tentang keadaan peternak Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasi wabah PMK.
PMK dan Dampaknya pada Peternakan Indonesia
Pada 2023, Asri bersama timnya melakukan penelitian di beberapa daerah, seperti Ponorogo, Madura, Tuban, Lumajang, dan Blitar, untuk meneliti dampak gelombang pertama dan kedua PMK. Salah satu temuan utama dalam penelitian tersebut adalah populasi ternak yang menurun, meskipun tidak drastis. Namun, dampak terhadap peternak sangat terasa, terutama bagi mereka yang membudidayakan sapi perah.
Menurut Asri, sapi perah seperti PFH (Peranakan Fries Holland) sangat rentan terhadap PMK. Bahkan setelah sembuh, sapi-sapi tersebut mengalami penurunan produksi susu yang signifikan dan kesulitan untuk bunting. Sebaliknya, ternak lokal seperti sapi Madura dan Bali terbukti lebih tahan terhadap virus ini.
“PMK mempengaruhi ketahanan tubuh ternak, terutama sapi perah. Mereka sulit pulih setelah terinfeksi, dan meskipun sembuh, produksi susu mereka menurun drastis. Di sisi lain, sapi lokal seperti sapi Madura lebih tahan terhadap PMK,” ujar Asri.
Keterbatasan Pemerintah dalam Menangani PMK
Pemerintah Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, telah berusaha mengatasi wabah PMK, namun Asri menilai bahwa upaya tersebut belum cukup maksimal. Salah satu tantangan utama adalah pengelolaan sektor peternakan yang masih terfragmentasi, dengan peternakan sering kali menjadi bagian kecil dari dinas yang lebih besar, seperti Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan atau Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
“Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada sektor peternakan, karena selama ini dinas yang menangani peternakan tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Nama dinas yang terlalu umum, seperti Dinas Perikanan, tidak mencerminkan pentingnya sektor peternakan. Ini berdampak pada alokasi anggaran yang terbatas,” tambah Asri.
Lebih lanjut, Asri menyoroti kurangnya pasokan vaksin dan obat-obatan untuk mengatasi PMK yang mulai menipis. Selain itu, kapasitas tenaga medis veteriner di Indonesia juga terbatas dibandingkan dengan jumlah populasi ternak yang harus ditangani.
“Kami masih kekurangan dokter hewan dan paramedis veteriner, sehingga tidak semua peternak bisa mendapatkan perhatian yang maksimal,” ungkapnya.
Solusi Jangka Pendek dan Langkah Preventif
Meski pemerintah belum sepenuhnya siap dengan penanganan PMK, Asri memberikan beberapa rekomendasi untuk para peternak agar dapat melindungi ternak mereka. Salah satu langkah preventif yang dapat diambil adalah meningkatkan biosekuriti kandang, dengan cara membatasi akses orang ke dalam kandang dan memastikan kebersihan kandang terjaga dengan baik.
Selain itu, Asri juga menyarankan penggunaan ramuan jamu tradisional sebagai suplemen tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Beberapa peternak yang ia dampingi menggunakan bahan alami seperti temu lawak, temu ireng, dan kunyit, yang memiliki senyawa aktif untuk mencegah parasit.
“Pencegahan adalah kunci, dan meskipun vaksin dan obat-obatan terbatas, ramuan tradisional bisa menjadi alternatif. Selain itu, memberikan pakan yang berkualitas dan vitamin juga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ternak,” ujar Asri.
Tantangan di Lapangan: Peternak Tertekan dalam Rantai Pasok
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi peternak adalah keterbatasan daya tawar dalam rantai pasok ternak. Asri menjelaskan, peternak terpaksa menjual ternaknya dengan harga murah karena takut ternak mereka mati akibat PMK. Di sisi lain, harga daging tetap tinggi, sementara peternak terjebak dalam situasi force slaughter atau menjual sapi yang sakit dengan harga yang sangat rendah kepada belantik atau jagal.
“Peternak memang berada pada posisi yang sangat lemah dalam rantai pasok ternak. Harga daging tidak turun, namun mereka terpaksa menjual dengan harga yang murah karena takut ternaknya mati. Inilah yang menyebabkan peternak menjadi korban dalam situasi ini,” ungkapnya.
Langkah-langkah Pemerintah yang Diharapkan
Menurut Asri, untuk mencegah situasi serupa terulang, pemerintah perlu mendorong sektor peternakan agar mendapat perhatian yang lebih serius. Selain meningkatkan kapasitas tenaga medis veteriner dan menyediakan lebih banyak vaksin serta obat-obatan, pemerintah juga harus memastikan bahwa peternak memiliki daya tawar yang lebih kuat dalam pasar ternak dan daging.
“Pemerintah harus lebih berpihak pada peternak, bukan hanya dalam hal kebijakan, tetapi juga dalam hal pendanaan dan program yang mendukung kelangsungan usaha peternakan. Salah satunya adalah dengan mendukung kebijakan impor sapi betina produktif, karena banyaknya populasi ternak yang hilang akibat PMK sangat berdampak pada produksi ternak di tanah air,” ujar Asri.
Dalam wawancara ini, Asri Nurul Huda memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tantangan yang dihadapi sektor peternakan Indonesia, terutama dalam menghadapi PMK. Dukungan yang lebih besar dari pemerintah dan perhatian yang lebih serius terhadap sektor peternakan diharapkan dapat memperbaiki keadaan peternak yang selama ini terabaikan. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?