Pengakuan Korban Jaksa Gadungan, Percaya Karena Dua Hal ini

Tak seperti melamar pekerjaan seperti biasanya, korban juga diminta sejumlah uang sebagai ‘pelicin’. Agar diterima di Kejaksaan.

26 Jun 2024 - 20:15
Pengakuan Korban Jaksa Gadungan, Percaya Karena Dua Hal ini
Salah satu korban penipuan jaksa gadungan, Desy (kerudung pink bermasker), mengaku percaya karena masih ada hubungan kerabat dengan pelaku. (Armandsyah/SJP)

Kabupaten Probolinggo, SJP - Bujuk rayu jaksa gadungan di Probolinggo, rupanya hanya menargetkan kalangan keluarga dekatnya saja.

Hal itu terungkap dari pengakuan salah satu korban, Desy Agustin Unaisah. Dara 27 tahun ini mengaku percaya lantaran masih ada hubungan kerabat. Antara pelaku Arsumi Maharani dengan dirinya.

“Jadi dia itu awalnya berobat ke bapak saya. Lalu bilang mau cari jodoh. Akhirnya menikahlah dengan paman saya secara siri (nikah secara agama, red),” jelas Desy, di Mapolres Probolinggo, Rabu (26/06).

Dari situlah, bujuk rayu Arsumi dimulai. Ia menawarkan pekerjaan sebagai staf lapangan Kejaksaan Negeri Probolinggo, pada Desy.

Tak seperti melamar pekerjaan seperti biasanya, Desy juga diminta sejumlah uang sebagai ‘pelicin’. Agar diterima di Kejaksaan.

Desy katakan, dirinya diminta uang sebanyak Rp 12 juta oleh pelaku. Namun tak disetor seluruhnya. Melainkan hanya sekitar Rp 7,3 juta saja.

Usai mendapat uang itu, pelaku memberi sejumlah atribut pada Desy. Berupa seragam, name tag dan id card. Lengkap dengan atribut kejaksaan lainnya.

“Jujur saja kalau gayanya sebetulnya tidak meyakinkan. Tapi karena masih saudara dan ada hubungan dengan paman, akhirnya ya percaya,” ujarnya.

Selain hubungan kekeluargaan itu, hal lainnya yang membuat Desy percaya kepada Araumi adalah faktor marga. Kepada Desy, Arsumi mengaku sebagai keturunan Nabi dari marga Assegaf.

"Ngakunya memang sebagai Syarifah (keturunan perempuan nabi) dari marga Asegaf. Jadi saya percaya, karena mana mungkin keturunan nabi berbohong," ujarnya.

Namun, setelah membayar sejumlah uang, Desy justru tak kunjung berkantor untuk bekerja. Alasannya, Desy merupakan pegawai kejaksaan di bidang pegawasan. Sehingga, kerjanya memang tidak berkantor, melainkan berkeliling di jalanan.

"Saya katanya di pengawasan sebagai sekretaris, tapi masa sekretaris tidak mempunyai kantor. Akhirnya saya datangi Kantor Kejaksaan, dari sana baru saya sadar kalau susah ditipu," ujarnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow